Nurul masih belum puas dengan jawab yang di berikan oleh teman nya, akhirnya Rafael ikut bersuara.
''Itu kan dongeng masa lampau Nurul, mungkin sebagian orang tidak akan percaya dengan cerita cerita itu, tapi mengingat Mbah Buyut Septin masih sehat, ya kita harus percaya? karena itu kisah dari Mbah Buyut nya,'' balas Rafael yang membela Septin waktu itu.
''Ach bilang saja kalau lho catmuk sama Septin?'' kesalahan Nurul dan kembali ke bangkunya karena sang guru sudah masuk ke dalam kelas nya.
Setelah Guru mereka berbasa basi menegur murid muridnya, sang Guru pun langsung ke pelajaran yang minggu lalu memberikan tugas kepada semua murid kelas 2 SMAN 2 tersebut.
''Interupsi Bu Guru?'' Ucap Nurul mengangkat tangan nya ke atas.
''Kenapa Nurul?'' tanya sang Guru menatap ke arah Nurul duduk.
''Bu, di jaman dulu semua barang mati bisa berbicara, apa itu benar,'' kata Nurul membuat Septin menepuk jidad nya yang tak percaya dengan kelakuan teman nya.
''Memang benar, namun itu jaman di mana masih belum ada alat seperti sekarang, coba kamu pikir sendiri. Di film film banyak yang memper tonton kan animasi animasi, yang menayangkan di mana hewan dan barang barang lain bisa mengobrol dengan satu sama lain nya,'' jawab sang Guru yang membuat Nurul manggut manggut mengerti.
''Kirain itu hanya bualan saja Bu Guru,'' tambah Nurul dengan nada lesu nya.
''Lho di bilangin nggak percaya,'' tempat Rafael yang semakin membuat Nurul kesal.
Setelah pelajaran selesai, semua murid SMAN 2 langsung menghambur menuju ke kantin, sedangkan Septin malah pergi ke belakang sekolah nya karena dia merasa terpanggil untuk datang ke sana, dengan bibir yang gerak gerak tak tentu Septin terus membaca Ayat kursi, takut nya ada hantu yang nyasar di siang bolong begini, pikir nya.
Nampak sekali Septin menghampiri sebuah pohon besar yang berada di belakang sekolah nya, Septin berujar dalam hatinya.
'Kamu masih tetap di sini toh?' kata Septin, tak ada orang lain lagi selain Septin sendirian di sana.
'Kalau iya emang kenapa, aku tak pernah mengganggu kamu kok, namun kamu yang selalu mengusik agar aku selalu pindah dari rumah yang sudah puluhan tahun aku tempati,' balas nya namun hanya suara saja yang terdengar, ya jelas lah hanya suaranya saja, kan dia genderuwo yang menempati pohon besar tersebut.
''Aku nggak akan mengganggu kamu kok, lagian bukan niat aku untuk mengganggu kamu? cuma aku ngingetin saja agar kamu segera pindah, karena pohon ini akan segerakan di tebang oleh pihak sekolah,'' Gumam Septin membuat sosok itu menampakkan dirinya pada Septin.
''Akhirnya lho keluar juga kan?'' kata Septin yang kini mulai bersedekap mengamati penampilan genderuwo di depan nya, halaman belakang sekolah Septin emang sedikit gelap karena dahan pohon itu sudah menutupi sebagian genteng sekolah nya.
''Aku nggak akan pernah pindah sampai kapan pun camkan itu,'' sosok itu sedikit mengancam Septin, agar Septin sedikit takut padanya, namun kenyata'an nya Septin malah masih siam berdiri di depan nya tanpa menggerakkan tubuh nya sama sekali.
'Kata Mbah Buyut genderuwo bisa berubah menjadi siapapun, namun kalau orang tersebut tau dan mengetahui suatu hal, dia akan menampakkan wujud aslinya yang tinggi besar sampai tinggi nya tidak bisa di ukur oleh manusia biasa.' batin Septin.
''Kalau kamu nggak mau pindah aku nggak mau tau lagi, itu hak kamu dan juga urusan kamu sendiri, karena aku sudah memperingatkan kamu untuk segera pindah tempat,'' kata Septin melangkah maju, seakan ia tertantang dengan keberanian sosok menyeramkan itu.
''Aku tau kamu bisa mengubah wujud kamu menjadi siapapun yang kamu ingin kan, namun tidak dengan ku? karena aku adalah cucu dari Mbah Buyut Niti Rejo, aku tak akan merasa takut sama siapa pun selama aku di jaln benar, dan aku kemari hanya untuk mengingat kan kamu saja untuk segera pindah, bukan untuk mengusir kamu dari sini, aku akui ini adalah wilayah kamu selama puluhan tahun. Tapi perlu kamu ingat, dahan dan juga ranting ini sudah terlalu besar? dan ini juga sangat membahayakan semua siswa yang ada di sana,'' Ucap Septin menepuk nepuk pohon besar yang sudah di huni oleh sosok yang menyeramkan bagi lain nya.
''Aku ha....?'' Septin menghentikan ucapan nya ketika terdengar seseorang yang memanggil nya.
''Septin,'' panggil Rafael yang sudah ada di halaman belakang tepat nya tak jauh dari nya.
Septin menoleh dan mendengus ketika yang di lihat nya adalah Rafael. ''Lho ngapain di sini!'' ketus Septin menatap tajam ke arah Rafael yang kini berjalan menghampiri nya.
''Lho gue cari cari di kantin nggak tau nya lho ada di sini,'' balas Rafael menatap Septin yang tengah bersender di pohon besar tersebut.
''Lho sendiri ngapain di sini sich Septin, bikin aku penasaran, apa jangan jangan ada yang lho sembunyi'in dari gue ya?'' tebak Rafael yang emang benar adanya.
''Laki-laki cemen nggak boleh ke tempat seram seperti ini, aku takut kamu bakalan pingsan mengetahui kebenaran yang sudah aku lakukan,'' ledek Septin yang kini menghampiri Rafael.
''Enak saja gue di bilang cemen, gini gini gue berani kali,'' dengan Rafael dengan nada percaya dirinya.
''Apa lho yakin berani di tempat ini,'' tanya Septin berbisik.
''Yakin lah? seorang laki-laki harus pemberani, agar bisa melindungi wanita yang aku cintai,'' balas Rafael membuat Septin mengernyit kan dahinya, karena menurut Septin Rafael terlalu drama banget.
''Ya sudah kali gitu nikmati saja hari ini, dengan sosok yang menyeramkan di balik pohon besar itu,'' bisik Septin dan berlari meninggalkan Rafael begitu saja. Rafael yang mendengar bisikan dari sang teman pun hanya terdiam kaku di tempat nya, sedangkan di belakang sana Septin sudah cekakak cekikik melihat teman nya yang tetap berdiri. Namun setelah kesadaran Rafael penuh dia langsung ngacir begitu saja melewati Septin yang masih berdiri di belakang tembok kelas nya.
''Itu yang mau menjaga wanita, cuma gitu doang sudah ngacir,'' Septin terus tertawa melihat kelakuan teman nya yang sok pemberani.Padahal nyalinya sangat ciut.
Nafas Rafael memburu membuat Nurul bertanya tanya pada dirinya sendiri, melihat Rafael yang kayak nya tengah ketakutan.
''Kenapa lho Raf,'' tanya Nurul mengagetkan Rafael.
''Ampun ampun? aku nggak lagi bikin ulah di belakang, tapi aku mohon ampuni aku,'' seru Rafael yang sukses membuat semua siswa menoleh ke arah Rafael yang tengah berkata ngawur.
Nurul mengerutkan dahinya masih tak mengerti dengan apa yang terjadi dengan teman cowok nya itu.
Terima kasih kakak.
Jangan lupa like komen ya, kalau kalian suka, maaf kalau kata2 nya sangat membosankan 🙏🙏😘😘💕💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments