Pov Akram (Calon suaminya)

Malam ini aku ajak Raisya keluar, beli makanan kesukaan ibu, yaitu martabak. Saat sampai di rumah, aku sangat terkejut, mendapati Pria yang bernama Rayhan sedang bicara dengan Alda dan ibu. Seketika suasana hatiku mendadak bad mood.

"Assalamualaikum....!"

Walau kesal, aku dan Raisya mengucapakan salam secara bersamaan dengan ceriahnya, menyembunyikan kesal di dalam hatiku.

"Walaikum salam....!" mereka menjawab serentak.

Ternyata aku tak bisa menyembunyikan kekesalan hatiku. Ku tatap kesal, Rayhan yang duduk di sebelah ibu.

"Ma, ayo makan ma. Aku sudah lapar kali ma!" ujar Raisya menepuk nepuk lembut pipinya Alda.

Sedangkan aku masih menatap kesal Pak Hakim Raihan, yang kini tersenyum tipis padaku.

"Ma ayo makan, kita kan belum makan!" rengek Raisya, karena ald tak merespon ucapan Raisya tadi.

"Iya sayang. Sebentar ya?" sahutnya lembut pada Raisya.

"Ayo Raisya, kita ke dapur." akhirnya ku hampiri mereka. Meraih Raisya dari pangkuan Alda.

"Ma, ayo kita makan..!" Raisya yang sudah dalam rengkuhan ku, menoleh lagi kebelakang, tangannya melambai mengajak untuk makan.

"Eemm.. Kalau orang ibu mau makan malam, silahkan bu." Ujar Pak Hakim Raihan pada ibu yang dari tadi melototi Raisya. Aku tahu, ibu sedang kesal pada Raisya. Karena Raisya mengganggu pembicaraan pak hakim dengan Alda.

"Kalau begitu, kita makan bersama saja. Apakah pak Hakim mau makan di rumah kami yang sangat sederhana ini.?" Ibu menatap Pak Hakim dengan sungkan.

"Waahh.... Itu tawaran yang bagus. Aku memang belum makan malam."

Si hakim yang mulia, malah kegirangan diajak makan. Sikapnya sangat terbaca, kalau ia suka pada Alda.

Hadeuhh..

Sainganku kenapa hebat hebat banget sih? ku jadi insecure.

Jadi lah kami makan di ruang tamu dengan di gelar tikar. Sepanjang acara makan sesekali Pak Hakim Raihan mengeluarkan suara, memuji masakan yang ia makan. Katanya enak, pak Raihan juga makan nya bertambuh. Mungkin ia mikirnya lauk kami itu dimasak Alda, makanya ia terus saja memuji makanan yang disaji. Kalau ia tahu, aku yang masak, makanan yang ia makan, apa ia masih selahab itu?

Aku tahu Alda daei tadi melirikku terus. Pasti ia tahu, Kalau aku sedang kesal.

"Harus sering ini bertamu ke rumah ini, agar diajak lagi makan enak." Ujar Pak Hakim Raihan dengan ramahnya. Menatap lekat Alda, yang membuat aku jadi kesal sekali.

"Makan enak apa sih nak. Orang lakunya hanya ikan panggang paccak sama sambal ikan Teri." Sahut ibu rumah, membantu aku menyusun bekas makan kami semua. Aku dan Alda mengantar piring kotor ke dapur. Walau Aku nampak bete, Aku tetap ada disini. Membantu memberesi bekas makan kami di hadapan Pak Raihan.

"Eemm... Abang ini saudaramu ya Alda?"

What... Ku melotot pada Pak Raihan, enak saja bilang aku saudaranya.

"Aku ini calon suaminya Dek Alda. Habis massa Iddah, kami akan menikah. Makanya perceraiannya cepat diurus." Ujarku tegas.

"Apa..?" ujar Pak Hakim Raihan dengan terkejut nya. Saking terkejut nya, ia yang sedang duduk mencondong sedikit itu, jadi duduk dengan tegak.

"Akram, kamu bicara apa sih?" ibu melihat kecemasan di wajahku, yang terkejut sehingga tak bisa berkata kata, atas ucapan ku yang memalukan itu.

"Aku suka sama Alda bu. Aku Gak mau ada orang lain mau mendekatinya." Tegas ku yang membuat Alda terlihat kesal, dadanya nail turun, sepertinya ia spot jantung mendengar ucapan ku.

Hahahaha...

"Abang lucu juga, terus kan perjuangannya Bang.. Semangat...!" Ujar Pak Hakim Raihan tertawa sinis.

"Pasti. " Sahutku dengan muka datarnya. Aku kembali duduk di tempatku semula. Aku tak boleh terpancing. Aku tahu pak hakim Rayhan sedang mengolok olok ku.

Tiba tiba saja ponsel Pak Hakim Raihan berdering, beliau pun meminta izin keluar untuk menerima panggilan. Sepertinya panggilan penting. Aku senang alam hal itu. Dan jikalau ia pulang, itu lebih menyenangkan lagi.

Iya, iya. Besok saja. Aku sedang ada urusan saat ini.

Itulah kalimat yang terdengar ke ruang tamu, saat Pak Hakim Raihan mengangkat telepon di teras rumah.

Alda dari tadi terus saja mencuri curi pandang, mungkin ia merasa bersalah. Aku pura pura tidak melihatnya. Ku menyesal rokok dengan tatapan lurus menerawang ke langit langit ruangan ini.

Baiklah, kalau begitu aku kesana sekarang.

Kembali terdengar ucapan Pak Hakim Raihan menyahuti lawan bicaranya di telpon. Pria tampan itu masuk lagi ke dalam rumah. Ia dengan sungkannya pamit pulang. Katanya ada hal penting.

Setelah selesai bertelepon, pria itu pun pamit pulang.

"Terima kasih ya pak, sudah mau bantuin aku." Ujar Alda terlihat sungkan pada pak hakim Raihan.

"Iya Alda, sama sama. Itu sudah tugasku." Sahutnya tersenyum tipis. Pak Hakim Raihan menyalami kami semua dan Raisya dapat uang jajan lembaran warna merah anti air.

"Terima kasih om tampan." Ujar Raisya semangat dan ceriahnya. Ia terus saja merentangkan uang itu, menatap nya dengan mata yang berbinar binar.

Pak Raihan yang sudah menaiki mobil mewahnya, langsung tancap gas.

"Gak emaknya, Gak anaknya mata uang." Ujar ku kesal menatap Alda dan Raisya secara bergantian, sebelum aku menaiki motorku, aku harus pulang ke warung. Karena di sanalah tempat istirahatku.

"Hei tunggu, apa maksudmu?" teriak Alda, berjalan cepat menyusulku yang sudah melajukan motor.

"Pikirkan aja sendiri.....!" teriakku dan melajukan motor dengan kencangnya.

Huufft.

Terpopuler

Comments

mommyanis

mommyanis

nich duda setelah sembuh jd paket lengkap,bisa masak iy,penghasilan ok,rupawan iy...utk ketangguhanx tinggal nunggu kata SAHHHHHHHH ,baru ketauan dech tuch 🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭

2022-11-21

1

Puja Kesuma

Puja Kesuma

artinya kau wanita matrek dianggap arkhram ...

2022-11-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!