Kini Heni dan Ara tengah tertawa lebar di dalam kamar Ara. Heni semakin terkikik mendengar berbagai trik yang Ara lakukan pada Jodi.
Tadi selepas kepergian Jodi, Ara di berondong berbagai pertanyaan dari Bu bos maupun wanita-wanita disana yang penasaran dengan keadaan Ara. Bagaimana Ara bisa pulang dengan baik-baik saja setelah apa yang terjadi pada Susi Minggu lalu, bahkan lebam di wajah Susi pun masih belum sembuh. Masih menyisakan bekas menghitam di sana-sini.
Bu bos pun lega mendengar cerita Ara dan semakin bangga padanya, dia tak rugi menjadikan Ara wanita nomer satu di rumah 77 nya. Karna memang Ara lihai mempermainkan banyak pria. Pria manapun akan takluk jika sudah bermain dengan Ara, itu adalah kata yang selalu Bu bos katakan sepanjang Ara bercerita.
"Apa dia yang membelikanmu banyak barang ini..."
tanya Heni
"Iya Hen...siapa lagi memang nya..."
jawab Ara sambil memandang lagi gelang barunya.
"Benar-benar gila...lalu mengapa dia bersikap seperti itu pada Susi...bahkan Susi tak mendapatkan barang apapun darinya..."
"Ntah lah...dia sendiri yang memintaku untuk memilih ini semua..di sangat kaya Hen...dia tak mempermasalahkan apapun yang aku beli...mungkin uangnya tak terbatas..dan ya dia mempunyai banyak sekali pengawal...itu yang membuatku semakin takjub...aku heran seperti apa kekayaannya sampai dia mempunyai banyak pengawal seperti itu..."
"Wahh...rupanya orang seperti itu memang ada ya di dunia nyata...aku penasaran sebanyak apa pengawalnya..."
"Banyak sekali Hen...aku sampai tak bisa menghitungnya...Huuhh...dia benar-benar luar biasa...tampan..kaya...tapi tak banyak wanita yang mau bersama dengannya...akibat fantasinya yang gila itu..."
"Ya..dan kau mungkin satu-satunya wanita yang berhasil merubah fantasinya..."
"Hahaha...semoga saja..."
jawab Ara sambil tertawa dengan lebar.
Menjelang sore hari, selesai bercerita banyak dengan Heni Ara memutuskan untuk pulang ke rumah pribadinya.
Dia akan beristirahat selama beberapa hari setelah bertugas seminggu penuh.
Seperti biasa dia menaiki taxi online untuk pulang ke rumahnya, tak ada yang tau dimana rumah pribadi Ara kecuali sahabat baiknya Heni.
Rumah Ara terletak di beda kota, cukup jauh dari rumah 77 hingga dia harus menyewa kendaraan untuk sampai di sana. Bukan menyewa untuk mengantarkan ke rumahnya, tapi untuk mengantarnya ke sebuah tempat penitipan mobilnya.
Ya Ara sudah memiliki mobil sendiri yang baru di belinya beberapa bulan ini, Ara juga dapat mengendarainya sendiri, dia telah belajar mengemudi, bahkan juga sudah mempunyai surat ijin mengemudi.
Mobil berwarna merah keluar dari sebuah bagasi besar, menyibak jalanan kota yang tampak ramai lancar.
Ara sendiri tengah mengendara dengan santainya sambil mendengarkan lagu dan bernyanyi merdu.
Butuh waktu sekitar setengah jam untuk sampai di sebuah rumah mewah, nan luas dengan gaya bangunan Eropa. Sebagian besar bangunan rumahnya terbuat dari kaca, sehingga dari luar tampak terlihat berbagai perabot mewah yang di miliki Ara.
Rumah itu sendiri terdiri dari 2 lantai, lantai bawah di isi dengan ruang tamu, ruang santai,kamar tamu, dapur juga kolam renang sementara seluruh ruang di lantai atas adalah ruang pribadi Ara, yang terdiri dari kamar tidur, kamar mandi, satu kamar lagi untuk barang-barang koleksi Ara juga ada sebuah ruang santai dengan televisi super besar.
Ara telah sampai di depan rumahnya, di bunyikannya klakson mobil dan gerbang pun di buka oleh seorang perempuan.
Di parkirnya mobil di dalam bagasi, dan Ara keluar dengan membawa banyak paperbag di tangannya. Barang-barang yang dia peroleh dari para pelanggannya Minggu ini.
"Non Ara apa kabar..."
Sapa mbak Sarti, dia adalah perempuan yang bertugas untuk merawat rumah Ara, selagi Ara tak ada di rumah. Usianya 10 tahun lebih tua dari Ara, dia tinggal di rumah Ara saat Ara pergi dan akan pulang saat Ara sudah kembali.
"Baik mbak...mbak sendiri bagaimana kabarnya..."
jawab Ara sambil tersenyum dan berjalan masuk ke dalam rumah.
"Saya Baik non...sini saya bawakan barang-barang nya..."
"Hehe...iya mbak...ini tolong bantu bawa ya...di taruh di ruang tamu aja...saya ada sesuatu buat mbak...."
"Wahh...saya di belikan lagi non...saya jadi gak enak...tiap non Ara pulang selalu di bawain oleh-oleh..."
kata Sarti sambil tersenyum malu. Sarti sendiri tak tau apa sebenarnya pekerjaan Ara. Yang dia tau Ara bekerja di luar kota dengan bayaran yang cukup mahal, hingga dia bisa membayar lebih Sarti dari asisten rumah tangga pada umumnya.
Pernah Sarti bertanya apa pekerjaan Ara yang sebenarnya, Tapi tak pernah di jawab oleh Ara. Dari situ Sarti tak pernah bertanya lagi, dia takut menyinggung perasaan Ara.
Baginya semua yang telah di berikan Ara padanya sudah cukup, dan dia tak mau ikut campur dengan kehidupan majikan mudanya ini.
"Gapapa mbak...Minggu ini saya ada rejeki lebih...ini buat mbak..."
Ara membelikan Sarti setelan baju tidur berwarna warna biru.
"Dan juga ini bayaran sekaligus bonus buat mbak karna telah menjaga dengan baik rumah saya...terimakasih ya..."
imbuh Ara lagi memberikan beberapa lembar uang pada Sarti.
"Ya ampun non...saya yang harusnya berterimakasih sama non Ara...selalu di berikan bonus tiap minggunya..."
jawab Sarti dengan senyum merekah.
"Doakan aja mbak...semoga saya selalu di beri rejeki lebih....mbak boleh pulang sekarang..."
"Baik non...jaga diri baik-baik ya non...saya sudah masak makanan buat nona sesuai pesanan..semoga nona suka..."
"Iya mbak...terimakasih ya..."
"Iya non sama-sama...Oh iya... non Ara balik kerja lagi hari apa non..."
"Agak lama mbak...saya di rumah 4 harian...nanti kalau ada kabar mendadak saya akan kabari mbak ya..."
"Baik non...terimakasih ya...saya permisi pulang dulu..."
jawab Sarti mengambil tas yang sudah dia siapkan untuk di bawa pulang, dan Sarti pun keluar dengan perasaan riang gembira.
Kini tinggal Ara sendiri di rumahnya, Ara mematikan ponselnya tak ingin ada siapa pun pelanggan ataupun Bu bos yang mengganggu waktu istirahat nya.
Dia naik ke lantai atas memasuki kamarnya, di lemparkan tubuhnya begitu saja di ranjang besarnya.
"Huuuh...akhirnya...aku rindu sekali dengan kenyamanan kamar ku..."
kata Ara lirih sambil tersenyum memandang langit-langit kamar.
Dia pun menoleh ke arah kiri, terdapat sebuah meja di sana, di atasnya ada sebuah tatakan dari kaca, di dalamnya terdapat sebuah batu giok berwarna biru terang.
Ya itu adalah batu giok milik Ara, batu yang dulu di tinggalkan di sebelah bayi mungil Ara di panti Asuhan.
Batu sebagai penanda sekaligus sebuah petunjuk untuk mencari siapa orangtuanya yang sebenarnya.
Ara sendiri tak tau masih adakah kedua orangtuanya, dia pernah mencari tapi tak pernah ada yang tau dimana sebenarnya pemilik asli batu giok tersebut, hingga Ara pasrah dan hanya menyimpan batu itu baik-baik sebagai barang kenangan dari orangtuanya.
Ara di besarkan di sebuah panti Asuhan, setelah dia dewasa Ara mencari sendiri jati dirinya, hingga jadilah Ara yang sekarang dengan kehidupan bebas yang dia jalani.
Tak ada sanak saudara, keluarga atau sosok orangtua yang melarangnya, hingga dia hidup bebas sesuai dengan apa yang dia inginkan.
.
.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Mie Siau
👍👍👍👍👍
2022-12-07
0