Episode 4 Cerita tikar dan bantal

Mentari sudah menampakkan sinarnya, sebagian orang orang sudah pada berangkat ke sawah mereka masing masing, ada yang bawa parang, ada yang bawa cangkul dan juga clurit. Sedangkan Ibu Ibu membawakan bekal untuk suami tercinta mereka, karena mereka akan sibuk dinaaqah sampai siang nanti.

''Septin, bunda berangkat ke sawah dulu ya,'' pamit bunda nya pada Septin.

''Bunda ke sawah terus, nanti yang ada Bunda bakalan gosong di sawah dengan matahari yangbterik seperti ini,'' sahut ku dari dalam kamar mandi, membuat Bunda mendengus kesal.

''Biarlah gosong, Ayah mu tak mungkin berpaling pada wanita lain,'' balas sang Bunda membuat Septin melongo, Septin mengeluarkan kepala nya dari kamar mandi, dengan kepala masih banyak busa nya.

''Sudah, lebih baik kamu selesaikan mandi kamu, agar ke sekolah mu tidak telat,'' pesan Bunda nya sebelum melangkah pergi.

Septin mencebikkan bibir nya mendengar ucapan dari Bunda nya yang langsung pergi begitu saja. Septin melanjutkan mandinya dengan cepat mengguyur tubuh nya dengan gayung.

Selesai nya Septin langsung memakai seragam sekolah nya dengan cepat, karena waktunya sudah sangat mepet sekali, ''Sial, sudah jam setengah tujuh saja,'' gerutu nya menyambar tas punggung, beserta sepatu yang di letakkan di rak tempat sepatu.

Septin memakai sepatu nya dengan buru buru, sesaat kemudian jemputan sudah tiba di rumah nya. Septin nampak merapikan seragam nya terlebih dahulu, sebelum dia menghampiri Rafael yang biasa menjemput Septin ke rumah nya.

''Terlambat juga Drun?'' tanya Septin ketika sudah berdasarkan di samping nya.

''Ayo naik, nggak ada waktu untuk kita berdebat sekarang,'' jawab Rafael yang biasa di panggil Sandrun oleh Septin.

Mereka berdua menuju ke sekolah mengendarai motor Supra, di sepanjang jalan menuju ke sekolah mereka nampak terdiam tanpa berniat untuk berkata satu kata pun, sampai akhirnya mereka sampai di halaman sekolah dan Rafael langsung memarkirkan sepeda motor nya di parkiran sekolah seperti biasa.

''Septin?'' sapa Nurul dengan nafas ngos ngosan nya.

''Kenapa lhu nok,'' jawab Septin yang emang suka mengubah nama orang seenak jidad nya.

''Gue nggak apa apa, lho kebiasa'an banget dech kalau manggil gue, nama gue sudah bagus malah di panggil nok gitu,'' gerutu Nurul yang tak terima kalau namanya di ganti.

''Sudahlah, kalau gituu gue masuk dulu. Byee nok...?'' seru Septin yang sudah kabur terlebih dulu. Mau tak mau Nurul dan juga Rafael mengejar di belakang nya dengan berlari juga, karena bel sekolah sudah dari tadi berbunyi.

Huh huh huh

Septin meraih meja nya dengan nafas tersengal sengal nya karena dia berlari dari halaman sekolah sampai di kelas nya yang lumayan jauh

''Kenapa dengan nafas lho Tin!'' tanya Laila jutek, Laila sendiri badalah rival dari Septin sendiri.

''Biasalah, paling dia lari pagi dari rumah nya menuju sekolah ini? lagian o*on banget jadi orang, tinggal belajar doang susah amat,'' sambung Arum teman dari Laila.

Septin tak menanggapi nya dia hanya mengeluarkan buku tugas yang sebentar lagi bakalan di kumpulin di depan.

''Lho tega sama gue Tin?'' seru Rafael yang baru masuk kelas.

''Tega kenapa Drun,'' tanya balik Septin mengangkat satu alis nya ke atas.

''Tega karena sudah ninggalin gue sendirian di parkiran tadi,'' gerutu Rafael yang kini duduk di samping Septin.

''Sudah? lebih baik lhu keluarin dulu buku tugas lho yang harus di kumpulin sebentar lagi,'' sahut Septin membuka bukunya pelan.

Rafael mengambil buku tugas yang akan ia kumpulkan di dalam tas punggung nya. ''Lho menulis tentang apa?'' tanya Nurul mengambil buku tulis Septin yang nada di atas meja nya.

''Baca aja sendiri!'' sahut Sepy ketus, karena dia juga kesal sama teman sekelas nya itu yang suka mengambil buku tugas nya begitu saja.

-''Kisah Hewan dan barang yang berbicara?'' kata Nurul membaca judul dari cerpen yang ditulis Septin.

''Emang ada gitu, hewan dan barang yang bisa ngomong, seperti yang kamu tulis ini,'' tanya Nurul penasaran, 'Palingan Septin cuma asal asalan ngarang doang!' batin Nurul menatap teman nya tajam.

''Ada nggak nya tergantung dari segi pemikiran orang itu sendiri, namun bagitu? cerita itu sangat berkesan sekali karena aku mendengar nya langsung dari Mbah Buyut,'' jelas Septin memangku tangan nya dan di letakkan di atas meja nya.

''Ech lho kenapa nangis kayak gitu Tikar?!'' tanya Bantal ketika melihat rekan nya menangis.

''Aku hanya sedih saja melihat keada'an ku sekarang? dan sebentar lagi aku bakalan di buang oleh pemilik ku,'' jawab si Tikar yang masih menangis.

''Sudah lah? tuan kita emang seperti itu, kalau ada barang yang sudah rusak pasti bakalan dia buang, lagian kamu ngapain juga harus menangis seperti itu sich,'' sela si Bantal yang terus mengoceh tanpa harus melihat sisi sedih si Tikar itu sendiri.

''Kamu mah enak, nggak akan pernah di buang oleh tuan nya, kamu cuma buat sandaran kepalanya saja, sedangkan aku selalu dia injak injak dan kadang pula dia sering memukul ku dengan sapu lidi itu,'' tunjuk si Tikar pada lidi lidi yang ada di samping Bantal yang ada di dekat nya.

Si Bantal langsung terkekeh mendengar penuturan dari rekan nya. ''Sudah kamu jangan sedih lagi, itu sudah nasib kamu yang harus menerima itu semua, dan perlu kamu ingat juga? aku juga demikian Tikar, ketika tuan saya sudah tidak menginginkan kita lagi, dia pasti buang kita semua.Banyak rekan rekan ku yang sudah ia buang juga, dan aku baru beberapa bulan saja di kamar ini,'' cerita si Bantal, Tikar pun mengangguk anggukkan pucuk Tikar nya, mengingat apa yang di katakan oleh rekan di kamar itu adalah benar adanya.

''Kenapa tuan kita tega begitu ya?'' tanya Guling yang ikutan nimbrung. ''Padahal kan kita semua yang sudah menemani hari harinya dia di dalam kamar ini? apa dia tidak mengingat kebaikan kita semua ya,'' tambah si Guling yang sudah mendekat ke arah nya.

''Sudah jangan berisik tuan kita mau masuk kamar tuh,'' si Bantal mengingat kan yang lain nya agar mengakhiri obrolan nya. Mengingat sang tuan tidak suka kebisingan dari benda benda yang ada di dalam kamar nya.

Akhirnya mereka semua terdiam dan kembali ke tempat nya masing-masing, selesai.

''Masak ia seperti ini sich Septin?'' tanya Nurul memastikan kebenaran dari teman nya.

Septin hanya mengangkat kedua bahunya, mengingat itu semua adalah cerita dari Mbah Buyut nya kapan lalu saat dia sedang bermain di rumah nya.

Nurul mencebikkan bibir nya karena tak puas dengan jawaban Septin.

Jangan lupa like komen kakak kalau suka, Terima kasih.

Cerita ini yang pernah author dengar dari Mbah Buyut ku sendiri 🙏🙏🙏😘😘😘

Terpopuler

Comments

16012015

16012015

pernah dengar juga,tapi bapak yg crita

2022-11-07

1

sarkalu

sarkalu

w juga ernah denger

2022-11-07

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 benerin atap bocor
2 Episode 2 Hewan buas di dunia ghoib
3 Episode 3 Ke empat pocong
4 Episode 4 Cerita tikar dan bantal
5 Episode 5 Interaksi dengan Genderuwo
6 Episode 6 Tantangan Laila
7 Episode 7 Keberanian Septin
8 Episode 8 Tak bisa tidur semalaman
9 Episode 9 Mengetahui kebenaran
10 Episode 10 Interaksi Septin dengan Gendruwo
11 Episode 11 Tanggung jawab terbesar
12 Episode 12 Salah orang
13 Episode 13 Dua anak kecil
14 Episode 14 Cerita Bapak
15 Episode 15 Cerita Bapak part 2
16 Episode 16 Serentetan pertanyaan
17 Episode 17 Belajar bersama
18 Episode 18 Rasa penasaran
19 Episode 19 Cah sableng
20 Episode 20 Lamunan Rafael
21 Bab 21 Obrolan Septin
22 Episode 22 Gara-gara mainan
23 Episode 23 Candaan Septin
24 Episode 24 Terbawa mimpi
25 Episode 25 Septin pacar kakak kelas
26 Episode 26 Mainan Om Wowo
27 Episode 27 Tak merasa bersalah
28 Episode 28 Di remehkan
29 Episode 29 Suara hati Rafael
30 Episode 30 Kesiangan
31 Episode 31 Cerita sang Guru
32 Episode 32 Keterkejutan Septin
33 Episode 33
34 Episode 34 Pertanyaan mengejutkan
35 Episode 35 Rasa cinta Rafael kepada Septin
36 Episode 36 Meminta bantuan
37 Episode 37 Muka rata
38 Episode 38 Melamar
39 Episode 39 Rasa cinta untuk Septin
40 Episode 40 Mencari pekerjaan
41 Episode 41 Sosok makhluk halus
42 Episode 42 Perdebatan
43 Episode 43 Hantu super kepo
44 Episode 44 Histeris Ibu Lela
45 Episode 45 Cerita yang sebenarnya
46 Episode 46 Rasa khawatir
47 Episode 47 Kompak dalam meledek Septin
48 Episode 48 Bisulan
49 Episode 49 Berbelanja
50 Episode 50 Kalung berlian
51 Episode 51 Perdebatan antara Bunda dan anak
52 Episode 52 Di pingit
53 Episode 53 memakai henna
54 Episode 54 Lamaran dan akad nikah
55 Episode 55 Keluarga baru Septin
56 Episode 56 Keluarga baru, kebahagian baru
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59 Keikhlasan hati memang selalu indah
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Episode 1 benerin atap bocor
2
Episode 2 Hewan buas di dunia ghoib
3
Episode 3 Ke empat pocong
4
Episode 4 Cerita tikar dan bantal
5
Episode 5 Interaksi dengan Genderuwo
6
Episode 6 Tantangan Laila
7
Episode 7 Keberanian Septin
8
Episode 8 Tak bisa tidur semalaman
9
Episode 9 Mengetahui kebenaran
10
Episode 10 Interaksi Septin dengan Gendruwo
11
Episode 11 Tanggung jawab terbesar
12
Episode 12 Salah orang
13
Episode 13 Dua anak kecil
14
Episode 14 Cerita Bapak
15
Episode 15 Cerita Bapak part 2
16
Episode 16 Serentetan pertanyaan
17
Episode 17 Belajar bersama
18
Episode 18 Rasa penasaran
19
Episode 19 Cah sableng
20
Episode 20 Lamunan Rafael
21
Bab 21 Obrolan Septin
22
Episode 22 Gara-gara mainan
23
Episode 23 Candaan Septin
24
Episode 24 Terbawa mimpi
25
Episode 25 Septin pacar kakak kelas
26
Episode 26 Mainan Om Wowo
27
Episode 27 Tak merasa bersalah
28
Episode 28 Di remehkan
29
Episode 29 Suara hati Rafael
30
Episode 30 Kesiangan
31
Episode 31 Cerita sang Guru
32
Episode 32 Keterkejutan Septin
33
Episode 33
34
Episode 34 Pertanyaan mengejutkan
35
Episode 35 Rasa cinta Rafael kepada Septin
36
Episode 36 Meminta bantuan
37
Episode 37 Muka rata
38
Episode 38 Melamar
39
Episode 39 Rasa cinta untuk Septin
40
Episode 40 Mencari pekerjaan
41
Episode 41 Sosok makhluk halus
42
Episode 42 Perdebatan
43
Episode 43 Hantu super kepo
44
Episode 44 Histeris Ibu Lela
45
Episode 45 Cerita yang sebenarnya
46
Episode 46 Rasa khawatir
47
Episode 47 Kompak dalam meledek Septin
48
Episode 48 Bisulan
49
Episode 49 Berbelanja
50
Episode 50 Kalung berlian
51
Episode 51 Perdebatan antara Bunda dan anak
52
Episode 52 Di pingit
53
Episode 53 memakai henna
54
Episode 54 Lamaran dan akad nikah
55
Episode 55 Keluarga baru Septin
56
Episode 56 Keluarga baru, kebahagian baru
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59 Keikhlasan hati memang selalu indah
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!