Episode 8 Tak bisa tidur semalaman

''Mau kamu apa sekarang!'' tanya nya lagi dengan nada tinggi nya yang seakan menggelegar. Namun Septin tak merasa gentar sama sekali pada sosok tak kasat mata itu.

''Saya hanya ingin anda pindah ke tempat yang lebih luas dari ini, mungkin dekat dengan gunung atas semacam hutan mungkin? agar warga di sini tidak lagi merasa takut kalau mau ke kampung sebelah, mereka sering mengeluh kalau ada kepentingan yang mendesak nya untuk datang ke desa sebelah, tapi mereka semua takut karena ada anda di sini, mungkin menurut anda? anda tidak mengganggu warga namun mereka lah yang takut dengan anda,'' terang Septin dengan panjang lebar.

Setelah di kira cukup Septin beramah tamah dengan sosok tersebut, dia memilih untuk undur diri, dan yang membuat Septin kaget ternyata sang anak tak mempunyai mata, ya terlihat sama sekali kalau mata nya bolong sampai tembus ke belakang.

Septin terlihat mengelus dada nya pelan dan beranjak pergi setelah mengucapkan salam dan berpamitan juga pastinya.

Septin dengan santai nya melangkah ke arah Laila, Arum dan juga Rafael yang tengah menunggu nya di sana.

''Kita pulang sekarang, sebelum mereka menghampiri kalian di sini,'' gumam Septin pada ke-tiga teman nya.

''Kenapa...?'' belum sempat Laila menyelesaikan pertanya'an nya Septin memberi kode kalau wewe gombel nya sudah mau datang menghampiri mereka.

Rafael dengan cepat menyalakan sepeda motor nya dan di susul Laila, dengan agak gemetar Laila menyetir motor nya, dalam hatinya dia mengucapkan sumpah serapah nya karena dia terlihat sangat bodoh di depan rival nya.

Setelah di rasa cukup jauh mereka memutuskan untuk berhentidi depan warung? hanya untuk sekedar membeli es teh atau semacam nya di warung tersebut.

Rafael, Laila dan juga Arum nampak sekali sangat ketakutan dari segi penampilan dan juga wajah yang sudah pucat pasih, mengingat tadi di suruh lebu cepat oleh Septin.

''Sebenarnya tadi kenapa sich Tin? belum juga aku menyelesaikan ucapan ku lho malah menyuruh untuk segera pergi dari tempat itu,'' Laila memberondong Septin yang tengah menyesap es teh nya, karena tenggorokan nya yang sudah lumayan kering.

''Bair kalian nggak ketakutan? makanya gue nyuruh kalian cepat pergi dari sana sebelum melihat yang tak mungkin kalian bisa terima dengan ikhlas? atau kalian malah akan memarahi aku, jika aku tak cepat memberi tahu,'' jawab Septin dengan santai nya, sedangkan ke-tiga teman nya sudah di buat ngap karena ucapan dari Septin barusan.

''Emang nya ada apa sich Tin?'' selidik Rafael yang semakin penasaran.

''Kalian lihat tadi kan? ada sosok anak kecil di dekapan nya,'' tanya Septin menghentikan minum nya dan dia memilih untuk berkata serius.

Mereka menggeleng, ''Aku nggak lihat apa apa,'' kata Laila yang membalas tatapan Septin.

''Iya, aku juga nggak melihat apa apa?'' sambung Arum dengan nada di buat sedingin mungkin.

''Apalagi aku Tin? lagian ada apa sich sebenarnya,'' Rafael menimpali ucapan dari kedua teman teman nya.

''Mata dia bolong beb, aku juga ngeri waktu lihat nya tadi, makanya tadi pas aku lihat sosok itu beranjak dari tempat nya, aku menyuruh kalian untuk pergi secepatnya dari sana, ech...! Bukan nya berterima kasih malah misuh misuh nggak jelas padaku,'' kesal Septin mengingat Arum dan juga Laila malah ngata ngatain dia tadi.

''Haaa!!'' Semua nya kaget dengan penuturan Septin.

''Kamu nggak bohong kan Septin, awas aja kalau lho bo'ong,'' cecar Laila yang masih tak percaya.

''Ya sudah kalau gitu kita ke sana lagi sekarang?'' ajak Septin yang ndi respon gelengan dari Arum dan juga Rafael.

''Nggak mau ach, gue ngantuk,'' seloroh Laila yang mencari alasan dengan cara menguap, agar mereka semua percaya kalau dirinya tengah mengantuk. Mengingat sekarang sudah jam sembilan malam.

''Bagaimana kalau besok kita balik lagi ke sana, seru lho ngobrol sama Nyonya wewe,'' Septin menggoda ke-tiga teman nya, Septin masih ingin memberi pelajaran saja pada kedua teman nya yang suka ngomong se'enak nya doang, tanpa memikirkan perasa'an Septin sedikit pun.

...****************...

Semalaman Laila, Arum dan juga Rafael tak bisa memejamkan mata nya, karena masih kepikiran dengan sosok yang mereka lihat sendiri dengan kedua matanya, walau pun tidak terlalu jelas, namun dari cerita dari Septin ke-tiga nya jadi takut untuk memejamkan matanya.

Sampai menjelang pagi mereka bertiga seakan sudah membuat janji karena mereka bertiga sama sama terlelap ketika adzan subuh sudah di kumandangkan dengan merdu nya, sehingga ketika sudah pagi dan jam pun menunjukkan pukul 6 pagi mereka bertiga tidak kunjung bangun dari tidur nya.

Laila yang sangat susah di bangunin, sang Mama dengan terpaksa meneteskan air tepat di wajah nya.

Arum malah di gelitikin oleh Bunda nya karena bangun paginya sangat susah.

Rafael paling berbeda dari lain nya, dia malah di guyur satu gayung oleh abang nya yang memang jail nya kebangetan.

''Banjir... banjir...!'' teriak Rafael yang sudah terduduk dari tidur nya.

Sedangkan sang abang malah cekikikan melihat tingkah konyol sang adik yang berteriak saat dirinya di siram.

''Apa sich! pagi pagi sudah berteriak,'' pekik sang Ayah yang kini tengah berada di ambang pintu kamar nya.

''Ini Yah? abang bercanda nya kelewatan, masak iya aku di siram pakek gayung ini,'' Ucap Rafael menunjukkan gayung yang d sedang di pegang abang nya.

''Cepat bangun dan mandi, setelah itu jemur kasur yang basah itu!'' titah sang Ayah yang sudah bisa di tawar lagi. Rafael beranjak dari tempat tidur nya dan tak lupa dia sudah menarik handuk yang tergantung di pintu kamar nya.

''Awas lho Bang! gue akan buat perhitungan dengan kamu,'' seru Rafael yang langsung masuk ke dalam kamar mandinya dan menutup pintu tersebut dengan kasar, sehingga menimbulkan suara yang begitu nyaring tentunya.

Sang abang hanya cekikikan mendengar ancaman dari adik nya, Abang Rafael memutuskan untuk keluar dari kamar adik nya, dengan rasa senang nya.

''Farel, kamu jangan terlalu keterlaluan pada adik kamu, kasihan dia? bagaimana kalau itu terjadi sama kamu, pasti kamu bakalan marah bahkan kamu akan memarahi adik kamu,'' sang Bunda mengingat kan Farel kakak dari Rafael itu sendiri.

''Bunda selalu membela Rafa, tak pernah membela ku satu kalipun,'' jawab Farel kesal dan memilih untuk sarapan lebih dulu ketimbang harus menunggu adik nya.

Sebenarnya Farel hanya bercanda pada sang Bunda, karena Bunda nya tak pernah pilih kasih dengan kedua putera nya, Bunda Farel dan juga Rafael selalu menjaga hati kedua putera tercinta nya itu, sehingga mereka berdua tak pernah mengeluhkan tentang kasih sayang sang Bunda.

.

.

.

.

Episodes
1 Episode 1 benerin atap bocor
2 Episode 2 Hewan buas di dunia ghoib
3 Episode 3 Ke empat pocong
4 Episode 4 Cerita tikar dan bantal
5 Episode 5 Interaksi dengan Genderuwo
6 Episode 6 Tantangan Laila
7 Episode 7 Keberanian Septin
8 Episode 8 Tak bisa tidur semalaman
9 Episode 9 Mengetahui kebenaran
10 Episode 10 Interaksi Septin dengan Gendruwo
11 Episode 11 Tanggung jawab terbesar
12 Episode 12 Salah orang
13 Episode 13 Dua anak kecil
14 Episode 14 Cerita Bapak
15 Episode 15 Cerita Bapak part 2
16 Episode 16 Serentetan pertanyaan
17 Episode 17 Belajar bersama
18 Episode 18 Rasa penasaran
19 Episode 19 Cah sableng
20 Episode 20 Lamunan Rafael
21 Bab 21 Obrolan Septin
22 Episode 22 Gara-gara mainan
23 Episode 23 Candaan Septin
24 Episode 24 Terbawa mimpi
25 Episode 25 Septin pacar kakak kelas
26 Episode 26 Mainan Om Wowo
27 Episode 27 Tak merasa bersalah
28 Episode 28 Di remehkan
29 Episode 29 Suara hati Rafael
30 Episode 30 Kesiangan
31 Episode 31 Cerita sang Guru
32 Episode 32 Keterkejutan Septin
33 Episode 33
34 Episode 34 Pertanyaan mengejutkan
35 Episode 35 Rasa cinta Rafael kepada Septin
36 Episode 36 Meminta bantuan
37 Episode 37 Muka rata
38 Episode 38 Melamar
39 Episode 39 Rasa cinta untuk Septin
40 Episode 40 Mencari pekerjaan
41 Episode 41 Sosok makhluk halus
42 Episode 42 Perdebatan
43 Episode 43 Hantu super kepo
44 Episode 44 Histeris Ibu Lela
45 Episode 45 Cerita yang sebenarnya
46 Episode 46 Rasa khawatir
47 Episode 47 Kompak dalam meledek Septin
48 Episode 48 Bisulan
49 Episode 49 Berbelanja
50 Episode 50 Kalung berlian
51 Episode 51 Perdebatan antara Bunda dan anak
52 Episode 52 Di pingit
53 Episode 53 memakai henna
54 Episode 54 Lamaran dan akad nikah
55 Episode 55 Keluarga baru Septin
56 Episode 56 Keluarga baru, kebahagian baru
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59 Keikhlasan hati memang selalu indah
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Episode 1 benerin atap bocor
2
Episode 2 Hewan buas di dunia ghoib
3
Episode 3 Ke empat pocong
4
Episode 4 Cerita tikar dan bantal
5
Episode 5 Interaksi dengan Genderuwo
6
Episode 6 Tantangan Laila
7
Episode 7 Keberanian Septin
8
Episode 8 Tak bisa tidur semalaman
9
Episode 9 Mengetahui kebenaran
10
Episode 10 Interaksi Septin dengan Gendruwo
11
Episode 11 Tanggung jawab terbesar
12
Episode 12 Salah orang
13
Episode 13 Dua anak kecil
14
Episode 14 Cerita Bapak
15
Episode 15 Cerita Bapak part 2
16
Episode 16 Serentetan pertanyaan
17
Episode 17 Belajar bersama
18
Episode 18 Rasa penasaran
19
Episode 19 Cah sableng
20
Episode 20 Lamunan Rafael
21
Bab 21 Obrolan Septin
22
Episode 22 Gara-gara mainan
23
Episode 23 Candaan Septin
24
Episode 24 Terbawa mimpi
25
Episode 25 Septin pacar kakak kelas
26
Episode 26 Mainan Om Wowo
27
Episode 27 Tak merasa bersalah
28
Episode 28 Di remehkan
29
Episode 29 Suara hati Rafael
30
Episode 30 Kesiangan
31
Episode 31 Cerita sang Guru
32
Episode 32 Keterkejutan Septin
33
Episode 33
34
Episode 34 Pertanyaan mengejutkan
35
Episode 35 Rasa cinta Rafael kepada Septin
36
Episode 36 Meminta bantuan
37
Episode 37 Muka rata
38
Episode 38 Melamar
39
Episode 39 Rasa cinta untuk Septin
40
Episode 40 Mencari pekerjaan
41
Episode 41 Sosok makhluk halus
42
Episode 42 Perdebatan
43
Episode 43 Hantu super kepo
44
Episode 44 Histeris Ibu Lela
45
Episode 45 Cerita yang sebenarnya
46
Episode 46 Rasa khawatir
47
Episode 47 Kompak dalam meledek Septin
48
Episode 48 Bisulan
49
Episode 49 Berbelanja
50
Episode 50 Kalung berlian
51
Episode 51 Perdebatan antara Bunda dan anak
52
Episode 52 Di pingit
53
Episode 53 memakai henna
54
Episode 54 Lamaran dan akad nikah
55
Episode 55 Keluarga baru Septin
56
Episode 56 Keluarga baru, kebahagian baru
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59 Keikhlasan hati memang selalu indah
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!