Masih di tempat latihan.
''Apa'an sich lho Robby, jangan aneh aneh dech? ini nich yang bikin persahabatan gue renggang,'' cerocos Rafael, takutnya Septin marah dan nggak mau berteman dengan nya lagi. Paling tidak dia harus membohongi perasa'an nya yang sesungguh nya.
''Sudah nggak usah bertengkar lagi? emangnya kalian nggak malu sama anak kecil di depan kalian sekarang?'' kata Septin yang sukses membuat ke duanya terbelalak, pasalnya maupun Rafael dan juga Robby tak melihat anak kecil di dekat nya.
Mereka berdua saling menukar pandangan nya, siapa tau Robby atau juga Rafael tau ada di mana anak kecil yang di bilang Septin Sahabat nya itu.
''Septin, lho jangan aneh aneh dech? di sini nggak ada anak kecil ya, di sini hanya aku, kamu dan juga Robby,'' yukas nya kesal, karena Rafael takut di goda oleh Septin.
Rafael melihat Septin yang tengah mengobrol sendirian di samping nya, membuat buku kuduk Rafael dan juga Robby bediri, rasa dingin tengah menyelimuti kedua nya, melihat sangnyeman yang teman yang lebih asih dengan dunia nya, yakni mengajak anak kecil yang ia lihat sekarang, namun kedua teman nya tidak melihat apapun.
''Septin, kamu ngobrol dengan siapa sich?'' tanya Rafael pelan, agar Robby tidak terkejut ketika Septin menjawab.
''Emang kamu nggak lihat dia anak kecil di depan kita,'' jawab Septin tak kalah pelan nya, dan dia juga melirik ke arah Robby yang sudah mengangkat satu alis nya ke atas.
''Ich! cewek lho serem amat sich Fa,'' celetuk Robby yang belum dengar dengan jelas jawaban Septin.
''Emang kamu dengar gitu,'' tanya Septin yang mulai penasaran dengan ucapan Robby barusan.
''Nggak?'' jawab nya singkat seraya menggelengkan kepalanya, karena dia memang tidak mendengar ucapan Septin yang begitu pelan kepada Rafael barusan.
''Anech lho, nggak denger saja sudah bilang cewek gue serem,'' Rafael menyentil dahi Robby.
''Emang apa sich, jangan penasaran napa?'' pinta nya dengan setengah memohon.
''Janji kamu nggak akan kabur dari sini,'' sahut Septin dengan nada serius nya.
''Emang apa sich?'' tanya nya lagi sembari mempersiapkan hati dan tubuh nya ketika terjadi sesuatu.
''Kamu lihat anak kecil ini nggak,'' Septin malah balik tanya kepada Robby yang langsung mendapatkan gelengan kepala. ''Mereka tengah tertawa ke arah kita,'' lanjut nya yang sukses membuat Robby menghambur ke arah Rafael yang tengah menengak minuman nya.
''Kamu apa apa'an sich Robby, basah kan baju gue!'' kata Rafael ketus seraya menyingkirkan tangan Robby yang tengah memeluk nya.
''Gue masih sehat dan masih normal juga, jauh jauh dech dari gue.'' cerocos Rafael ketika Robby nggak mau melepaskan rangkulan nya kepada Rafael.
''Kan? apa gue bilang, cewek lho serem banget, masak iya di depan kita ada anak kecil yang tengah tertawa githu sich, kan di sini hanya ada kita bertiga dan nggak ada anak kecil juga?'' gumam Robby pelan namun masih di dengar oleh Septin yang emang duduk di samping Rafael sahabat nya.
''Sudah lah nggak usah takut githu, lawong dianya nggak akan ganggu kita juga,'' tukas Septin melambaikan tangan nya ke arah depan nya, Septin sudah menyuruh anak kecil tersebut untuk pergi dan tak mengganggu orang orang yang tengah berlatih di lapangan, karena kalau mereka sampul terbentur dengan sosok tak terlihat itu mereka juga akan membalas nya. Kalau sudah begitu siapa yang harus di salah kan, kan semua orang nggak ada yang lihat mereka ada atau nggak nya, pikir Septin.
''Aku balik latihan lagi ya, setelah ini kita langsung pulang saja?'' Ujar Rafael sembari mengembangkan senyum nya, dan sekilas Rafael melirik kearah Robby yang belum juga beranjak dari duduk nya.
''Sudah sanah, ngapain juga masih lirik lirik ke arahku segala!'' ketus nya kepada Rafael, sedangkan Rafael hanya terkekeh geli mendengarkan perkataan temen letoy nya tersebut.
''Awas saja kalau lho ngapa ngapain cewek gue,'' kata Rafael menekan kan kata cewek kepada Robby teman nya.
Septin yang di akui sebagai cewek nya hanya bisa menghembuskan nafas kasar nya, karena selama ini Rafael tak pernah mengungkapkan perasa'an nya kepada Septin, dan dia sekarang malah mengatakan dia adalah cewek nya kepada teman cowok nya.
Rafael berlalu setelah berpamitan kepada Septin, karena semua teman teman nya sudah meneriaki dirinya karena terlalu lama beristirahat dan berkumpul dengan gadis yang menurut mereka adalah cewek Rafael.
''Lama banget sich bro, masih ngapain saja lho di sana,'' cerocos salah satu teman nya, yang emang selalu bikin huru hara kepada sesama teman teman yang lain nya.
''Ya biasalah ngobrol, emang mau ngapain lagi di lapangan seperti ini,'' jawab Rafael datar.
Kini Rafael sudah bersiap di tengah lapangan, dan latihan pun segera di mulai. Mereka semua memang tak satu sekolah dengan Rafael, namun Rafael di ajak untuk menghadiri lomba beberapa minggu lagi yang akan di adakan oleh tim mereka semua, jadi mereka semua tak terlalu mengenal Rafael, hanya sebagian dari mereka saja yang mengenal Rafael dengan baik dan juga bersikap layak nya teman akrab nya.
Jam 4 sore mereka semua sudah membubarkan diri dan kembali ke rumah masing-masing, namun Robby masih belum beranjak dari tempat duduk nya yakni di samping Septin.
''Lho kenapa masih diam di sini sich Rob,'' tanya Rafael ketus.
Robby yang di tanya malah diam tak menjawab, dan ketika Septin beranjak dari duduk nya, Robby juga ikutan beranjak dari tempat nya.
''Kenapa sich kamu jadi penakut seperti ini,'' tanya Rafael penasaran, karena menurut Rafael Robby terbilang berani? namun disaat Septin mengatakan ada dua anak kecil di depan nya, nyali Robby menciut begitu saja, entah takut beneran atau juga pura pura karena ingin selalu dekat dengan Septin teman cewek nya itu, pikir Rafael mulai menduga-duga nya.
''Gara-gara cewek lho gue takut mau keluar sendiri dari lapangan ini, makanya aku nunggu kalian semua untuk beranjak dari tempat ini,'' terang Robby dengan nada takut nya. Setelah sampai dinarea parkir Robby segera mengambil motor nya dan pergi begitu saja tanpa pamit terlebih dulu kepada Rafael dan juga Septin yang emang keluar bersama tadi.
''Wah parah tuh anak, nggak sopan banget sich jadi orang, main pergi begitu saja!'' gerutu Rafael yang kesal dengan sikap temn nya tersebut.
''Sudahlah? dia emang takut kok, dari tadi dia hanya diam saja ditempat nya, tanpa bersuara sama sekali,'' jelas Septin yang di angguki Rafael.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments