Episode 3 Ke empat pocong

''Ya nggak takut lah, kalau Mbah takut pasti dari tadinya sudah kabur, mungkin akan loncat begitu saja dari atas pohon dan lari pontang panting mencari orang untuk berlindung? namun yang di lakukan Mbah malah sebalik nya, iya kan.'' sahut nya menepuk dada yang sudah tinggal tulang serta kulit saja.

Mungkin sewaktu muda dulu Mbah begitu tampan dan juga gagah, melihat perawakan tubuh nya berkata demikian.

''Lalu Mbah menjawab perkata'an mereka seperti apa?'' tanyaku lagi, Mbah saat ini sudah berbaring mungkin beliau sudah capek dengan duduknya.

''Mbah jawab seadanya saja, soalnya Mbah juga bingung mau menjawab apa, sedangkan mereka berdua tak terlihat oleh mata biasa, melainkan menggunakan mata batin. Kalau misal jaman sekarang masih bilang ada sebuah Harimau di pekarangan mereka? itu hanyalah Harimau yang akan menjaga rumah mereka dari gangguan gangguan orang jahat. Mereka hanyalah Harimau penjaga yang sudah di taklukkan oleh orang tersebut, tak heran kalau banyak orang di jaman Mbah dulu mempunyai ilmu ilmu tingi, karena mereka semua terlalu sering melakukan puasa.

Tak harus nunggu senin dan kamis untuk berpuasa, dan juga tak harus menunggu bulan puasa untuk melakukan puasa, setiap hari mereka kelaparan dan mengarahkan merupakan semua agar berpuasa.'' Mbah Buyut menghentikan ceritanya ketika Ayah menghampiri ku saat ini.

''Ayah kenapa kemari? Septin belum selesai mendengarkan cerita Mbah Buyut,'' sela ku menatap ke arah Ayah.

''Ayah cuma di suruh Bunda untuk memanggil kamu untuk segera makan, ini sudah sore dan kamu belum juga makan?'' balas ayah Septin yang kini tengah duduk di samping Mbah seraya memijiti kaki tua Mbah Buyut.

''Coba kamu tanya sama Ayah kamu kalau nggak percaya dengan perkata'an Mbah barusan,'' suruh nya membuat Ayah bingung dengan ucapan Mbah Buyut.

''Cerita apalagi Pak?'' sela Ayah lembut pada Mbah Buyut.

''Kamu juga ikutan puasa waktu dulu kan, waktu di mana kita semua kehabisan makanan dan penghasilan tani kita di terpa banjir dan di serang babi hutan waktu itu,'' jawab Mbah Buyut menatap tajam Ayah, karena sejak Ayah masih kecil beliau sudah bekerja keras membantu Mbah untuk mencari rumput dan juga mencari padi di sawah sawah tetangga yang sudah selesai di panen oleh mereka.

''Sudah lah Pak? tak usah mengingat lagi kejadian kejadian waktu dulu, itu akan membuat Bapak sedih dan juga sakit hati saja,'' sambung Ayah mengingat kan Mbah.

'Kenapa Mbah bisa sakit hati dengan mengingat kejadian dulu, ada apa sebenar nya dengan Mbah Buyut,? pikir ku mencari cari sesuatu yang aku takkan mengetahui dengan mudah.

''Lebih baik kamu sekarang makan dan cepat ikut pulang Ayah kamu sebelum terlalu malam,'' ujar Mbah Buyut ketika aku sudah selesai makan.

''Emang kenapa kalau sudah malam mbah? nggak bakalan ada hantu di sini kan,'' jawab ku dengan santainya.

''Memang bukan hantu kalau sekarang, tapi melainkan begal yang siap di tempat nya, kalau hantu sekarang sudah nggak jaman nya kali ya. Soalnya sudah sangat banyak enerangan lampu di jalan jalan yang kita lalui, coba jaman mbah dulu? hanya memakai obor yang di buat dari Bambu memakai minyak tanah, dengan sumbu sobekan baju yang di letakkan di ujung obor.

Hantu hantu pada berkeliaran karena arwah mereka yang mungkin bergentayangan, karena sebagian dari mereka di kuburkan secara tidak layak. cuma di gulingkan begitu saja keliang lahat tanpa menggunakan kain kafan.'' Mbah Buyut yang bercerita tiba-tiba berhenti ketika ada Budhe yang menaruh swcangkit kopi panas di meja samping ranjang Mbah Buyut.

''Di minum dulu kopinya Pak?'' kata Budhe pelan, aku hanya tersenyum menatap Budhe yang juga menatap ku.

''Kalau di jaman Ayah kamu dulu hantu keluar selesai adzan magrib, karena penerangan yang minimal sekali, yang Budhe ingat waktu itu hanya memakai lampu yang terbuat dari kaleng bekas dan di isi dengan minyak tanah, terus aneh lagi ketika memakai lampu itu, ketika pagi bangun tidur lubang hidung kita semua bakalan menjadi hitam, karena asap dari lampu bron utu sendiri,'' ujar Budhe membuat rasa tegang ku menjadi kekehan mendengar cerita dari Budhe yang mengatakan hitam di hidung nya, otakku langsung berselancar? seperti apakah hidung hidung mereka ketika ceming seperti itu, pikir ku.

''Hantu jaman dulu tak pernah takut sama manusia hidup, kadang di depan nya ada yang menampakkan diri nya dengan kain putih dan di ikat di atas kepala nya,''

''Itu mah pocong Mbah?'' jawab ku ketuka Mbah membuat teka teki yang garing menurut ku.

''Ada juga kuntil anak, wewe gombel,''

''Genderuwo juga,'' celetuk ku saat itu.

''Iya dia termasuk juga, tapi bukan mengarah ke mereka semua ya, pernah Ayah mu dulu ketuka pulang ngaji di hadang segerombolan pocong pocong di depan nya, Ayah mu tak ada rasa takut sama sekali karena Mbah sudah latih dia dengan mentak kuat sekuat baja, karena kehidupan selanjutnya bakalan lebih keras lagi sehingga Mbah membentuk Ayah mu menjadi pribadi kuat dan tak mengenal takut, hanya kepada Allah lah yang kita takuti.

Ketiga teman Ayah kamu lari terbirit-birit melihat empat pocong yang berdiri di depan nya, sedangkan Ayah kamu malah cengengesan di tempat nya, malah Ayah kamu pernah bilang sama Mbah? kalau dia mengajak main Cak Gunung ke empat pocong tersebut, Ayah mu mengambil rantung dan mulai menggambar di tanah, menggambar yang akan ia permainkan dengan ke empat teman barunya. Ke empat pocong itu hanya meniru Ayah kamu yang tengah tengah loncat, pocong itu juga melompat karena sejatunya pocong tak bisa berjalan karena kedua kakinya di ikat dengan kuat.

''Rupanya kamu nggak takut sama kita kita,'' seru pocong itu.

Ayah kamu malah menjawab, ''Kenapa aku harus takut sama kalian ber empat, sedangkan kita sama? sama makhluk Allah,''

''Bocah gedek, kami bukan manusia. Kami sudah mati dan arwah kamu menjadi penasaran saat ini,''

''Bodo amat, biar nggak penasaran lebih baik kamu mati saja lagi, gampang kan?''

''Kami nggak bisa mati dua kali bocah!'' teriak salah satu dari pocong itu.

''Di depan sana ada real kereta api, kalian tiduran di sana sambil nungguin kereta api lewat, dan kalian akan tertabrak oleh kereta itu,''

''Kami mana mungkin bisa mati lagi,''

''Ya aku nggak tau kalau masalah itu, aku juga belum mati? ach sudah lah aku mau pulang, bikin kesal saja mendengar pengaduan pengaduan kalian semua. Kalian semua coba tanya sama Mbah kunti di atas pohon itu,'' tunjuk Ayah kamu saat itu.

Mbah Buyut pun menyudahi ceritanya ketika waktu adzan maghrib berkumandang.

sudah

Episodes
1 Episode 1 benerin atap bocor
2 Episode 2 Hewan buas di dunia ghoib
3 Episode 3 Ke empat pocong
4 Episode 4 Cerita tikar dan bantal
5 Episode 5 Interaksi dengan Genderuwo
6 Episode 6 Tantangan Laila
7 Episode 7 Keberanian Septin
8 Episode 8 Tak bisa tidur semalaman
9 Episode 9 Mengetahui kebenaran
10 Episode 10 Interaksi Septin dengan Gendruwo
11 Episode 11 Tanggung jawab terbesar
12 Episode 12 Salah orang
13 Episode 13 Dua anak kecil
14 Episode 14 Cerita Bapak
15 Episode 15 Cerita Bapak part 2
16 Episode 16 Serentetan pertanyaan
17 Episode 17 Belajar bersama
18 Episode 18 Rasa penasaran
19 Episode 19 Cah sableng
20 Episode 20 Lamunan Rafael
21 Bab 21 Obrolan Septin
22 Episode 22 Gara-gara mainan
23 Episode 23 Candaan Septin
24 Episode 24 Terbawa mimpi
25 Episode 25 Septin pacar kakak kelas
26 Episode 26 Mainan Om Wowo
27 Episode 27 Tak merasa bersalah
28 Episode 28 Di remehkan
29 Episode 29 Suara hati Rafael
30 Episode 30 Kesiangan
31 Episode 31 Cerita sang Guru
32 Episode 32 Keterkejutan Septin
33 Episode 33
34 Episode 34 Pertanyaan mengejutkan
35 Episode 35 Rasa cinta Rafael kepada Septin
36 Episode 36 Meminta bantuan
37 Episode 37 Muka rata
38 Episode 38 Melamar
39 Episode 39 Rasa cinta untuk Septin
40 Episode 40 Mencari pekerjaan
41 Episode 41 Sosok makhluk halus
42 Episode 42 Perdebatan
43 Episode 43 Hantu super kepo
44 Episode 44 Histeris Ibu Lela
45 Episode 45 Cerita yang sebenarnya
46 Episode 46 Rasa khawatir
47 Episode 47 Kompak dalam meledek Septin
48 Episode 48 Bisulan
49 Episode 49 Berbelanja
50 Episode 50 Kalung berlian
51 Episode 51 Perdebatan antara Bunda dan anak
52 Episode 52 Di pingit
53 Episode 53 memakai henna
54 Episode 54 Lamaran dan akad nikah
55 Episode 55 Keluarga baru Septin
56 Episode 56 Keluarga baru, kebahagian baru
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59 Keikhlasan hati memang selalu indah
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Episode 1 benerin atap bocor
2
Episode 2 Hewan buas di dunia ghoib
3
Episode 3 Ke empat pocong
4
Episode 4 Cerita tikar dan bantal
5
Episode 5 Interaksi dengan Genderuwo
6
Episode 6 Tantangan Laila
7
Episode 7 Keberanian Septin
8
Episode 8 Tak bisa tidur semalaman
9
Episode 9 Mengetahui kebenaran
10
Episode 10 Interaksi Septin dengan Gendruwo
11
Episode 11 Tanggung jawab terbesar
12
Episode 12 Salah orang
13
Episode 13 Dua anak kecil
14
Episode 14 Cerita Bapak
15
Episode 15 Cerita Bapak part 2
16
Episode 16 Serentetan pertanyaan
17
Episode 17 Belajar bersama
18
Episode 18 Rasa penasaran
19
Episode 19 Cah sableng
20
Episode 20 Lamunan Rafael
21
Bab 21 Obrolan Septin
22
Episode 22 Gara-gara mainan
23
Episode 23 Candaan Septin
24
Episode 24 Terbawa mimpi
25
Episode 25 Septin pacar kakak kelas
26
Episode 26 Mainan Om Wowo
27
Episode 27 Tak merasa bersalah
28
Episode 28 Di remehkan
29
Episode 29 Suara hati Rafael
30
Episode 30 Kesiangan
31
Episode 31 Cerita sang Guru
32
Episode 32 Keterkejutan Septin
33
Episode 33
34
Episode 34 Pertanyaan mengejutkan
35
Episode 35 Rasa cinta Rafael kepada Septin
36
Episode 36 Meminta bantuan
37
Episode 37 Muka rata
38
Episode 38 Melamar
39
Episode 39 Rasa cinta untuk Septin
40
Episode 40 Mencari pekerjaan
41
Episode 41 Sosok makhluk halus
42
Episode 42 Perdebatan
43
Episode 43 Hantu super kepo
44
Episode 44 Histeris Ibu Lela
45
Episode 45 Cerita yang sebenarnya
46
Episode 46 Rasa khawatir
47
Episode 47 Kompak dalam meledek Septin
48
Episode 48 Bisulan
49
Episode 49 Berbelanja
50
Episode 50 Kalung berlian
51
Episode 51 Perdebatan antara Bunda dan anak
52
Episode 52 Di pingit
53
Episode 53 memakai henna
54
Episode 54 Lamaran dan akad nikah
55
Episode 55 Keluarga baru Septin
56
Episode 56 Keluarga baru, kebahagian baru
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59 Keikhlasan hati memang selalu indah
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!