Tiga bulan kemudian
Rasa bersalah kini menyergap hatinya Akram. Kabar yang ia dapat tentang kehancuran Evan, nyata sudah di depan mata. Karena ia kini tengah menonton video pertengkaran Evan dan sang mertua. Matanya Evan hancur sebelah kanan. Dan mata yang hancur itu sudah diangkat.
Satu minggu lamanya, Akram merutuki dirinya yang bodoh, karena Ikut campur dalam masalah rumah tangganya Evan, dengan memberi pelicin uang pada Juli, agar lebih semangat menggoda Evan. Setelah Evan hancur, bahkan pria itu sudah dipecat dari perusahaan. Akram jadi merasa sangat bersalah. Tak seharusnya ia menyimpan dendam, atas Evan yang merendahkannya. Terkait ia yang impoten.
Rasa bersalah itu semakin menghantui pikiran Akram. Ia sering memikirkan dan membayangkan betapa hancurnya hati, istrinya Evan saat ini. Ada niat menjumpai istrinya Evan. Tapi, ia tak punya keberanian untuk hal itu. Mending gak usah pingin tahu, lagian Akram tak kenal siapa istrinya Evan.
Akram semakin tak tenang menjalani hari harinya. Apalagi karyawan kantor terus saja membahas Evan dan Juli. Hal itu membuatnya semakin merasa bersalah.
Koq aku merasa bersalah? van dan Juli kan sudah selingkuh sejak awal?
Kata - kata itu sering Akram tekankan dalam hatinya. Agar ia bisa keluar dari rasa bersalah, atas dirinya yang ikut campur dalam masalah rumah tangganya Evan. Tapi, semakin ia berusaha menipis rasa bersalah itu dari pikiran nya. Ia malah semakin setres dibuatnya.
Akram akhirnya memutuskan untuk resign, karena ia tak sanggup mendengar orang orang yang membahas Evan dan Juli di kantor itu. Baginya suasana kantor sudah tak nyaman lagi. Karena rasa bersalah bercokol kuat di hatinya. Ia ingin merantau ke kota lain saja. Membuka usaha di sana, karena sudah punya lumayan banyak uang tabungan, yang bisa dibuat untuk modal usaha. Tapi, sebelumnya ia ingin pulang ke kampungnya terlebih dahulu.
***
Pukul 11 siang, Akram keluar dari rumah kontrakannya. Ia akan pulang ke kampung hari ini dengan naik motor. Karena jarak kota ke kampungnya, hanyalah 3 jam perjalanan darat.
Sepanjang perjalanan ia tak fokus, banyak melamun. Prihal dirinya yang salah ambil sikap, Karena memelihara dendam pada Evan. Ternyata ia masih punya hati nurani, merasa bersalah karena membalas dendam pada Evan. Entah berapa kali Akram hendak menabrak pengendara lainnya. Karena ia yang melamun itu.
Huufftt...
Ia menarik napas panjang, dan menghembuskannya berat.
"SEMANGAT..... !" teriaknya saat mengemudi sepeda motornya. Suara nya yabg kencang tak mengganggu pengendara lainnya, karena ia memakai helm yang menutup wajahnya dengan kaca.
"Jangan merasa bersalah. Mungkin ini sudah takdirnya.. SEMANGAT....!"
Bruuggkkkk.... Brakkk... Pang...
Motor yang sedang keluar dari persimpangan menabrak motornya dari samping. Itu terjadi, karena Akram melewati garis di tengah jalan, yang berfungsi supaya pengendera tepat pada jalurnya dan teratur. Akram yang melamun, tak menyadari kalau motornya sudah lewat dari garis Marka.
Bruggkk..
Bub... Bab..
"Aauuuwww...!" teriak Akram refleks. Saat itu malah bokongnya yang terhempas ke badan aspal. "Aaww... Ngek...!" kedua bola mata rasanya mau keluar, karena merasakan sesuatu yang aneh, dalam kolornya. Ular kobra nya yang selama ini, tertidur pulas, kini terasa bangkit, tegak dan penuh tekanan.
"Aaaww...!" ujarnya lagi dengan meringis kesakitan. Jujur bokongnya saat ini terasa sakit. Ia belum ngeh dengan sekitar. Karena masih syok, dengan kecelakaan yang ia alami.
Tangan kiri refleks memegang bokong, sedangkan tangan kanannya menangkup ular kobra nya yang sudah menegang dan siap mematuk itu, Kini terlihat jelas menonjol dari balik celana chinos yang ia kenakan.
"Ayo.. Kita tolong ibu ini, ayo..!" Suara ribut itu pun Akhirnya, menyadarkan Akram. Tadinya pikirannya terlalu fokus ke alat vitalnya yang tiba tiba hidup, Setelah empat tahun lebih vakum, atau mengalami masa dormansi. Ibarat biji padi yang disimpan setelah dikeringkan.
Akram pun berusaha bangkit sendiri. Karena tak ada yang menolongnya. Orang Orang yang ada ditempat itu, fokus ke lawan nya tabrakan.
"Hei... Kamu jangan lari." Seorang pria akhirnya kini menghampiri Akram, yang berjalan ke arah motornya dengan terpincang. Sepertinya pergelangan kakinya juga terkilir. Ditambah goresan di siku dan tangannya.
"Gak pak, aku gak mau lari." Ujar Akram dengan menahan sakit di sekujur tubuh. Walau ia tak luka parah, tapi sepertinya ia mengalami terkilir di punggung, pinggang dan pergelangan kaki. Karena ia merasakan sakit yang amat di bagian itu.
Posisi motor nya Akram saat ini, ada di sisi kiri jalan, tepatnya di pinggir. Tidak di tengah badan jalan lagi.
Akram yang kini bingung akan apa yang terjadi. Hanya bisa menyaksikan seorang wanita yang digotong masuk ke sebuah kendaraan umum, dengan banyak mengeluarkan darah dari bagian paha.
Akram sungguh ketakutan melihat hal itu. Karena lawannya tabrakan itu tak sadarkan diri, beda dengan dirinya yang masih sadar. Kalau Wanita lawannya bertabrakan itu meninggal dunia, maka ia dalam masalah besar.
Perhatian Akram kini tertuju ke seorang bapak bapak, yang terlihat sedang menelpon. Ternyata bapak bapak yang berusia sekitar 50 tahun itu sedang ingin menelpon pihak berwajib, atas desakan orang orang yang ada di tempat kejadian itu.
Ya, lokasi kecelakaan itu, tidaklah di keramaian. Jadi, pak Polisi tak langsung tahu. Perlu dilaporkan terlebih dahulu.
"Pak, kumohon jangan lapor ke pihak berwajib dulu." Akram dengan kaki pincangnya menghampiri pria itu dengan wajah memelas. Mukanya terlihat sangat menyedihkan.
"Ini harus dilapor. Ini kecelakaan lalu lintas." Ujar Bapak bapak itu Tegas pada Akram.
"Iya, bapak bisa lapor, setelah memastikan siapa yang salah. Ibu ibu tadi yang menabrak ku pak, ia tabrak aku dari samping." Jelas Akram dengan frustasinya. Sempat dilapor ke pihak berwajib, maka urusan akan jadi panjang.
"Gak, ini harus di lapor ke pihak berwajib." Tegas si bapak.
Akram pun hanya bisa pasrah. Ia dudukkan bokongnya di trotoar jalan. Ia hanya bisa berdoa, semoga ibu ibu yang menabraknya tadi masih bisa ditolong.
"Pak, antar aku ke rumah sakit." Ujar Akram dengan sedihnya.
Ekspresi Wajah tulus dan polosnya Akram. Membuat beberapa orang simpatik. Tapi, pihak kepolisan keburu datang. Ia dan motornya akhirnya dibawa ke kantor polisi.
Setelah mendapat penjelasan dari Akram. Bahwa ini semua bukanlah salahnya. Pihak kepolisian, akhirnya membawa Akram ke rumah sakit. Kali ini, Akram sangat beruntung. Ia ditangani oleh pihak berwajib yang baik hati. Jadi, seumpama, pihak dari lawannya tabrakan. Mau berdamai, maka kecelakaan ini, akan diproses secara kekeluargaan, berdamai.
Sesampainya di rumah sakit. Dua perawat langsung memeriksa luka luka Akram yang sebenarnya tidaklah parah, di bagian IGD.
Walau tak parah, disaat lukanya di bersihkan dengan alkohol, Rasanya tetaplah sakit dan pedih. Dan sesekali Akram meringis kesakitan, karena tak tahan akan rasa sakitnya.
Akram juga heran dengan kedua suster yang menanganinya, yabg sedari tadi berbisik bisik, dan bersikap aneh melihatnya. Walau merasa tak nyaman dengan tatapan kedua suster itu, Akram tidak mau memikirkannya.
"Dek, itu knalpotmu dari tadi hidup terus...? kamu normal?" tanya perawat wanita yang kini membersihkan lukanya Akram yang tergores ke aspal di bagian kaki dan tangannya. Ternyata Kedua suster itu sibuk memikirkan organ vitalnya yang menonjol di antara selang--- kangannya.
"Knalpot...?" tanya suster satunya lagi, pada suster yang menanyakan Akram, tentang ular kobra nya yang sejak kejadian tadi, on terus.
"Iya, ini punya si abang koq hidup. Padahal dia kan lagi kesakitan." Jawab si suster.
"Iihh.. Jangan jangan hiper. !" sahut suster satunya lagi dengan bergidik ngeri.
"Apa mulut kalian, tidak diajarkan sopan santun? apa seperti itu caranya bicara di depan pasien?" Akram merasa tersinggung, ia menatap tajam kedua suster itu. Ia seperti tak punya harga diri saja. Hal sensitifnya dibahas bahas du depan matanya.
Dulu miliknya itu dibahas orang orang, ia direndahkan karena ia impoten. Dan sekarang, disaat ular kobra nya, yang diumpamakan kedua suster Itu knalpot hidup terus, kembali dibahas-bahas lagi.
"Oouuww... Maaf bang, tak ada maksud apa apa? kami tahu bapak baik koq. Heran saja, lihatnya. Koq bisa hidup dalam keadaan genting dan tak normal seperti ini."
Hhuuftt..
Akram menarik napas panjang dan membuangnya kasar di hadapan kedua suster Itu dengan mata melotot. Ia pun bangkit dari brankar. Dan mendudukkan tubuhnya yang kini semakin terasa sakit.
Ia turun dari brankar dengan muka kesal, penuh amarah. Ia sungguh sangat tersinggung. Alat kela- -minnya dibahas bahas.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Utami Shafira
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-01-04
0
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
hhhh hhhhhhhhhhhhh suster suster sempet sempet nya 🤣🤣🤣
2023-10-14
0
mommyanis
obat impotenx y kecelakaan spt sebelumx.jd 'on fire ' terus y ???? 🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🤭🤭🤭🤭🤭.awas bang,jgn sampe sakit karna " begadang ' terus 😁😁😁😁😁😁😁
2022-11-15
0