Radit

Hari-hari berlalu setelah pagi dimana Ara meninggalkan Heni di kamarnya dengan rasa kesal.

Ara tak pernah lagi mengunjungi Heni ke kamarnya ataupun berbalas pesan seperti biasanya. Tapi hari ini Ara mendapat kabar dari wanita lain di rumah 77 bahwa Heni sering keluar tanpa ijin Bu bos. Dia juga sering menolak ajakan para pelanggan yang ingin menyewanya. Bahkan Heni juga sering semalaman tak pulang padahal tak ada jadwal tugas yang sedang dia kerjakan.

"Sebenarnya kemana sih Heni Ra...Bu bos terus bertanya pada kami tentang hal itu...kau kan sahabatnya kau pasti tau apa yang di lakukan Heni di luar sana..."

kata salah satu wanita disana.

"Aku juga gak tau kemana Heni pergi...aku sudah gak pernah berhubungan dengannya akhir-akhir ini karna aku sibuk dengan para pelanggan..."

kata Ara mencoba beralasan.

"Iya sih kau selalu bertugas setiap malam..."

kata Wanita di hadapan Ara dengan mendengus kesal, tak heran lagi siapa wanita yang tak iri dengan Keberadaan Ara disana. Dia slalu bisa mencuri perhatian pelanggan yang berimbas dengan semakin menipisnya pendapatan wanita lain disana.

"Hmmm....tanyain aja sama Heni...sudah ya..aku mau menemui seseorang..."

kata Ara berusaha menghindar agar wanita di hadapannya tak semakin bertanya tentang Heni.

duuh aku benar-benar pusing dengan apa yang di lakukan Heni sekarang...dia menyuruhku untuk tak ikut campur dengan kehidupannya lagi...tapi aku mana bisa...aku tak akan membiarkan hidup Heni hancur begitu saja karna pria itu....

Batin Ara sambil berjalan menuju sebuah restorant yang berada di persimpangan jalan, tak jauh dari rumah 77.

Disana Ara membeli makanan dan minuman untuk mengusir rasa laparnya, fikirannya masih tak bisa lepas dari Heni sahabat baiknya.

Saat Ara tengah meneguk jus jambu yang ada di gelasnya, seketika air jus yang sudah ada di tenggorokannya terasa berhenti karna melihat sesuatu yang ada di sebrang jalan, tepat di depan restoran yang Ara tempati sekarang.

"D...dia bukannya si Radit..Radit itu...kekasihnya Heni...bersama siapa dia sekarang..."

Terlihat seorang pria tengah memeluk wanita dengan satu tangannya, berjalan menuju sebuah kedai yang ada di sebrang jalan.

Tapi seketika itu juga Ara kembali tenang karna mengingat penuturan Heni bahwa kekasihnya telah memiliki istri.

hmm...itu mungkin istrinya kali ya...

batin Ara mencoba tenang kembali.

Tapi bukan Ara namanya jika dia tak penasaran dengan apa yang dia lihat, Ara dengan cepat segera membayar makanan yang bahkan belum dia habiskan. Dia segera mengikuti si Radit menuju kedai.

Telah sampai di dalam kedai Ara memperhatikan setiap gerak-gerik Radit, bahkan mendengar beberapa percakapannya dengan wanita yang ada di sebelahnya.

Ara tepat berada dua bangku di belakang Radit, Ara bahkan juga memesan makanan agar tak di curigai oleh siapa pun.

Percakapan keduanya yang terdengar oleh Ara seperti biasa saja, Ara berfikir mungkin wanita itu memanglah istri dari kekasih Heni. Ara pun mengurungkan niatnya untuk membuntuti Radit lebih jauh lagi, karna dia juga kembali teringat kata-kata Heni yang menyuruhnya untuk tidak ikut campur dengan hidupnya sekarang.

Baru saja Ara ingin membayar tagihan makanan yang dia pesan, tapi terdengar ponsel Radit berbunyi dan itu membuat Ara penasaran siapa yang telah menelponnya, takut-takut kalau saja Heni yang menelpon Ara ingin tau seperti apa reaksi istrinya.

"Hallo..ada apa.."

jawab Radit pada panggilan yang masuk.

"Iya..iya nanti aku akan belikan susu buat anak kita...sekarang aku masih kerja...jangan ganggu aku...aku lagi sibuk..."

jawab Radit lagi selang beberapa detik.

astaga...susu..anak kita....jadi wanita ini bukan istrinya....gila...dia punya berapa simpanan di belakang istrinya....Heni...kau benar-benar telah masuk perangkap pria gila ini....

Batin Ara kesal, dia sampai menggenggam dan menancapkan garpu pada meja yang ada di hadapannya.

Akibat panggilan itu Ara di buat semakin geram dengan tingkah Radit, Ara pun memutuskan untuk mengikutinya kemana pun dia pergi, ingin tau berapa banyak wanita yang telah di bodohi oleh Radit.

Hampir satu jam Ara berada disana, akhirnya Radit dan wanita itu pun keluar yang di ikuti oleh Ara di belakangnya.

Radit terlihat menyetop sebuah taxi untuk wanita yang bersamanya, lalu wanita itu menaikinya sendiri dan menghilang dari tempat.

Melupakan siapa wanita itu, sekarang Ara fokus pada Radit.

Radit terlihat berjalan menuju sebuah parkiran sepeda motor, melihat itu Ara berinisiatif untuk mencari taxi dan menaikinya.

Lama di tunggu akhirnya Radit keluar dengan mengendarai sepeda motornya seorang diri, dia menuju ke sebuah toko perlengkapan bayi, dia membeli 1 kotak susu bayi lalu segera berlalu dari toko tersebut.

Ara pun terus mengikuti dengan menggunakan taxi. Perlahan Radit terlihat memasuki sebuah gang, dan menuju sebuah rumah, di depannya terlihat ada seorang wanita berkerudung dengan menggendong seorang bayi yang sedang menangis.

Jadi ini rumahnya....dan aku yakin itu adalah istrinya...ya ampun dia bahkan mempunyai seorang bayi..dia seorang ayah...tapi kelakuannya di luar sana....uuh...aku semakin kesal melihat pria itu...bagaimana bisa dia melakukan ini semua...setidaknya dia harus melihat betapa lucunya bayi mungil itu...aku tidak bisa tinggal diam dengan ini semua....

batin Ara terus menatap ke arah rumah Radit.

Besok aku akan mengambil hari libur ku...dan aku akan menemui istrinya..

Batin Ara lagi.

"Jalan pak...kembali ke tempat yang tadi..."

kata Ara pada sang sopir taxi.

Ara pun kembali ke rumah 77 dengan perasan kesalnya, ketika Ara ingin pergi ke kamarnya dia berpapasan dengan Heni.

"Ra dari mana..."

sapa Heni ramah seakan tak pernah terjadi apapun.

Ara yang terbiasa menceritakan segala kisah hidupnya pada Heni ingin sekali bercerita tentang apa yang baru saja dia lihat. Tapi Ara tersadar dia tak mempunyai bukti apapun, yang ada nanti Heni malah menyangkalnya dan membuat hati Ara semakin kesal.

"Mm...dari beli makan di resto persimpangan jalan sana...."

jawab Ara dengan cepat.

"Ra...apa kau bisa temani aku besok ke tempat kita biasa beli baju...."

Kata Heni dengan wajah cerahnya.

"Maaf Hen...aku tak bisa...besok aku akan mengambil hari liburku...tubuhku sudah lelah aku butuh istirahat...udah dulu ya...aku capek mau tidur..."

jawab Ara tak memandang Heni sama sekali, dia segera berlalu dan menuju kamarnya.

Sementara Heni hanya terdiam di tempat, melihat tingkah aneh Ara yang tak seperti biasanya.

"Apa Ara masih marah padaku..."

kata Heni lirih sambil memandang Ara yang semakin hilang dari pandangannya.

.

.

.

.

.

Bersambung...

Episodes
1 Hotel
2 Susi
3 Tugas Minggu depan
4 Kucing penurut
5 Banyak Hadiah
6 Rumah Ara
7 Panti Asuhan
8 Kesepian
9 Haris
10 Pria misterius
11 Makanan asam
12 Kekasih Heni
13 Radit
14 Nura
15 Pergi
16 Rumah sakit
17 Tertangkap
18 Ingatan Nura
19 Pria muda
20 Keponakan
21 Dia lagi
22 Percaya diri
23 Keluar kota
24 Dress tipis
25 Ketahuan
26 Pertengkaran
27 Kekasih
28 Rahasia kita
29 Tebusan
30 Rencana perjalanan
31 Pondok pesantren
32 Saudara kembar
33 Pencarian
34 Masakan Ara
35 Semakin terbuka
36 Istana jodi
37 Orangtua Jodi
38 Wanita malam
39 Di usir
40 Hilang arah
41 Surat
42 Surat balasan
43 Chandra
44 Jaket
45 Rumah Chandra
46 Undangan
47 Kecewa
48 Ingin sendiri
49 Meminta maaf
50 Bungkusan
51 Menghindar
52 Terluka
53 kesaksian Ara
54 Lebih dari teman
55 Otak perampokan
56 Penjaga
57 Makan malam
58 Salah sangka
59 Restoran
60 Kekasih
61 Ijin menikah
62 Makan malam
63 Cincin perak
64 Desa
65 Kedatangan Lilia
66 Restu Lilia
67 Tetap menerima
68 Minggu depan
69 Pernikahan
70 Kecewa
71 Keluarga Alma
72 Tergganggu
73 Malam pertama
74 Penutup mata
75 Permintaan maaf
76 Amarah
77 Pengakuan Asisten Emir
78 Terbongkar
79 Sakit
80 Anakku
81 Kisah lalu
82 Tangis
83 Haris dan Heni
84 Kesempatan kedua
85 Tak rela
86 Tes kehamilan
87 Hasil lab
88 Rencana lamaran
89 Kedatangan Emir
90 Senasib
91 Kisah lalu Lilia
92 Tes DNA
93 Keburukan Emir
94 Bangkit
95 Rindu
96 Tinggal di desa
97 Darah
98 Keguguran
99 Penolakan
100 Adam
101 Ta'aruf
102 Lamaran
103 Keraguan
104 Pernikahan
105 Tidur
106 Kota
107 Panggilan Tuan
108 Adam Mustofa
109 Istana Adam
110 Mulai terbiasa
111 Taman
112 Peresmian gedung
113 Bertemu keluarga
114 End
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Hotel
2
Susi
3
Tugas Minggu depan
4
Kucing penurut
5
Banyak Hadiah
6
Rumah Ara
7
Panti Asuhan
8
Kesepian
9
Haris
10
Pria misterius
11
Makanan asam
12
Kekasih Heni
13
Radit
14
Nura
15
Pergi
16
Rumah sakit
17
Tertangkap
18
Ingatan Nura
19
Pria muda
20
Keponakan
21
Dia lagi
22
Percaya diri
23
Keluar kota
24
Dress tipis
25
Ketahuan
26
Pertengkaran
27
Kekasih
28
Rahasia kita
29
Tebusan
30
Rencana perjalanan
31
Pondok pesantren
32
Saudara kembar
33
Pencarian
34
Masakan Ara
35
Semakin terbuka
36
Istana jodi
37
Orangtua Jodi
38
Wanita malam
39
Di usir
40
Hilang arah
41
Surat
42
Surat balasan
43
Chandra
44
Jaket
45
Rumah Chandra
46
Undangan
47
Kecewa
48
Ingin sendiri
49
Meminta maaf
50
Bungkusan
51
Menghindar
52
Terluka
53
kesaksian Ara
54
Lebih dari teman
55
Otak perampokan
56
Penjaga
57
Makan malam
58
Salah sangka
59
Restoran
60
Kekasih
61
Ijin menikah
62
Makan malam
63
Cincin perak
64
Desa
65
Kedatangan Lilia
66
Restu Lilia
67
Tetap menerima
68
Minggu depan
69
Pernikahan
70
Kecewa
71
Keluarga Alma
72
Tergganggu
73
Malam pertama
74
Penutup mata
75
Permintaan maaf
76
Amarah
77
Pengakuan Asisten Emir
78
Terbongkar
79
Sakit
80
Anakku
81
Kisah lalu
82
Tangis
83
Haris dan Heni
84
Kesempatan kedua
85
Tak rela
86
Tes kehamilan
87
Hasil lab
88
Rencana lamaran
89
Kedatangan Emir
90
Senasib
91
Kisah lalu Lilia
92
Tes DNA
93
Keburukan Emir
94
Bangkit
95
Rindu
96
Tinggal di desa
97
Darah
98
Keguguran
99
Penolakan
100
Adam
101
Ta'aruf
102
Lamaran
103
Keraguan
104
Pernikahan
105
Tidur
106
Kota
107
Panggilan Tuan
108
Adam Mustofa
109
Istana Adam
110
Mulai terbiasa
111
Taman
112
Peresmian gedung
113
Bertemu keluarga
114
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!