Waktu sudah lewat tengah malam, tapi Ara tak kunjung kembali atau pun memberi kabar.
Bu bos pun mondar-mandir di depan rumah 77, memikirkan bagaimana nasib Ara, apakah dia baik-baik saja, atau pulang dengan keadaan yang malah lebih parah dari Susi.
"Masih belum pulang bos..."
kata Susi basa-basi pada sang bos yang terlihat khawatir.
"Belum....huuh.. Ara juga gak ngasih kabar...gimana ini..."
kata Bu bos dengan wajah semakin khawatir.
"Lembur kali bos..."
jawab Susi.
"Atau mungkin dah mati kali..."
imbuhnya lagi dengan suara lirih.
"Huuush....jaga mulutmu ya..."
kata sang bos membentak mendengar suara lirih Susi.
"Sana-sana masuk...kau ini malah buat pikiranku semakin tak karuan saja..."
usir Bu bos pada Susi.
Susi hanya memajukan bibirnya, dan masuk dengan bergumam lagi lirih.
"Emang ya anak kesayangan slalu aja di bela...aku do'ain semoga mati aja tuh anak..."
*
Sementara yang berada di sebuah kamar hotel bintang 5, Ara tengah perlahan meninggalkan tubuh polos Jodi di tengah ranjang.
Ara berfikir tugasnya sudah selesai, dia ingin pulang dan beristirahat, malam ini dia terasa sangat lelah, pasalnya dialah yang menghandle permainan, berusaha membuat Jodi lupa dengan kebiasaannya.
Tapi belum sempat kakinya menyentuh lantai, tangan Jodi sudah menarik tangannya lagi.
"Kau mau kemana..."
kata Jodi dengan mata setengah terbuka.
"Tugasku sudah selesai...tidurlah tampan...kita akan bertemu lagi lain hari..."
jawab Ara menoleh sambil tersenyum manis.
"Tidak..tugasmu belum selesai..."
Apa...apa dia masih mabuk...ini sudah lewat tengah malam kan...
batin Ara.
"Kau menyewaku hanya untuk semalam Tuan...apa kau lupa..."
kata Ara lagi sambil membelai pipi Jodi.
"Kalau begitu aku akan menyewamu lagi...temani aku tidur sampai besok pagi...aku ingin.. gelapnya malam ini aku habiskan hanya denganmu wanitaku..."
"Hmm..benarkah...apa kau masih mabuk..."
"Aku tak mabuk...sudahlah sini...aku akan membayar berapapun yang kau mau..."
jawab Jodi menarik Ara dalam pelukannya kembali, dan menyelimuti tubuh polos keduanya dengan selimut lembut.
Ara pun tak menjawab dia hanya tersenyum, keduanya berbincang tentang banyak hal, sampai akhirnya tertidur di dalam pelukan masing-masing.
Hari pun berganti, sinar mentari sudah memanaskan seluruh isi bumi.
Semua wanita yang ada di rumah 77 pagi itu sedang berkumpul, membicarakan tentang Ara yang tak kunjung kembali setelah bertugas semalam.
Mereka semua bergidik ngeri karna melihat keadaan Susi Minggu lalu.
"Kenapa Ara tak pulang ya.."
"Apa keadaannya parah sampai dia tak pulang semalam.."
"Jangan-jangan kakinya patah gak bisa berjalan...hii..."
"Atau mungkin Ara mati dan di buang di jalanan....Bu bos bilang dia tak bisa di hubungi dari semalam.."
"Berdo'a lah agar wanita sok pintar itu mati..."
kata Susi menimpali, membuat semakin gaduh suasana di ruang tengah, ruang berkumpulnya para wanita itu.
Hari pun tak seperti biasanya, siang itu mereka selesai melakukan sarapan kembali berkumpul di ruang tamu, masih membicarakan hal yang sama yaitu Ara.
Bu bos sendiri terlihat memijat kepalanya, yang terasa pening, matanya terlihat merah karna semalaman dia tak bisa tidur, dia menunggu Ara pulang.
Sementara di sudut ruangan terlihat Heni, sahabat baik Ara malah menangis sambil terus berusaha menghubungi ponsel Ara yang tak kunjung ada jawaban.
Lama dengan keadaan itu, tiba-tiba sebuah mobil sport mewah berwarna merah terparkir di halaman rumah 77 yang luas.
Bu bos pun seketika berdiri, dia mempersiapkan diri berharap ada seorang pelanggan baru yang mau menyewa wanitanya.
Semua wanita yang berada disana pun juga bersiap membenarkan dandanan serta penampilannya, berharap ada yang mau menyewa mereka dan menghasilkan uang meski waktu masih siang hari.
Tapi tak berlaku untuk Heni, dia malah beranjak ingin pergi masuk dalam kamarnya, dia tak ingin melayani siapapun hari ini kecuali sudah mendapatkan kabar dari sang sahabat Ara.
Sekilas Heni melirik ke arah mobil, pintunya nampak terbuka dan menampakkan sepasang kaki jenjang yang akan keluar dari dalamnya.
Seketika Heni pun berteriak.
"Araaa..."
Dengan mata berbinar Heni berjalan tergesa menuju pintu untuk memastikan penglihatannya memang benar bahwa itu adalah sepasang kaki dari Ara.
Semua yang tengah sibuk merapikan dandanannya seketika juga berhenti karna mendengar teriakan Heni, mereka memandang ke arah yang sama bersamaan.
Dan benar saja Ara keluar dari mobil sport mewah itu dengan mengenakan gaun panjang berwarna coklat muda, membuat kulitnya yang putih bersih semakin mempesona dengan gaun yang di kenakannya.
Dengan senyum merekah Ara memandang ke arah Heni, melambaikan tangannya sambil berkata.
"Hay Heni...."
Heni segera mengusap bekas air matanya, perasaannya lega mendapati Ara yang masih berdiri dengan anggun dan dalam keadaan baik-baik saja.
nasib baik memang slalu berpihak padamu Ada...syukurlah...
batin Heni sambil melambaikan tangannya pada Ara.
Setelah keluarnya Ara di susul dengan seorang pria, yang keluar dan mengambil beberapa barang di bagasi mobilnya. Pria itu menenteng banyak paperbag yang kemudian di berikan pada Ara.
Ya pria itu adalah Jodi sendiri, dia mengantarkan Ara kembali ke rumah 77 seorang diri tanpa pendamping seorang pun.
Pagi itu setelah melakukan sarapan di kamar hotel berdua dengan Ara, Jodi terlebih dulu mengajak Ara untuk berbelanja apapun yang Ara inginkan. Sesuai janjinya semalam Jodi membelikan apapun yang Ara mau, Jodi dan Ara berbelanja layaknya sepasang kekasih, mereka bergandengan tangan, juga terlihat saling memeluk di beberapa tempat.
Rupanya Jodi sudah benar-benar terbuai dengan permainan Ara, kecantikannya mampu membuat Jodi takluk di bawah cinta semalam Ara.
Hari itu bahkan Jodi membelikan Ara sebuah gelang emas keluaran terbaru dengan harga yang lumayan mahal.
Setelah memberikan paperbagnya pada Ara, Jodi berbisik lirih di telinganya.
"Aku akan menjemputmu lagi di lain hari sayang..."
Bisikan itu di sambut oleh anggukan dan senyuman manja dari Ara, lalu Ara pun berkata.
"Terimakasih tampan...aku akan menunggumu kembali..."
Susi yang melihat pemandangan di depan matanya langsung bergidik ngeri mengingat lagi apa yang sudah di lakukan Jodi padanya, Tapi dia juga masih tak percaya karna Ara yang pulang dalam keadaan baik-baik saja, Ara malah membawa banyak hadiah dari Jodi.
Kilauan gelang emas yang di pakai Ara pun mencuri perhatian Susi.
apa...dia membelikan Ara gelang...sialan...
Batin Susi, hatinya yang terlanjur dengki pada Ara membuatnya semakin benci dengan apa yang dia lihat sekarang, Susi pun segera pergi dan masuk ke dalam kamarnya tak ingin melihat lagi apapun yang di bawa Ara nanti.
Mobil Jodi pun melaju di iringi dengan lambaian tangan Ara sampai mobil tak terlihat lagi.
Heni segera berlari menghampiri Ara, melihat setiap jengkal tubuhnya.
dia memang baik-baik saja...
batin Heni lagi terheran.
"Kau baik-baik saja Ara...tak ada lecet sedikit pun..."
kata Heni sambil memutari tubuh Ara.
"Dia si Jodi pria gila itu kan...." imbuh Heni lagi.
"Ya tentu dia si Jodi itu...dia memang gila Hen...dia membelikan aku banyak sekali hadiah...lihat ini...haha..."
kata Ara sambil menenteng tinggi-tinggi paperbag yang di bawanya.
"Aku membelikanmu sesuatu...ayo masuk...aku akan menceritakan semuanya padamu..."
imbuh Ara lagi sambil merangkul bahu Heni dengan riangnya. Sementara Heni hanya menurut dengan seribu tanya di dalam kepalanya.
.
.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments