Dihina

Enam bulan telah berlalu.

Kehidupan Akram berubah drastis. Ia sudah dua kali dapat promosi jabatan di tempatnya kerjanya, dan kini ia menjabat Direktur Marketing dan Operasional. Dimana sebelumnya jabatannya adakah Staf marketing.

Resmi menduda, nyatanya Akram merasa sangat bahagia. Karena tak ada lagi kata kata yang ia dengar dari pasangan, menuntut dipuaskan. Ia fokus kerja, sehingga jabatannya melejit, berkat kerja kerasnya.

Ia yang sudah jadi Direktur, tentu harus menyiapkan kantor, kantor pemasaran, alat kerja, ATK, merekrut staf dan menjalankan operasional kantor dan proyek. Mengajukan kerjasama dengan pihak lain (instansi pemerintah, korporasi swasta, event organizer, dan lain-lain) dalam melaksanakan kegiatan promosi, pameran, dan presentasi marketing proyek.

Selain itu ia juga bertugas, membentuk tim marketing yang memiliki skill dan kemampuan prima, untuk merumuskan konsep penjualan, target market, hingga strategi dan taktik menjualnya.

Membuat rencana kerja marketing selama jangka waktu pelaksanaan proyek perumahan, setidaknya dalam 3 (tiga) kategori; promo marketing, event pameran, presentasi langsung.

Menyiapkan materi promo marketing, event pameran, marketing tools, presentasi, serta memilih tema marketing tiga bulanan dan tema marketing tahunan, berdasarkan kondisi lingkungan kota dimana proyek perumahan berada.

Meminta seluruh staf marketing membuat rencana kerja tiga bulanan, rencana kerja tahunan, atau rencana kerja berdasarkan jangka waktu pelaksanaan proyek, sesuai rencana kerja yang dibuat manajer marketing.

Melakukan rapat koordinasi dengan seluruh staf marketing dua kali per-minggu.

Membuat rencana anggaran biaya marketing per-tiga bulan, juga rencana anggaran tahunan.

Membuat laporan mingguan dan laporan bulanan yang berisi target, pencapaian dan evaluasi yang diserahkan ke direktur utama.

Mengundang rapat koordinasi dengan divisi lain sebulan sekali.

Banyaknya tugas dan tangung jawabnya sebagai direktur. Membuatnya tak punya waktu meladeni dan memikirkan, ghibahan orang tentangnya yang punya penyakit Impoten. Ia merasa masa bodoh dengan apa kata orang. Walau terkadang ia merasa sakit hati dikatakan impoten.. Tapi, mau gimana lagi. Emang nyatanya seperti Itu.

***

Di kantin perusahaan

Seperti biasa, para karyawan yang tidak membawa bekal makan siang. Pastinya akan mencari makanan ke kantin. Karena perut Perlu diisi untuk menambah tenaga agar punya kekuatan dalam melaksanakan pekerjaan.

Kali ini Akram juga sedang berjalan menuju kantin untuk mengisi perutnya padahal biasanya dia selalu bawa bekal dari rumah. Akram memang pria yang sangat rajin walau ia tinggal sendiri ia tetap memasak. Sangat jarang ia makan di luar. Ia seperti itu, karena ia suka makanan yang hiegenis. Makan makanan diluar, menurutnya kurang steril.

"Hei, lihat itu pak Akram mau ke sini..?" Ujar Juli dengan centilnya. Auto dua teman akrabnya menoleh ke arah Akram, yang kini berjalan bak peragawan itu. Sungguh tampan dan karismatik. Daei depan terlihat tampan, dari samping juga tampan dan dilihat dari manapun, tetap tampan.

"Eemm... Tampan ya, tapi sayang letoi. Aaahhkk.. Gak syor lagi aku melihatnya." Ujar Ayu dengan muka tak seleranya. Bibirnya naik sebelah dengan bola mata berputar.

"Hhuuuhh.. Gak syor, gak syor kamu bilang. Kamu kek gini kan karena ditolak nya. Jangan dendam gitulah." Sahut gisel, menatap jengah Ayu.

Ya, sebulan yang lalu. Ayu menyatakan cintanya pada Akram. Walau gosip miring tentangnya gak pernah habis, yaitu soal ia yang Impoten. Wanita single di kantor itu tetap aja genjar mendekatinya. Mungkin mereka penasaran pada Akram. Bener gak sih, info yang mereka dapat tentang pria itu.

"Iiihh... Apaan sih loe..!" Sahut Ayu menatap kesal Gisel dan Juli. Kemudian ia meninggalkan tempat itu. Sejak ia ditolak Akram. Ia tak mau melihat pria itu. Berusaha menjauh dari sekitar Akram.

"Punya malu juga tu si Ayu. Pak Akram datang, ia malah pergi." Ujar Juli, matanya masih menatap ke arah Akram, yang kini memang sedang menuju ke arah mereka. Karena memang, hanya di meja mereka ada kursi yang kosong. Selalu begitu, karena tak ada karyawan lain yang mau gabung dengan mereka bertiga. Ayu, Gisel dan Juli.

"Hai pak Akram?" Ujar Juli melambaikan tangan dengan senyum .mengembang.

"Hai, boleh gabung..?" tanya Akram dengan ramah.

"Ya boleh dong pak!" jawab kedua wanita itu dengan hebohnya.

"Terimakasih." Sahut Akram, mendudukkan bokongnya di kursi yang ada di hadapan Juli.

Pelayan menghampiri Akram, menanyakan mau pesan apa.

"Eemm.. Gulai rendang aja dek." Sahut Akram tersenyum tipis pada pelayan wanita itu.

Pelayan meninggalkan mereka, menuju steleng.

Gisel dan Juli masih setia menatap Akram, yang kini sedang melipat tangan bajunya.

"Aduhh... Ini pria beneran impoten gak sih?" bisik Gisel pada Juli.

Juli menggosokkan bahunya ke telinganya. Merasa geli dengan si Geli yang berbisik d telinganya.

"Loe.. Apaan sih, ngomong gitu di depan orangnya." Jawab Juli kembali berbisik pada Gisel.

Eemmm

"Sampai kapan mau bisik bisik?" tanya Akram, dengan senyum tak bisa diartikan itu. Akram tahu, kedua Wanita itu pasti membahas penyakitnya.

Kedua wanita itu terlihat kikuk.

"Waahh.. Pak Akram benar benar hebat ya? kedudukan Pak Evan sudah tergeser." Ujar Gisel, tak mau menanggapi pertanyaan Akram.

Akram kini menoleh ke arah Juli. Akram tahu, Juli dan mantan bks nya Evan sedang menjalin hubungan terlarang.

"Kamu jangan bilang seperti itu Sel. Orang di sebelahmu bisa marah loh." Sahut Akram masih menatap Juli yang kini terlihat tegang.

"Eemm... Gak lah Pak. Ngapain marah." Sahut Juli dengan tersenyum tipis. Menyembunyikan kegelisahannya.

Apa pak Akram tahu?

Juli melirik Gisel. Mencurigai sohibnya itu. Karena hubungan Evan dan Juli itu disimpan rapat rapat. Hanya Gisel dan Ayu yang tahu.

"Oouuww.. Syukurlah. Aku makan dulu ya?"

Ujar Akram, kini ia tengah fokus ke makanannya. Sama sekali dua wanita sexy dihadapannya tak diliriknya. Ya, Akram kini lebih fokus bekerja. Tak ada niat cari pasangan. Lagian untuk apa cari pasangan. Mana ada wanita yang mau dengan tulus padanya. Ia pria impoten.

Tet

Tet

Juli yang sedang bengong memperhatikan Akram yang makan, dikejutkan dengan ponselnya yang berdering, Karena ada chat yang masuk, sehingga kini perhatiannya teralih ke ponselnya. Ternyata yang kirim chat adalah Evan.

"Sel, aku cabut dulu ya?" Juli menatap ke arah Gisel. Yang kini sedang sibuk dengan hapenya. Ia baru saja selesai makan.

Gisel menatap ke arah Juli dengan wajah bersinar. "Ngapain pamit segala, Kalau mau pergi. Ya kamu pergi saja." Sahut Gisel dengan senyum mengembang. Ia senang, karena kini ia dan Akram berdua saja di tempat itu.

Juli mendekatkan wajahnya ke telinga Gisel.

"Awas saja, kalau kamu bahas aku dan Abang Evan pada pak Akram." Bisik Juli pada Gisel.

"Iihh.. Apaan sih loe... Sana pergi..!" Gisel menjauhkan tubuh Juli dari dirinya. Ia kesal pada Juli. Ia tersinggung dengan ucapan Juli. Ucapan Juli itu menjurus ke arah ia yang dituduh mulut ember.

"Awas saja." Juli masih memberi penekanan pada Gisel, agar jangan Ember.

"Iya." Jawab Gisel malas. Kini dia kembali fokus ke hapenya. Sedangkan Akram, gak mau tahu apa yang dibahas kedua wanita itu.

Sepeninggalannya Juli. Akram sudah selesai makan. Ia kini terlihat memantik koreknya. Akram akan merokok.

Setiap gerakan tangan dan hisapan bibirnya Akram, tak lepas dari sorot matanya Gisel. Akram sadar, ia tengah dipandangi oleh Gisel.

"Segitunya, lihatin aku?" Tanya Akram menatap Gisel dengan tatapan sendunya. Gisel dibuat salah tingkah dengan sikapnya Akram.

Hadeuhh.. Aku gak yakin dech, kalau Pak Akram ini impoten..

Gisel membatin, matanya masih setia menatap wajah tampannya Akram.

"Habis bapak tampan bingit...!" Jawab Gisel refleks.

"Emang puas dibuat tampang?" tanya Akram serius.

"Ya, puas apa ni maksudnya?" tanya Gisel ragu, tapi matanya penuh selidik.

Akram terlihat sudah tak tertarik lagi bicara dengan Gisel. Ia bangkit dari duduknya.

"Aku pergi duluan ya?" ujarnya pada Gisel, yang masih bengong.

"Oouuww.. Iya pak." Sahut Gisel, jarang jarang bisa bicara dengan Akram. Tiba ada waktu berduaan, malah pembicaraan gak nyambung.

Akram berjalan menuju menjadi kasir. Ia membayar pesanan nya juga makanan Ketiga Wanita tadi. Yaitu Juli, Gisel dan Ayu.

Akram menyeret kakinya menuju mushollah. Waktu istirahat masih ada setengah jam lagi. Ia akan gunakan waktu itu sholat Dzuhur.

Saat melewati lorong dari kantin menuju musholah. Akram mendengar percakapan beberapa anak buahnya. Tepatnya staf nya. Ia kenal suara itu. Salah satunya, mantan Bos nya Evan.

"Hahhhaha... Pria impoten saja direbutin cewek cewek di kantor ini."

Akram mengepal tangannya kuat, mendengar kalimat yang keluar dari mulut nya Evan itu, membuat darahnya mendidih sampai ke ubun ubun. Rasanya sakit sekali, diomongin dibelakang kita. Mengejek hal yang sensitif.

"Koq bisa di impoten ya? padahal nampak sehat, berotot, kekar lagi." Timpal seorang pria yang bernama Joko.

"Bisa saja, kata orang. Yang badannya kekar seperti ade rai itu misalnya. Pisangnya itu kecil, kek pisang lilin."

Hahahaha

"Kalau kamu emang pisang apa?" ujar temannya

"Pisang import ini, pisang amerika. Makanya si Juli ketagihan ku buat."

Akram merasa tak perlu menguping pembicaraan, ketiga pria tak bermoral itu. Terutama Evan, yang dengan bangganya membicarakan aib sendiri. Dengan bangganya ia mengaku membuat si Juli puas.

"Astagfirullah...!"

Kedua tangan yang sedari tadi mengepal kuat, Kini mengendur. Akram terus beristigfar dalam hati. Ia ingin menenangkan hatinya yang masih panas, Karena mendengar hinaan Evan.

"Astagfirullah...!" ujarnya lagi pelan, sembari mengusap usap dadanya yang masih bergemuruh itu. Walau debarannya tak sekuat tadi, saat pertama kali, ia mendengar Evan meremehkannya.

Aku ingin lihat, bagaimana hancurnya kamu nanti. Jikalau perselingkuhan mu terungkap. Lagian, kasihan sekali nasib wanita yang jadi istrimu. Akan lebih baik, kamu dan istrimu cerai.

Akram membatin, ia kini masih menatap lekat ketiga pria yang kini meninggalkan lorong itu menuju ruangan kerja masing masing. Tubuh ketiga pria itu masih terlihat bergetar saat berjalan. Mungkin ketiga pria itu sedang membicarakan dirinya yang impoten.

Desas desus kebencian Evan padanya memang sudah terendus seminggu terakhir ini. Sejak Akram naik jabatan dari staf menjadi direktur.

TBC

Terpopuler

Comments

🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️

🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️

Mantan bos nya Evan minta di cabein tuh mulutnya 🥴🥴 biar tambah pedes

2023-10-14

0

mommyanis

mommyanis

sabar Akram....tak ada manusia sempurna,semua pasti pny kekurangan,jgn minder 👍👍👍👍👍👍

2022-11-15

0

Puja Kesuma

Puja Kesuma

oooh si evan udah nikah...dasar buaya buntung...gk malu ya dr direktur turun jd staf...nampak kali gk becus mimpin..nampak kali gobloknya gk bs mempertahankan posisi direkturnya..gmn mau becus hobinya gibah kyk emak emak yg lg belanja sayur keliling😃😃😃

2022-11-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!