Suatu hari ada seorang Kyai datang ke sekolah Septin dan lain nya, beliau langsung menuju ke belakang sekolah, lebih tepat nya halaman belakang sekolah. Di mana di sana terdapat pohon besar yang akan segera di tumbangkan oleh pihak sekolah.
''Bagaimana Kyai?'' tanya kepala sekolah yang di dera rasa penasaran nya.
Sang Kyai pun memegang pohon besar itu, di sana beliau merasakan ada aura aura sosok yang tak kasat mata tersebut.
''Coba bapak panggilkan anak gadis itu,'' perintah sang Kyai yang belum ngeh apa yang di perintahkan oleh sang Kyai barusan.
Semua Guru masih belum mengerti dan tak ada yang melangkah pergi untuk menyusul Septin yang kini tengah berada di kantin sekolah nya, dia tengah asik menyendok nasi yang ia pesan tak berapa lama setelah memesan makanan nya.
''Tolong panggilkan siswa yang pernah mengetahui di sini ada makhluk halus nya,'' perintah sang Kyai kepada Guru yang tengah berdiri di samping nya.
Sang Guru yang mengerti langsung beranjak dari tempat nya, dan melangkah menuju ke kelas Septin, namun beliau tidak menemukan murid itu di dalam kelas nya, lalu sang Guru bertanya kepada salah satu siswa yang kebetulan lewat didepan kelas Septin.
''Kalian melihat Septin?'' tanya Guru tersebut.
''Septin kelas dia itu Pak?'' sang siswa malah balik tanya kepada Guru nya.
''Iya lah, emang Ada berapa Septin di kelas sekolah ini!'' jawab sang Guru dengan kesal nya.
''Ada dua lah Pak? Kalau Septin kelas dua ada di kantin? kalau Septin kelas satu ada di halaman depan,'' balas sang murid membuat sang Guru jadi kelimpungan.
Sang murid pun segera pergi setelah berpamitan kepada Guru nya, sang Guru pun segera melangkah ke kantin sekolah untuk bertemu dengan Septin.
Septin yang tengah menyedot es teh nya pun di buat tersedak dengan kehadiran sang Guru. ''Septin?'' panggil nya ketika sudah berada di samping Septin.
Septin mengangguk pelan, seraya berkata, ''Iya ada Pak?'' jawab Septin ramah, dan berdiri dari duduk nya.
''Ikut Bapak sekarang juga ke belakang sekolah, Pak kepsek sudah menunggu kamu di sana,'' terang Sang Guru membuat Septin mengerutkan kening nya, karena masih belum mengerti maksud dari ajakan Guru nya tersebut.
''Maksud Bapak bagaimana ya?'' tanya nya bingung.
''Lebih baik kita segera ke sana sekarang,'' sela Sang Guru tanpa mau menjawab pertanya'an muridnua yang sudah penasaran.
''Maaf ya Pak sebelum nya, tapi Septin sedang makan siang? dan lagi makanan nya saja belum habis,'' sela Rafael memberanikan diri, karena Septin masih memakan makanan separuh nya saja.
''Entar Bapak ganti, sekarang lebih baik ikut saya dulu,'' ajak lagi sang Guru.
Akhirnya Septin pasrah dan mengikuti langkah Guru nya yang sudah pergi dari kantin sekolah nya.
Septin bertanya-tanya dalam hatinya, kenapa kepala sekolah nya memanggil nya, 'Ada apa ini,' pikir Septin yang terus melangkah menuju halaman belakang sekolah nya, Rafael dan juga Nurul mengikuti Septin dari belakang, mereka berdua takut Septin mendapatkan masalah, karena jarang sekali kepala sekolah memanggil siswanya, dan maneh nya lagi kepala sekolah nya sampai menyuruh salah satu Guru di sana untuk memanggil Septin.
''Ini Pak murid yang namanya Septin,'' terang sang Guru yang di tugaskan untuk memanggil Septin di dalam.
Kepala sekolah nya mengangguk dan menghampiri Septin yang tengah di buat kebingungan, karena semua Guru tengah berkumpul di halaman bey sekolah nya.
''Kalau boleh saya tau, ada apa Bapak memanggil saya ke sini,'' tanya Septin yang tengah penasaran.
''Kamu pasti sudah mengerti, dan Kyai ini menyuruh kamu untuk datang ke sini untuk berinteraksi dengan sosok penghuni pohon besar itu,'' jawab kepala sekolah, Septin mengangkat satu alis nya ke atas seraya bermonolog bingung.
'Kalau kepala sekolah sudah memanggil Kyai, terus kenapa masih memanggil aku juga sich,' Ucap Septin dalam hatinya.
''Maaf Pak? maksud nya,''
''Saya tidak bisa berinteraksi dengan nya, tapi saya dapat merasakan kalau benar di pohon besar itu ada sosok penghuni nya.'' jelas sang Kyai yang kini tengah berdiri di depan nya.
''Dia masih berada di sana Pak, dan dia juga belum mau untuk pindah ke pohon lain nya, karena menurut dia tempat yang sekarang sudah terlalu nyaman buat dirinya,'' Septin mulai menjelaskan apa yang di Ucap kan sosok penghuni pohon besar itu, sebut saja Genderuwo.
''Coba saya ingin melihat kamu berinteraksi dengan makhluk tersebut,'' desak kepala sekolah yang belum mempercayai Septin sepenuh nya.
''Mari Pak Kyai, Pak kepsek belum percaya kepada ku? mungkin beliau pikir saya tengah berhalusinasi mengatakan sosok tersebut, bahkan saya pikir pak kepsek mengira kalau saya hanya ingin menakut nakuti nya saja,'' Ujar Septin menatap kepala sekolah yang tengah bengong mendengar perkata'an darin murid nya.
Sang Kyai dan Septin melangkah maju, mereka berdua lebih dekat lagi dengan pohon besar itu, dan Septin pun meminta ijin untuk mengalirkan Ilmu nya kepada sang Kyai dengan memegang tangan sang Kyai.
''Maaf Kyai, saya boleh pegang tangan Kyai sebentar, agar bisa melihat makhluk itu sendiri,'' ijin Septin yang langsung di angguki Kyai di samping nya.
''Boleh,'' jawab sang Kyai singkat, Septin kini tengah memegang tangan Kyai agar juga bisa berinteraksi dengan Genderuwo yang tinggal di pohon besar tepat berada di depan nya.
''Assalamu'alaikum,'' ucap Septin memegang pohon di depan nya. ''Maaf kalau saya mengganggu istirahat nya,'' tambah Septin membuat semua Guru pada melongo menatap ke arah Septin.
''Benar nggak sich si Septin bisa berinteraksi dengan makhluk itu,'' bisik Guru yang lain nya, jarak dari Septin cukup jauh jadi Septin tak mendengar bisikan dari mereka semua.
''Kyai lihat sendiri itu,'' tunjuk Septin yang di angguki oleh Kyai tersebut.
''Ada apa lagi kalian ke sini, aku sudah bilang kalau aku tidak akan pernah dari pohon ini, aku tak tertarik dengan pohon pohon lain nya,'' terang nya dengan suara menggelegar, Rafael yang mendengar langsung merinding, begitu pula dengan Nurul yang tengah berdiri di samping nya.
''Rafael, kamu dengar suara barusan?'' bisik Nurul sembari memperlihatkan bulu kuduk nya yang tengah berdiri.
''Jangan berisik, entar yang ada dia semakin brutal lagi,'' sahut Rafael berbisik kepada Nurul.
''Apa Septin nggak merasa takut ya, aku yang nada di sini saja sudah gemetar seperti ini,'' jelas Nurul yang membuat Rafael mau tak mau menutup mulut Nurul dengan tangan besar nya.
Sedangkan di dekat pohon sang Kyai mengangguk mengerti, akan ucapan makhluk tersebut, Kyai pun mengatakan boleh tinggal asal yudak berbuat keonaran.
Jangan lupa like komen ya kakak.
Terima kasih 🙏💕🙏💕🙏💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments