Pria muda

Hari telah berganti, tepat jam 7 pagi Ara sudah menata tas nya untuk kembali ke rumah 77. Menjalani hari-hari gelap nya sebagai wanita malam.

hmm..kapan aku bisa berhenti bekerja seperti ini....aku ingin hidup normal seperti wanita lainnya...aku tau pekerjaan ku ini banyak menyakiti hati banyak wanita...terutama kekasih, atau bahkan istri dari pria yang menyewaku...melihat Nura dengan perasaan hancurnya aku seperti wanita yang sangat hina...aku menolongnya...tapi aku juga menghancurkan perasaan wanita lain di luar sana setiap hari...

aku menyukai pekerjaan ini...tapi sungguh aku ingin berhenti...aku ingin bekerja dengan cara yang benar...setidaknya tidak melibatkan perasaan orang lain di dalamnya...

batin Ara terus meracau saat dia mengemudikan mobilnya.

Menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya Ara sampai di rumah 77.

Ara sudah di tunggu oleh Bu bos di depan teras rumah, dengan menyesap rokok di tangannya Bu bos memandang tubuh Ara yang berjalan padanya dengan tersenyum.

"Syukurlah kau benar-benar kembali hari ini....pelanggan ini menginginkan seorang terbaik disini....aku tak mau mengecewakan nya....dia bahkan membayar 3 kali lipat untuk itu.."

kata Bu bos saat Ara mulai duduk di sebelahnya.

"Tenang bos aku pasti akan kembali...memangnya mau kemana lagi aku..."

jawab Ara santai.

"Loh taxinya pergi... kau kesini sendiri...dimana Heni..."

tanya bu bos dengan tatapan tak suka, karna tak mendapati salah satu anak buahnya tak kembali.

"Dia ijin lagi untuk beberapa hari bos...dia sedang sakit...dia di rawat di rumah sakit..."

"Loh Heni sakit...sakit apa..."

"Emm...lambungnya bengkak bos...dia butuh istirahat total selama beberapa hari ke depan..."

jawab Ara asal, karna dia tak mau Bu bos mengetahui alasan sebenarnya Heni tak kembali.

"Seperti nya dia kemarin ijin dalam keadaan baik-baik saja..."

"Entahlah bos...itu memang diagnosa dari dokter aku juga gak tau kenapa Heni lambungnya bisa bengkak....habis makan buaya darat kali..."

jawab Ara lagi di selingi candaan agar Bu bos tak semakin bertanya lebih tentang Heni.

"Haha...ya memang dia sering melayani buaya darat..mungkin dia memakan salah satunya..."

jawab Bu bos malah tertawa menanggapi candaan Ara.

"Hehe...sudah dulu ya bos..aku capek... aku harus menyimpan tenaga ku untuk nanti malam...aku masuk dulu ya bos..."

"Emm...kau benar...baiklah..istirahat lah...sana masuk..."

Dan Ara pun masuk ke kamarnya, dia menata lagi beberapa baju yang telah dia bawa.

"Dia pelanggan baru...aku akan memikatnya dengan dress berwarna merah ini..."

kata Ara sambil menempelkan dress tipis berwarna merah dengan belahan dada yang cukup rendah.

Waktu pun berlalu dengan cepat, kini Ara sudah berada di sebuah cafe tempat janjian dirinya dengan sang pelanggan barunya itu.

Telah lama menunggu ada seorang pria dengan usia yang di taksir Ara masih berusia 2O tahunan. Dia mendekati Ara dengan wajah datarnya.

"Kau wanita dari rumah 77..."

tanya pria itu sambil duduk di kursi di hadapan Ara.

"Ya itu aku..."

jawab Ara sambil tersenyum manis.

"Baiklah...ayo kita pergi dari sini...aku tak mau melakukannya terlalu malam..."

kata sang pria sudah beranjak dari duduknya.

"Apa kau tak mau memakan atau meminum apapun terlebih dulu tuan muda..."

"Aku tak suka makanan disini...aku akan membelikanmu makanan nanti...ayo cepat aku tak punya banyak waktu..."

kata sang pria sudah berjalan meninggalkan Ara di belakang.

astaga...masih muda tapi tingkahnya sudah seperti orang tua...sombong sekali...memangnya sekaya apa sih dia...

Rupanya malam ini aku harus extra sabar menghadapi pria seperti dia ini...

batin Ara sambil tergesa mengikuti pria itu.

Ara dan pria muda itu kini sudah berada di sebuah hotel, di kamar VVIP yang sudah di sewa pria itu sebelumnya.

Ara pun duduk di sebuah sofa yang berhadapan langsung dengan sebuah ranjang besar. Pria itu sendiri kini sudah duduk di pinggiran ranjang, di melepas jas dan dasi yang dia kenakan.

"Hey kau kemarilah jangan diam saja disitu...lakukan tugasmu dengan benar..."

kata sang pria sambil menunjuk ke arah Ara.

dia benar-benar bocah tengil ya...hmm...sabar Ara...

batin Ara sambil mendekat.

"Apa yang tuan muda inginkan...katakan pada ku sekarang..."

kata Ara sambil berpose khas menggoda Ara.

"Aku ingin kau memijat seluruh tubuhku..."

jawab pria itu sudah mengambil posisi tengkurap tanpa mengenakan baju, hanya menyisakan celana pendek yang masih menempel di tubuhnya.

apa memijat....dia pikir aku tukang pijat apa... dia tau gak sih rumah 77 itu rumah apa... apa dia fikir disana panti pijat...

batin Ara.

Masih bergumam dalam hati, Ara di kagetkan lagi dengan suara sang pria.

"Hey..kenapa diam lagi...kau tuli ya...cepat lakukan tugasmu dengan benar..."

Dan Ara pun mulai memijat tubuh sang pria dengan perasaan kesal.

aku tak ada kemampuan untuk memijat...kenapa aku di sewa hanya untuk ini....ehh tapi jika pijat plus-plus mungkin aku bisa melakukannya....

batin Ara sambil tersenyum nakal.

Ara pun mulai menuangkan sebuah minyak yang rupanya sudah di sediakan sang pria di meja dekat ranjangnya.

dia memang sudah berniat menyewaku untuk memijatnya...tapi mungkin aku akan merubah sedikit niatan mu itu...

batin Ara, tangan nya kini sudah mulai berselancar pelan di atas punggung sang pria.

Bukan berniat untuk benar-benar memijatnya, Ara sengaja melakukan nya perlahan supaya menciptakan rasa geli di tubuh sang pria.

"Maaf tuan muda aku sedikit kesulitan karna celana pendek ini ...bolehkan aku melepasnya..."

kata Ara yang tak di jawab sama sekali oleh sang pria.

Tanpa menunggu lagi Ara langsung saja perlahan menarik celana pendek itu hingga terlihatlah tubuh polos pria muda itu dari belakang.

Ara pun menuangkan lagi minyak pijat itu di seluruh tubuh belakang pria itu, mulai atas sampai bawah, hingga menciptakan sebuah pandangan tubuh mengkilat di bawah sinar lampu yang terang di atasnya

Telah lama bermain di bagian belakang, kini Ara meminta pria itu berbaring menghadap nya. Tanpa menjawab dan tanpa perlawanan pria itu menuruti setiap kata Ara.

Ara sedikit tersenyum nakal.

rupanya gerakan ku mempengaruhi sesuatu di bawah sana.

batin Ara sedikit melirik sesuatu yang sudah mulai mengeras di bagian bawah sang pria.

Ara mulai memijat bagian depan sang pria, dengan minyak yang sama.

Lalu Ara pun dengan berani segera duduk di atas kedua kaki sang pria dan menetes kan beberapa tetes minyak di bagian mengeras itu, dan mulai memijat bagian itu dengan gerakan semakin pelan, menciptakan sebuah suara yang mulai terdengar dari sang pria.

Pria yang sedari tadi menikmati setiap sentuhan Ara kini mulai membuka matanya.

rupanya dia wanita yang cukup cantik...kulitnya begitu bersih...sial..aku tergoda...

batin pria itu, dengan gerakan tiba-tiba sang pria segera bangkit dan duduk wajahnya kini berada tepat di depan wajah Ara.

"Kau membuatku ingin melakukannya..."

kata sang pria, nafasnya terasa berhembus di hidung Ara.

Pria itu pun mulai mencium bibir Ara, tangannya yang nakal mulai berjalan-jalan di tubuh Ara, berhenti di sebuah belahan rendah Ara.

Tangan itu mulai masuk dan memijat sesuatu di dalamnya, Ara yang mendapat perlakuan itu semakin mempercepat gerakannya pada daerah sensitif sang pria.

Lama bermain disana, sang pria Dengan cepat segera menyingkap dress Ara, menarik paksa sesuatu yang mencoba menghalangi jalannya.

Dengan segera pria itu mengangkat tubuh Ara dan memulai permainan nya.

gerakan cepat yang di lakukan sang pria membuat Ara terkejut, apalagi saat merasakan sesuatu mulai masuk di bawah sana, tanpa di sangka dari bibirnya Ara mengeluarkan sebuah suara.

"Aahh.. "

Suara itu membuat sang pria semakin ingin merasakan Ara semakin dalam.

.

.

.

.

.

Bersambung...

Episodes
1 Hotel
2 Susi
3 Tugas Minggu depan
4 Kucing penurut
5 Banyak Hadiah
6 Rumah Ara
7 Panti Asuhan
8 Kesepian
9 Haris
10 Pria misterius
11 Makanan asam
12 Kekasih Heni
13 Radit
14 Nura
15 Pergi
16 Rumah sakit
17 Tertangkap
18 Ingatan Nura
19 Pria muda
20 Keponakan
21 Dia lagi
22 Percaya diri
23 Keluar kota
24 Dress tipis
25 Ketahuan
26 Pertengkaran
27 Kekasih
28 Rahasia kita
29 Tebusan
30 Rencana perjalanan
31 Pondok pesantren
32 Saudara kembar
33 Pencarian
34 Masakan Ara
35 Semakin terbuka
36 Istana jodi
37 Orangtua Jodi
38 Wanita malam
39 Di usir
40 Hilang arah
41 Surat
42 Surat balasan
43 Chandra
44 Jaket
45 Rumah Chandra
46 Undangan
47 Kecewa
48 Ingin sendiri
49 Meminta maaf
50 Bungkusan
51 Menghindar
52 Terluka
53 kesaksian Ara
54 Lebih dari teman
55 Otak perampokan
56 Penjaga
57 Makan malam
58 Salah sangka
59 Restoran
60 Kekasih
61 Ijin menikah
62 Makan malam
63 Cincin perak
64 Desa
65 Kedatangan Lilia
66 Restu Lilia
67 Tetap menerima
68 Minggu depan
69 Pernikahan
70 Kecewa
71 Keluarga Alma
72 Tergganggu
73 Malam pertama
74 Penutup mata
75 Permintaan maaf
76 Amarah
77 Pengakuan Asisten Emir
78 Terbongkar
79 Sakit
80 Anakku
81 Kisah lalu
82 Tangis
83 Haris dan Heni
84 Kesempatan kedua
85 Tak rela
86 Tes kehamilan
87 Hasil lab
88 Rencana lamaran
89 Kedatangan Emir
90 Senasib
91 Kisah lalu Lilia
92 Tes DNA
93 Keburukan Emir
94 Bangkit
95 Rindu
96 Tinggal di desa
97 Darah
98 Keguguran
99 Penolakan
100 Adam
101 Ta'aruf
102 Lamaran
103 Keraguan
104 Pernikahan
105 Tidur
106 Kota
107 Panggilan Tuan
108 Adam Mustofa
109 Istana Adam
110 Mulai terbiasa
111 Taman
112 Peresmian gedung
113 Bertemu keluarga
114 End
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Hotel
2
Susi
3
Tugas Minggu depan
4
Kucing penurut
5
Banyak Hadiah
6
Rumah Ara
7
Panti Asuhan
8
Kesepian
9
Haris
10
Pria misterius
11
Makanan asam
12
Kekasih Heni
13
Radit
14
Nura
15
Pergi
16
Rumah sakit
17
Tertangkap
18
Ingatan Nura
19
Pria muda
20
Keponakan
21
Dia lagi
22
Percaya diri
23
Keluar kota
24
Dress tipis
25
Ketahuan
26
Pertengkaran
27
Kekasih
28
Rahasia kita
29
Tebusan
30
Rencana perjalanan
31
Pondok pesantren
32
Saudara kembar
33
Pencarian
34
Masakan Ara
35
Semakin terbuka
36
Istana jodi
37
Orangtua Jodi
38
Wanita malam
39
Di usir
40
Hilang arah
41
Surat
42
Surat balasan
43
Chandra
44
Jaket
45
Rumah Chandra
46
Undangan
47
Kecewa
48
Ingin sendiri
49
Meminta maaf
50
Bungkusan
51
Menghindar
52
Terluka
53
kesaksian Ara
54
Lebih dari teman
55
Otak perampokan
56
Penjaga
57
Makan malam
58
Salah sangka
59
Restoran
60
Kekasih
61
Ijin menikah
62
Makan malam
63
Cincin perak
64
Desa
65
Kedatangan Lilia
66
Restu Lilia
67
Tetap menerima
68
Minggu depan
69
Pernikahan
70
Kecewa
71
Keluarga Alma
72
Tergganggu
73
Malam pertama
74
Penutup mata
75
Permintaan maaf
76
Amarah
77
Pengakuan Asisten Emir
78
Terbongkar
79
Sakit
80
Anakku
81
Kisah lalu
82
Tangis
83
Haris dan Heni
84
Kesempatan kedua
85
Tak rela
86
Tes kehamilan
87
Hasil lab
88
Rencana lamaran
89
Kedatangan Emir
90
Senasib
91
Kisah lalu Lilia
92
Tes DNA
93
Keburukan Emir
94
Bangkit
95
Rindu
96
Tinggal di desa
97
Darah
98
Keguguran
99
Penolakan
100
Adam
101
Ta'aruf
102
Lamaran
103
Keraguan
104
Pernikahan
105
Tidur
106
Kota
107
Panggilan Tuan
108
Adam Mustofa
109
Istana Adam
110
Mulai terbiasa
111
Taman
112
Peresmian gedung
113
Bertemu keluarga
114
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!