Aku merasa keputusanku sudah tepat, dengan tetap bersama keluarga Alda. Sudah dua minggu aku tinggal di ruko. Dan selama itu, aku sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk bisa membuka usaha impian Alda, yaitu mempunyai usaha warung makan, yang harga ekonomis dengan porsi yang pas di perut.
Alda yang mengalami patah tulang clavicula dan pergelangan tangan kanannya, belum bisa beraktifitas dengan baik. Memakai baju saja ia sering dibantu ibunya. Dan aku kebagian merawat ayahnya yang stroek. Itu semua Aku lakukan dengan ikhlas, karena aku terbilang berhutang budi pada Alda. Sebab, karena ia yang menabrak motorku, penyakit memalukan yang ku derita telah sembuh.
Rencanya esok, kami akan membuka usaha warung makan itu. Tapi, sialnya niat baik itu terpaksa dipending, karena ayahnya Alda meninggal dunia, dan dua minggu kemudian Alda masuk rumah sakit. Ia mengalami keguguran. Sungguh saat saat itu merupakan hal yang sangat berat untuk keluarga Alda, begitu juga dengan diriku. Rencana buka usaha warung makan kembali di tunda, tunggu masa berkabung selesai.
Terbilang sudah lebih dari sebulan, aku bersama keluarganya Alda. Aku semakin dibuat kagum dengan sosoknya yang penyabar. Ku mulai melakukan pendekatan dengannya. Dengan perhatian kecil, mulai dari menemaninya kontrol ke rumah sakit. Tapi, sepertinya usahaku untuk mendekatinya tak membuahkan hasil. Ia selalu menegasakan tak ada niat untuk menjalin hubungan atau menikah lagi. Ditambah ia memang sedang dalam proses perceraian
Aku memang sedikit salah bersikap dan tergesa gesa. Ia belum resmi menjanda, aku sudah utarakan perasaanku. Aku bersikap seperti itu, karena saat ini, aku takut kecolongan. Ada dua pria lagi yang jadi sainganku. Yaitu pria bernama Armand dan pak hakim Rayhan. Aku tahu kedua pria itu menyukai Alda.
***
Aku akhirnya mulai membuka usaha warung makan kami. Padahal harusnya usaha itu dibuka seminggu yang lalu. Walau Alda belum sehat betul, ia tetap ikut bekerja di warung. Ia membantu kami di warung makan dengan mengandalkan tangannya yang tak sakit. Tangan yang dioperasi juga sudah bisa digunakan. Tapi, gak boleh melakukan kerja berat. Kaki juga sudah tak terasa sakit saat berjalan. Karena ia tak bisa kerja berat. Jadi lah Alda kerjaannya bagian kasir.
Aku sangat bahagia hari ini, walau pertama kali buka. Dagangan kami habis tepat pukul dua siang. Bahkan ada pembeli terpaksa pulang dengan tangan kosong. Karena semuanya sudah habis terjual. Padahal kami sempat Deg Deg dan, takut dagangan gak laku. Jadinya kami gak memasak banyak.
Padahal kami tak menurunkan harga pasaran. Kami mematok harga nasi bungkus 15 ribu per porsi sudah lengkap dengan lauk pauknya. Harga itu kami ambil, karena masih ada warung makan yang jual segitu, bahkan ada yang harga 10 ribu, 12 ribu dan 18 ribu per porsi.
Keesokan harinya.
"Hari ini dagangan kita kembali habis, laris manis, semoga besok juga seperti itu." Ujar ku lembut pada Alda, mendudukkan bokongku di kursi meja makan tak jauh dari tempat duduk Alda sekarang, yang sedang duduk di kursi meja kasir, ia baru selesai menghitung uang.
"Iya Dek." Jawabnya tersenyum tipis menatapku. Aku Sebenarnya sedikit kesal, karena ia memanggilku dengan sebutan Adek.
"Untuk masakan besok, kita tambah 20 porsi lagi. Jadi target 120 porsi, kalau tetap laris manis. Kita masak aja 200 porsi." Ujar ku, menatapku serius dengan mulut sibuk merokok dan kedua kaki digoyang saat duduk di kursi.
"Iya, belanja nya kamu sama bi Imah atau sama Mawar?" tanya Alda melirik mawar pelayan kami satu satunya yang merangkap sebagai tukang cuci piring. Maklum warung makan baru buka, jadi masih punya dua karyawan. Bi imah tukang masak yang juga ku bantu, serta mawar yang ikut bantu bantu masak dan jadi pelayan.
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
mommyanis
mawar...serasa inisial para korban yg ad d berita2 🤭🤭🤭🤭🤭🤭
2022-11-15
0
Puja Kesuma
baut apa mengharapkan kak.aida dik akrham...itu mawar ada yg msh single..sana deketi aja..mawar cantik gk kalah dr aida msh ting ying lg😁😁
2022-11-15
0