Setelah puas bantuin Ibu Nurul, Septin beranjak dari duduk nya dan kini mereka sudah pindah ke teras rumah nya, karena Nurul sendiri tengah membantu sang Ibu untuk melayani pembeli di depan rumah nya, Septin yang penasaran dengan keseharian Nurul pun memilih ikut dan duduk di kursi yang ada di teras rumah nya, di sana sudah ada beberapa anak kecil yang tengah menunggu giliran nya untuk mencicipi cilok dan juga sosis goreng buatan Bu Nurul.
''Tiap harinya selalu rame seperti ini Rul?'' tanya Septin dengan tangan memegang mangkuk yang berisi cilok cilok yang di ambilkan oleh Bu Nurul baru saja.
''Alhamdulillah Septin? cukup untuk belanja dua hari,'' sahut Nurul dengan senyuman nya yang menghiasi bibir tipis nya.
''Alhamdulillah sekali kalau begitu Nurul?'' tukas Septin membalas senyuman dari sahabat nya.
Selesai nya Nurul beranjak ke kamar nya untuk mengambil buku pelajaran yang harus ia ulang bersama Septin, karena sebentar lagi mereka akan menghadapi ujian kenaikan kelas, dan tentunya mereka harus mendapatkan nilai yang memuaskan untuk dirinya sendiri dan juga kedua orang tuanya.
Ketika badan yang beli Nurul menghentikan belajar nya sejenak untuk melayani pembeli yang terdiri dari anak anak kecil yang menjadi pelanggan setia nya, sedang kan Ibu Nurul tengah mempersiapkan cilik cilok yang akan di bawa suami nya untuk berkeliling di desa nya, maupun di desa sebelah juga.
Septin melihat semua itu tersenyum bahagia melihat keluarga sahabat nya sudah lebih dari cukup bagi nya.
''Oiya Septin, kamu pernah dengar nggak? kata orang orang yang kemarin aku dengar ada wanita yang menjadi hantu di jalan raya yang kemarin tabrakan?'' ujar Nurul, Septin hanya mengangkat satu alis nya ke atas, karena mulai penasaran dengan cerita sahabat nya.
''Kata siapa itu Rul?'' tanya Septin memastikan kebenaran nya.
''Iya, aku juga dengar dari tetangga yang kemarin sempat beli di sini,''
''Kok aku jadi penasaran gini ya Rul, pengen lihat lebih dekat githu?'' Ucap Septin dengan kekehan nya.
''Dasar bocah sableng, hantu kok malah mau di bikin tontonan sich,'' gerutu Nurul yang membuat bulu kuduk nya bersiri mendengar penuturan sahabat yang satu ini.
Di katakan berani? dia emang berani dan tak takut dengan masalah yang mengarah ke makhluk astral tersebut, namun bagi Nurul itu adalah hal yang paling mengerikan bagi nya, karena selama dia hidup dan di umur nya menginjak 17 tahun dia belum pernah melihat yang namanya hantu. Ya mungkin karena itulah dia menjadi penakut seperti ini sekarang.
''Kamu mau ikut aku nggak Rul?'' ajak Septin, sedangkan yang di ajak hanya bergidik ngeri mendengar nya. ''Kenapa lho Rul, kok kayak gitu sich? di tanya juga,'' sela Septin yang tak mendapatkan jawaban dari sahabat nya.
''Ogah, kalau gue harus ikut lho hanya untuk ngecengin hantu, kalau di ajak makan di warung sich oke oke saja, lah ini mau nyamperin hantu gitu. Serreeemm!!'' Ucap nya, bayangin saja sudah takut apalagi lihat langsung di tempat kejadian gitu, pasti sangat menyeramkan sekali, pikir Nurul dalam hati nya.
''Lagian lho aneh aneh dech Septin? harus lihat pakek mata kepala sendiri baru percaya githu, emang apa untung nya sich dari semua itu Tin? sampai kamu sendiri bela belain untuk beramah tamah seperti itu segala,'' tambah Nurul yang sudah mulai mengomel nggak jelas.
''Ya, untung nya sich nggak ada Nurul? hanya saja aku suka dengan hal hal semacam itu, mencoba Adrenalin yang berbeda saja, kalau orang lain mencoba adrenalin nya dengan menaiki wahana yang seru seru, lah aku beda sendiri dengan melihat hantu yang munkin bisa membuat aku tertawa dan juga bersedih dengan cara bersama'an,'' terang Septin, bagi orang lain itu semua tidak masuk akal sich, namun bagi Septin itu adalah sebuah hiburan yang menantang keberanian nya, sampai mana sich keberanian nya untuk menatap langsung hantu hantu yang masih berkeliaran di dunia nya saat ini, pikir nya.
...****************...
Menjelang sore Septin baru oulangndari rumah Nurul, dia sangat senang mengobrol dengan sahabat nya itu, dan dia juga merasa puas sekarang karena sudah membantu Ibu Nurul, dari siang sampai menjelang sore.
Bunda Septin sudah menunggu kepulangan gadis kecil nya, yang sampai sore hari dia keluar dari rumah nya. ''Sore banget pulang nya?'' tanya sang Bunda yang tengah melipat kedua tangan dan ditaruh di depan dadanya.
''Iya Bunda, maaf? tadi keasyikan bantuin Nurul dan juga Ibu nya Bun, jadi sampai sore dech,'' jawab Septin dengan kekehan nya yang renyah.
''Kayak nya kamu senang banget pulang dari rumah Nurul,'' tanya laginsang Bunda yang melihat puteri nya selalu mengembangkan senyum manis nya sejak pulang tadi.
''Seneng aja Bunda, bisa bantuin mereka di rumah nya, dari bikin adonan cilok, membentuk bulat bulat kecil, sampai matang pun Septin ada di sebelah nya, ya walaupun terlihat sangat sederhana, tapi bagi Septin itu sangat susah,'' keluh nya, mengingat Ayah Nurul dengan peluh yang mengalir di punggung nya.
''Emang nya bilang susah gitu, kan tinggal tuangbair dan cetak habis itu jadi dech cilok nya,'' sahut sang Bunda santai.
''Nggak segampang itu Bunda, ayah Nurul masih membanting banting kan adonan nya agar kalis gitu katanya,'' jelas Septin berpikir sejenak.
''Ya kan buat banyak sayang? jadi harus digituin lah biar cepat kalis dan enak ketika di cetak nya,'' sela sang Bunda yang masih melihat puteri nya memikirkan sesuatu.
Septin hanya terkekeh melihat sang Bunda yang sudah menatap nya dengan tatapan tajam nya.
''Sudah, kamu mandi sanah? entar malah kemaleman lagi,'' ujar sang Bunda menghentikan ucapan Septin yang akan ia utarakan kepada Ibunda nya.
''Bunda gitu dech? kan Septin masih ingin menanyakan satu hal lagi kepada Bunda,'' sahut Septin memanyunkan bibir ranum nya.
''Sudah nggak usah nge bantah lagi, lebih baik kamu bersihin badan kamu yang lengket itu,'' lagi lagi sang Bunda menyela ucapan Septin yang sukses membuat Septin menjadi kesal, Septin yang kesal langsung beranjak dari tempat nya dan menuju ke kamar nya, Septin juga menutup pintu nya dengan lumayan keras, membuat sang Bunda kaget di buat nya.
''Astaghfirullah, gadis itu sungguh bikin Bunda kesal saja dech, sudah datang nya kesore'an, sekarang dia malah marah marah seperti itu,'' gumam sang Bunda mengelus elus dadanya yang tengah berlari maraton karena terkejut.
Di dalam kamar mandi Septin terkekeh geli melihat bunda nya sangat terkejut seperti tadi.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments