🥀🥀🥀🥀🥀
.
.
Tidak lama setelah kedatangan Rian beserta keluarganya. Acara demi acar langsung saja dimulai oleh MC terpilih, yang sudah biasa mengisi acara-acara penting.
Begitu masuk ke Blorum hotel tersebut. Salsa dan kakaknya ikut duduk di bangku barisan paling depan bersama para keluarga besar Erlangga dan Ridwan.
Acara yang sudah dimulai dari tadi adalah. Pemberian penghargaan kepada seluruh pegawai yang sudah mengabdikan dirinya pada perusahaan Erlangga group.
"Baiklah! Kita akan memulai acara inti. Yaitu acara ulang tahun perusahaan Erlangga group, yang sudah berdiri selama enam puluh satu tahun." ucap si MC berhenti sesaat sebelum menyebutkan nama Tuan Heri dan Rian putranya.
Hanya sekedar menyebutkan nama konglomerat itu saja, si MC sudah merasa gerogi. Sebab merasa takut salah cara penyampaian saat meminta agar keduanya naik keatas panggung. Padahal sebelumnya sudah diarahkan oleh sekertaris Aldi.
Riuh tepuk tangan para tamu-tamu penting dari berbagai perusahaan dan kota. Mulai mengema dalam ruangan tersebut. Semua orang sangat kagum dan banga bisa bekerja sama dengan perusahaan raksasa seperti Erlangga group.
"Maaf, hadirin semuanya. Saya masih sedikit gugup untuk menyebut nama Tuan Erlangga." kata MC disertai tawanya guna menghilangkan rasa gugup yang datang secara tiba-tiba. Tentunya para tamu undangan bisa memaklumi, karena bila mereka yang berdiri di atas panggung belum tentu bisa sekuat itu.
"Kepada Tuan besar Heri Erlangga dan putranya Tuan Ardiaz Rian Erlangga. Beserta keluarga intin lainnya. Dimohon naik ke atas panggung. Untuk melakukan. Pemotongan kue ulang tahunnya" ucap MC dengan lancar.
Setelah nama mereka disebutkan. Tuan Heri pun membawa istri, anak, menantu dan beserta kedua cucunya untuk melakukan peniupan lilin secara bersama-sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Lalu dilanjutkan dengan pemotongan kue.
Namun, disaat mereka semua masih berada di atas panggung. Salsa meminta izin pada keluarganya karena sudah tidak tahan ingin ke kamar mandi.
"Mama, Salsa mau pipis." bisik gadis itu pada mamanya. Tapi meskipun berbisik, Arsya yang berada disebelahnya tahu apa yang adiknya katakan.
"Biar Kakak yang anterin!" kata Arsya ingin menemani adiknya.
"Tidak usah, Kak. Ini hotel opa. Mana ada orang yang berani berbuat macam-macam." cegah Salsa karena merasa aman.
"Milik opa kita, bukan berarti aman, dek."
"Kakak tidak apa-apa! Biarkan Salsa sendiri. Adik mu benar, tidak akan terjadi apa-apa. Papa sudah mengamankan tempat ini dari jauh-jauh hari." sahut Rian mendekati anaknya karena tadi dia tidak tahu apa yang Arsya dan Salsa bicarakan.
"Huh! Baiklah! Kakak hanya takut." karena papanya sendiri yang menyakinkan akhirnya pemuda itu membiarkan adik perempuannya pergi sendiri.
Salsa yang sudah tidak tahan, tentu langsung saja pergi meninggalkan Blorum dan mencari letak toilet perempuan. Saat dia masuk kedalam toilet semuanya masih baik-baik saja. Tidak ada yang aneh atau sebagainya.
Namun, ketika gadis itu baru keluar. Lampu hotel tiba-tiba mati keseluruhan. Hal yang tidak pernah terjadi dari puluhan tahun lalu. Biasanya bila ada acara penting seperti saat ini, semuanya sudah di gladi resik dari segi apapun.
"Tolong, tolong! Apakah ada orang?" teriak Salsa mulai ketakutan. Gadis itu hanya berdiri di pinggir pintu toilet tidak bisa kemana-mana karena semuanya sudah gelap.
"Papa, kakak tolo---"
Ucapan Salsa langsung terhenti karena ada seseorang yang membekap mulutnya dari belakang. Hanya beberapa detik setelah itu diapun sudah hilang kesadarannya.
Kejadian mendadak tersebut langsung menghebohkan Blorum hotel walaupun lampunya sudah kembali menyala.
Akan tetapi begitu lampunya telah menyala. Rian dan Arsya langsung berlari turun menerobos orang-orang yang berada dibawah panggung. Tujuan mereka berdua adalah toilet wanita, untuk mencari keberadaan Princes Erlangga.
Tiba di toilet wanita. Mereka tidak menemukan siapapun. Kecuali tas milik Salsa.
"Papa!" Arsya langsung bersimpuh di atas lantai sambil mendekap tas kecil yang dipakai oleh adiknya. Tubuhnya langsung bergetar karena takut hal yang ditakutkan selama ini terjadi.
"Pa, Salsa, Pa. Pasti sudah terjadi sesuatu padanya." seru Arsya sambil meneteskan air matanya.
"Kakak tenang, Kak! Adikmu pasti baik-baik saja." ucap Rian menenangkan putranya. Padahal dia sendiri sama khawatirnya.
"Cepat cari putriku!" Tutup gerbang hotel. Jangan ada yang keluar dari sini sebelum putriku ditemukan. Periksa semua ruangan, jangan ada yang terlewatkan" perintah Rian pada para pengawal Erlangga Group yang baru saja tiba menyusul dia dan Arsya.
"Nak, ayo berdiri. Jangan seperti ini, kita harus cepat menemukn adikmu. Sebelum terjadi sesuatu padanya." Rian membantu Arsya untuk berdiri lalu dipeluknya.
"Harusnya Kakak tidak membiarkan Salsa pergi sendirian, Pa. Pasti sekarang adek sedang ketakutan." Arsya yang begitu menyayangi sang adik. Tentu benar-benar merasa ketakutan.
"Sudah jangan menyalahkan dirimu. Semua ini salah papa yang tidak bisa menjaga kalian dengan baik. Sekarang ayo kita bantu para pengawal mencari adikmu." ajak Rian melepaskan pelukan mereka dan langsung menarik tangan putranya pergi dari sana.
Sebesar apapun kedua anaknya Rian tetap memperlakukan mereka seperti anak kecil. Andai dia tahu akan terjadi hal seperti ini. Mungkin lebih baik mereka tidak mengadakan acara ulang tahun perusahaan.
*BERSAMBUNG*...
.
.
.
Sambil menunggu kelanjutan cerita pernikahan Salsa. Boleh singgah di novel sahabat Mak author ya. Jangan lupa berikan dukungannya.🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Nah kan,keras kepala sekali kamu..
2023-04-04
0
Falina Adhianthi
ballroom, thorrr
2023-03-11
0
Dwisya12Aurizra
kelupaan oey baru nengok lagi 🙏🤗
2022-12-10
1