Septin mengerutkan keningnya melihat sang Guru sudah menunggu nya di pagi ini. ''Ada apa ini? kenapa Bu Maya sudah mencari aku,'' Gumam Septin pelan dan masih tidak percaya dengan apa yang ada di hadapan nya sekarang.
''Akhirnya kamu datang juga Septin?'' kata Bu Maya merasa lega.
Septin lagi lagi mengerutkan kening nya, mencoba mencerna setiap kata kata yang di ucapkan oleh Wali kelas nya barusan.
''Memang nya ada apa Bu?'' tanya Septin dengan rasa penasaran nya, dan mencoba untuk tetap tenang sehingga sang Guru tidak menyadari kalau dirinya tengah di landa kekhawatiran.
''Tolong bantu Ibu Septin, ponakan Ibu kerasukan makhluk halus, sejak kemarin dia selalu mengamuk sepulang dari jalan jalan nya.''
''Haaa-- maksud Bu Guru apa ya, Septin tidak mengerti?'' Septin yang benar-benar tidak mengerti meminta Guru nya mengulang perkata'an nya lagi.
''Ponakan Ibu kerasukan Septin, keluarga Ibu sudah capek mencari orang pintar ke sana ke mari, namun tidak ada perkembangan sama sekali, dan Ibu juga baru ingat sama kamu pagi tadi? Ibu harap kamu bisa bantuin Ibu buat nyembuhin ponakan dari arwah yang bersemayam didalam diri nya,'' terang nya dengan lirih, bahkan saat ini air mata nya sudah mengalir di kedua pipi nya, membuat hati Septin menjadi tersentil sedikit, mungkin ini semua bukan hak Septin untuk penyembuhan dan meminta dia(sosok) yang ada di dalam tubuh ponakan Guru nya untuk keluar dari dalam tubuh nya. Atau jangan jangan ponakan Bu Guru sudah berbuat salah sehingga dia berbuat seperti itu karena merasa terganggu dengan keberadaan dia di sana, pikir Septin.
''Bagaimana kalau nanti pulang sekolah, Septin ikut Bu Guru saja?'' kata Septin setelah beberapa saat terdiam dan memikirkan bermacam pertanyaan yang bersemayam di otak nya. ''Tapi Septin nggak bisa menyembuhkan seperti itu Bu, Septin juga bukan dukun atau hal semacam nya, Septin hanya penasaran dengan cerita Ibu? Septin hanya ingin tau makhluk apa yang bersemayam didalam tubuh ponakan Ibu Guru saat ini,'' kata Septin berbicara sejujurnya terlebih dulu, karena Septin tak mau di anggap di anggap sebagai dukun atau semacam nya.
''Baiklah, nanti Ibu akan tunggu kamu di parkiran sekolah,'' jawab Bu Maya yang di angguki oleh Septin, setelah kepergian Bu Maya Septin melangkah menuju ke dalam kelas nya yang ternyata di sana kedua sahabat nya sudah menunggu di dalam kelas.
''Lama banget lho woyy??'' tukas Nurul yang emang susah sejak tadi menunggu kedatangan sahabat yang satu ini, selain gokil, narsis dan dia juga bisa menjadi sableng ketika menyangkut hal hal mistis lain nya.
''Tadi gue di cegat--''
''Cegat siapa lho,'' potong Nurul yang membuat Septin malas untuk membahas nya sekarang.
''Rampok!!'' jawab Septin ngasal membuat semua teman teman nya yang sudah berada di dalam kelas pada menatap Septin bingung.
''Rampok? tapi lho nggak apa apa kan Tin?'' tanya Rafael yang terkejut seraya memutar mutar tubuh Septin.
''Dasar bucin banget lho Fa,'' cetus Nurul singkat.
''Bucin?'' Ucap Septin mengerut kan kening nya.
''Iya, budak cinta?'' tambah Nurul yang langsung mendapatkan sentilan di dahi nya.
''Kalau ngomong nggak pakek sensor sama sekali, siapa yang bucin?'' tanya Rafael ketika sudah menyentil sahabat nya.
''Ya kamu lah, masa Om Wowo yang bucin? kan enggak,'' jawab nya lagi tanpa malu karena semua teman teman nya menatap ke arah nya.
''Sudahlah, gue pusing lihat kalian berantem terus seperti ini, entar cinlok lho?'' ledek Septin yang emang nggak suka dengan gurauan Nurul barusan.
''Cinlok?''
''Iya, cinta lokasi,'' balas Septin yang kini sudah satu sama.
''Resek lho ya Tin??'' geram Nurul, sedangkan Septin hanya terkekeh melihat sahabat nya yang gagal akan membalas perkata'an Septin, karena sang Guru yang sudah terlebih dulu masuk ke dalam kelas nya.
Selama pelajaran di mulai semua siswa tidak ada yang bersuara sama sekali.
2 jam kemudian
Akhirnya sang Guru mengakhiri pelajaran nya karena sudah jam nya istirahat.
''Kita akhiri belajar nya hari ini, dan kita akan sambung lagi lusa,'' Ucap sang Guru yang akan hendak melangkah keluar kelas.
Semua nya serempak menjawab dengan jawaban yang sama, ''Ya,''
Kepergian sang Guru membuat semua kelas 11 A berhamburan keluar kelas, untuk sekedar ngadem di halaman depan sekolah nya yang begitu sejuk, dan ada sebagian dari mereka memilih pergi ke kantin sekolah nya untuk mengisi perut nya yang sudah keroncongan, karena pagi tadi tidak sarapan.
''Tumben lhonhanya makan bakso doang Tin?'' tanya Nurul yang tengah memegang nasi pecel di tangan kanan nya, dan tangan kiri nya ada es teh.
''Lagi pengen bakso, lagian aku juga masih kenyang? karena tadi pagi aku sarapan terlebih dulu sebelum berangkat sekolah,'' jawab Septin mengaduk ngaduk bakso nya.
''Sudah, jangan di aduk aduk terus, makan tuh bakso nya? entar keburu dingin lagi,'' sambung Rafael yang melihat Septin yang bersikap lain dinsiang ini.
''Aku lagi kepikiran nich Fa?'' gumam nya pelan, tapi masih bisa di dengar oleh kedua sahabat nya.
''Kepikiran apa sich Tin? apa lho jangan jangan kepikiran tentang yang kemarin aku ceritain itu ya?'' tebak Nurul setengah benar.
''Iya, salah satunya mikirin itu? tapi yang aku pikiran ini sekarang adalah Bu Maya yang tadi mencegat ku di halaman sekolah?'' Ucap nya lirih.
''Kamu punya salah apa sama Bu Maya Tin?'' khawatir Rafael, takut nya sahabat yang satu ini bikin ulah lagi kayak dulu masih kelas 10.
''Aku nggak salah sich, tapi lebih tepat nya dia meminta tolong kepada ku untuk menengok ponakan nya yang tengah kerasukan gitu, aku juga nggak enak nolak nya tadi? jadi aku iyain saja dech.'' sahut nya pelan.
''Kalau kamu nggak yakin kenapa kamu nyanggupi sich Tin?'' sela Rafael yang kini menghadap ke arah sahabat yang pernah ia suka, namun cinta tak harus memiliki. Seperti ini lebih nyaman dan tak terlihat kaku. Biarlah, jodoh nya memang Allah yang sudah mengatur, kalau memang dia jodoh Septin selamanya akan di dekat kan, karena semuanya membutuhkan proses, pikir Rafael.
''Kalian mau ya nemenin aku nanti siang ke rumah Bu Maya,'' Ucap Septin membuyarkan lamunan Rafael.
''Maaf Tin, aku nggak bisa nemenin kamu nanti? kamu kan tau sendiri aku harus bantuin Ibu,'' kata Nurul tak enak hati. Tapi mau bagaimana lagi, sedangkan dia harus membuka warung nya ketika sudah pulang dari sekolah nya, Septin mengangguk paham dengan keadaan Nurul yang seperti teman yang lain nya.
Terima kasih dukungan nya kakak?
Jangan lupa like komen ya kalau suka, 🙏🙏🙏💕💕💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments