"Kamu bangun? mau minum..?"
Aku tak tahu mau bicara apa. Jadilah kalimat itu yang keluar dari mulutku dengan kikuknya.
Deg
Aku Sungguh terkejut dengan sikap anehnya. Alda bukannya menjawab pertanyaan ku. Dia malah memejamkan kedua matanya dengan ekspresi wajah nya yang ketakutan.
Apa aku menakutinya? Ia malah kembali menutup kedua matanya. Aku jelas tak mau mengganggunya.
Pukul 04.20 sbubuh, aku terbangun. Ku bergegas menuju kamar mandi. Aku mau sholat shubuh di mushollah. Walau kaki masih sakit, aku gak mau membuat itu sebagai alasan tak sholat.
saat keluar dari kamar mandi aku dikejutkan dengan Alda yang sudah terbangun dan menatap ke arahku seketika kedua sudut bibirku tertarik sempurna. Entah kenapa ada rasa senang dan damai saat melihat wajah cantik polosnya Alda
"Kamu sudah bangun?" mau minum?" tanyaku dengan ramah, ku dekati ia dengan dada yang berdebar debar. Handuk kecil kini tersampir di bahuku.
"Iya. Jawabnya tersenyum tipis. Yang membuat hatiku menghangat mendengar ucapan lembutnya. Sudah lama tak ku dengar suara lembut seorang wanita. Sisil, mantan istriku selalu berkata kasar padaku selama dalam pernikahan kami dulu.
Ku raih botol minum yang sudah ada sedotannya di atas meja nakas. Aku dilanda gugup yang parah, disaat sedekat ini dengannya. Entah rasa apa yang bermekaran di hatiku shubuh - shubuh ini, tak mungkin kan aku suka dengannya. Aku baru kenal ia semalam.
" Ada lagi yang kamu inginkan? kamu lapar?" tanyaku lagi setelah menyimpan botol minum. Aku sembunyikan rasaku yang membuncah untuknya saat ini. Yang aku juga tak mengerti, kenapa aku suka padanya dipandangan pertama.
Ia menggeleng lemah. Sikapnya itu semakin membuatku gemes melihatnya. Milikku yang sejak bangun tidur hidup, sekarang semakin terasa hidup dan berontak di bawah sana. Sejak melihatnya semalam, hingga saat ini, aku jadi semakin berhasrat ke wanita, terutama wanita cantik di hadapanku. Apa kah benar benar sudah sembuh?
"Baiklah, aku ke mushollah dulu, kalau kamu ingin sesuatu, biar ku panggilkan suster." Aku gak mau ia takut padaku. Dan aku gak mau ia tahu siapa aku. Identitasku akan jadi sebuah rahasia.
"Gak, saat ini gak ada pak." Jawabnya datar, yang membuat aku merasa lucu dengan tutur katanya, yang mengatakan aku ini bapak bapak.
Hehehehe.
Aku menatapnya heran, tentu saja, aku merasa lucu dengan tingkah polos wanita malang ini.
"Emang aku sudah tua? masak dipanggil bapak?" ujarku masih tertawa kecil.
"Maaf ya, dek, bang..!" ujar Alda dengan bingungnya. Bodoh sekali si Evan, menyia-nyiakan wanita selucu dan secantik ini. Dalam keadaan muka sembab dan pucat saja, ia bak bidadari.
Astaga.... Terlalu berlebihan gak sih?
"Panggil aku Akram saja." Sahutku ramah, aku pun berbalik badan, keluar dari kamar itu menuju mushollah, tanpa menunggu sahutan darinya.
***
Pukul 9 pagi, adalah jadwal Alda dioperasi. Perawat hari ini cukup memanjakannya. Mereka melap semua badannya yang terasa lengket. Dan juga mengganti pakaiannya. Tentu saja saat moment itu, aku keluar dari ruang rawat itu. Aku gak mau tersiksa dengan melihat ia berganti pakaian.
Semalam juga aku sudah berbincang bincang dengan ibunya Alda. Ku katakan, aku sudah kehabisan uang. Dan memohon untuk tinggal bersama dengan mereka. Sebenarnya, aku bohong. Uangku masih banyak di bank. Aku berbohong, karena aku ingin mengenal Alda serta membantunya.
Ibunya Alda setuju dengan permintaanku. Beliau bilang, aku bisa tinggal di ruko yang akan dibuat Alda jadi warung makan. Ternyata gara gara musibah kecelakaan ini. Ia tak jadi membuka usaha warung makannya.
Hari ini, aku lebih sibuk di luar. Aku gak menemani Alda di rumah sakit. Biarlah ibunya saja yang menjaganya. Aku kembali ke dukun patah. Untuk memijat kakiku yang masih terasa sakit saat digerakkan. Setelah pemijatan ke tiga ini, aku Aku juga ke rumah temanku, mengambil mobilku yang ia pinjam dalam waktu tak bisa ditentukan.
Aku mau meminjamkan mobil itu padanya, karena aku belum membutuhkannya. Teman SMA ku itu sedang kesulitan keuangan. Jadi, ia memakai mobilku untuk cari makan. Ya selama enam bulan jadi direktur bagian marketing, aku sudah bisa membeli mobil. Walau mobilnya bukanlah mobil mahal.
Ku lajukan mobilku menuju alamat yang diberikan ibunya Alda. Ternyata Alda tinggal di perumahan tipe 36 plus. Perumahan sederhana, yang lahannya masih banyak kosong untuk dibanguni rumah.
Huufftt...
Ku tarik napas panjang, dan menghembuskannya berat. Aku sedang nervouse dan bingung. Gimana caranya bertamu ke rumah itu. Tak mungkin kan, aku katakan pada orang yang ada di rumah. Kalau aku ini, adalah pria yang lawannya alda kecelakaan.
Ku menjetik - jentikkan jari di kemudi. Otak terus berfikir, apa yang harus kukatakan pada orang orang yang ada di dalam rumahnya Alda. Karena kata ibunya Alda. Di rumah itu saat ini, ada ayah yang sedang sakit, terus bibinya Alda dan putrinya.
Hhuuffftt..
Bismillah... Ya Allah, semoga mereka menyambutku dengan baik. Ku pejamkan kedua mata dan kembali menarik napas panjang. Guna menenangkan hati. Sebelum tangan ini memegang handle pintu mobil.
Deg
Dan saat itu, aku dikejutkan dengan sosok seorang wanita mirip genderuwo, yang sedang bercermin di kaca mobilku. Tindakan wanita muda itu, sungguh membuat aku jantungan, ku pegangin dadaku yang bergemuruh hebat, karena terkejut. Sambil memperhatikan wanita setengah gila menurutku.
Wanita itu mengibaskan semua rambutnya ke depan, sehingga menutupi wajahnya. Kemudian ia kibaskan lagi ke belakang. Jemari lentiknya kembali merapikan rambutnya yang sempat mengembang hingga rapi. Kelakuan anehnya tak sampai disitu. Ia bersikap centil sangat mengoleskan make up ke seluruh wajahnya. Aku gak tahu apa saja nama yang ia oleskan ke wajahnya.
Bibirnya ia moyongkan dan digerakkan ke kanan dan ke kiri, sebelum ia mengoleskan lipstik warna merah. Apa yang dipikirkan wanita ini. Apa ia gak merasa malu dengan kelakuannya.
Ya ampun... Astagfirullah...
Kini wanita gila itu terlihat membenarkan BRA nya. Ia tangkup sendiri kedua gunung kembarnya dan mengangkatnya. Sepertinya penyangga gunungnya itu karetnya sudah kendor.
"Eemmm Hujan... Hujan terus. Dalaman gak ada yang kering. Ya terpaksa lah aku makai yang melorot ini. Dari pada gak pakai BH." Wanita itu bicara dengan muka kesalnya.
Aku tak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Tingkah wanita yang tidak ku tahu namanya ini sungguh membuatku merasa geli dan terhibur.
Hahahaha...
Hahahaha...
Sudah lama aku tak tertawa lepas.
"Haahh... Ada orang, kabur....!" Wanita itu lari terbirit birit, menuju rumah yang ku yakini rumahnya Alda.
Apa Wanita saraf itu, saudaranya Alda?
Hahhahahaha....
Aku kembali tertawa terbahak bahak. Teringat dengan tingkah lucunya. Mulai dari merapikan rambutnya yang panjang, ber make up dan membenarkan posisi gunung kembarnya.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
wkwkwk gk d mana mana sama saja yang namanya cewek pasti hobby berkaca gak pandang tempat
2023-10-14
0
mommyanis
othor berhasil membuat reader ikutan ngakak 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣.itulah cwe ,g bisa liat kaca mobil nganggur dikit 😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂
2022-11-15
0
Ayra
hahahhaha
2022-11-12
1