Angga sebenarnya merasa malas untuk berbicara kepada siapa pun, bahkan ketika Mommy Sandra yang menelponnya. Akan tetapi, Mommy Sandra terus berusaha untuk menelpon Angga, sehingga Angga memutuskan untuk mengangkatnya.
📞"Halo, ada apa Mom?" tanya Angga dengan suaranya yang terdengar lemas.
📞"Angga, kamu kemana saja? dari semalam Mommy telpon kamu tapi handphone kamu gak bisa dihubungi?" cerocos Mommy Sandra.
📞"Angga butuh waktu untuk sendiri Mom, jadi semalam handphone Angga dinonaktifkan. Memangnya apa yang sudah terjadi sehingga Mommy terus menelpon Angga?"
📞"Stella harus segera di kuret Angga, karena ternyata dia hamil Anggur."
📞"Stella sudah mempunyai Suami Mom, kenapa Mommy tidak mencoba untuk menelpon David saja?" ujar Angga dengan sinis.
📞"Kemarin David sakit perut, jadi tidak bisa mengantar Stella ke Dokter. Tuh kan Mommy jadi lupa, tolong lihat kondisi David, takutnya dia kenapa-napa, sama belum makan dan minum obat juga," ujar Mommy Sandra dengan suara yang terdengar cemas.
📞"Mommy sepertinya cemas sekali dengan keadaan David?" tanya Angga dengan tersenyum kecut.
📞"Tentu saja, David kan Menantu Mommy."
📞"Lalu apa Mommy cemas dengan Angga? Apa kalian pernah memikirkan perasaan Angga? Angga lupa kalau kalian adalah penyebab hidup Angga hancur, sekarang rumah tangga Angga dan Mentari sudah hancur, dan itu semua karena kalian. Angga benci Mommy, Mommy adalah Ibu yang jahat, Mommy lebih menyayangi menantu Mommy dibandingkan dengan Angga Anak kandung Mommy sendiri. Ibu macam apa yang tega menghancurkan rumah tangga Anaknya sendiri?" ucap Angga mengeluarkan semua uneg-unegnya, kemudian menutup sambungan telponnya dengan Mommy Sandra.
Mommy Sandra yang mendengar perkataan Angga langsung merasa geram.
"Kenapa Angga jadi mikirin lagi si Menantu Benalu? kemana Jingga, kok bisa dia membiarkan Angga kepikiran sama si Menantu Benalu lagi? belum lagi urusan Stella selesai, aku harus mendengar Angga yang menyalahkan semuanya kepadaku. Aku harus segera mendesak Angga supaya menikahi Jingga," gumam Mommy Sandra dengan mengepalkan kedua tangannya karena merasa geram.
Dokter menyarankan supaya Stella segera melakukan kuret, karena beliau takut jika kehamilannya akan berubah menjadi tumor yang ganas.
"Bagaimana Bu, Apa Suami pasien sudah dapat dihubungi?" tanya Dokter.
"Belum Dok, mungkin dia masih sakit, jadi biar saya saja yang menandatangani surat persetujuan kuretnya," jawab Mommy Sandra.
"Baiklah, kalau begitu saya akan segera melakukan kuret kepada Bu Stella," ujar Dokter.
Stella yang mendengar tentang perkataan Dokter dan Mommy Sandra berniat untuk kabur, karena dia meyakini bahwa yang berada dalam kandungannya adalah bayi, bukan sebuah penyakit.
"Stella kamu mau kemana Nak?" tanya Mommy Sandra ketika melihat Stella hendak melangkahkan kaki keluar dari ruang perawatannya.
"Mommy jahat, Stella tau kalau Mommy suka kan sama Mas David, makanya Mommy sengaja ingin menggugurkan kandungan Stella?"
"Mommy tidak ada niat sedikit pun untuk melakukan semua itu Nak, kamu harus sadar Stella, kalau yang berada dalam kandungan kamu itu penyakit, bukan bayi."
"Tidak, pokoknya Stella tidak akan membiarkan siapa pun mengambil bayi Stella !!" teriak Stella dengan histeris.
Dokter yang mendengar keributan di ruang perawatan Stella memutuskan untuk melihatnya, dan saat ini Stella mengamuk dengan membanting semua barang yang ada di sekitarnya.
"Bu Stella, saya mohon Ibu sabar dulu ya, kami tidak akan melukai Ibu, nanti Ibu bisa hamil lagi kok," ujar Perawat mencoba untuk menenangkan Stella.
Stella kini sudah dipegangi oleh Mommy Sandra dan Perawat untuk kembali disuntikan obat penenang, tapi ketika Dokter hendak menyuntik Stella, Stella memberontak lagi dan akhirnya jarum suntik tersebut menancap di pantat Mommy Sandra.
"Aduh Dok, kenapa pantat saya yang disuntik?" ujar Mommy Sandra dengan meringis kesakitan, lalu Mommy Sandra tertidur karena reaksi obat penenang.
Stella yang melihat Mommy Sandra tertidur langsung saja tertawa seperti orang yang hilang kewarasannya.
"Mau aku suntik juga pantatnya Dokter?" ujar Stella dengan tawa yang menyeringai, sehingga membuat Dokter dan Perawat ketakutan, karena kini Stella yang berbalik mengejar-ngejar Dokter dan Perawat dengan membawa suntikan.
Kini terjadi aksi kejar-kejaran sehingga membuat keributan di Rumah Sakit.
Petugas keamanan yang melihat Dokter di kejar-kejar oleh Stella akhirnya mencoba untuk menangkap Stella.
"Baru kali ini aku dapat Pasien yang ngejar-ngejar Dokter," gumam Dokter tersebut dengan nafas yang ngos-ngosan.
Setelah petugas keamanan berhasil menangkap Stella, Dokter langsung saja menyuntikkan obat bius, sehingga Stella tidak sadarkan diri.
"Pak tolong bantu angkat Pasien ke ruang operasi, karena kita harus segera membersihkan rahimnya," ujar Dokter.
Akhirnya Dokter melakukan proses kuret kepada Stella sebelum Stella kembali sadar.
......................
Fajar masih berada di rumah Mentari, karena Raisya pasti akan rewel jika Fajar meninggalkannya.
"Sayang, Ayah kerja dulu ya, nanti pulang kerja Ayah ke sini lagi," ucap Fajar kepada bayi mungil tersebut, lalu menciumnya. Akan tetapi, baru juga Fajar melangkahkan kakinya, Raisya kembali menangis lagi, sehingga Fajar mengurungkan niatnya.
"Mas berangkat saja, gak apa-apa kok nanti juga Raisya diem," ujar Mentari dengan menggendong Raisya yang masih saja menangis. Namun, bukannya berhenti menangis, tangisan Raisya kini semakin kencang.
"Sini biar Raisya nya Mas yang gendong," ujar Fajar yang tidak tega melihat Raisya terus saja menangis.
Benar saja, setelah berada dalam gendongan Fajar, Raisya langsung terdiam.
Handphone Fajar saat ini berbunyi dan dia bergegas mengangkatnya karena itu adalah telpon dari Rendra.
📞"Iya, ada apa Ren?" tanya Fajar.
📞"Tuan, maaf kami menemukan ada penarikan uang dalam jumlah besar yang dilakukan oleh Ibu Jingga," ujar Rendra.
📞"Biarkan saja dia melakukan apa yang dia mau," ujar Fajar.
📞"Tapi itu bisa menyebabkan perusahaan menjadi bangkrut Tuan," jelas Rendra.
📞"Kamu tenang saja Ren, aku tidak akan membiarkan semua itu terjadi." Saat ini aku lebih takut kehilangan Mentari dan keluarganya, daripada kehilangan uang, lanjut Fajar dalam hati.
"Mas Fajar harus berangkat kerja ya?" tanya Mentari yang merasa tidak enak terhadap Fajar.
"Mentari tidak perlu khawatir, Mas tidak akan pergi kemana pun sebelum My Princess mengijinkannya," ujar Fajar dengan terus menciumi pipi Raisya yang sudah mulai gembul.
Fajar sudah berniat untuk membawa Raisya berobat ke luar negeri supaya nanti dia bisa berjalan, dan Fajar juga akan mengusahakan supaya Rasya segera mendapatkan donor mata yang cocok.
Raisya sudah bisa tersenyum ketika Fajar terus mengajaknya bermain, tapi berbeda dengan Rasya, karena semuanya terlihat gelap di mata Rasya, sehingga membuat Mentari menangis.
"Mas tau Mentari pasti sedih melihat nasib Rasya dan Raisya yang terlahir spesial, tapi Mentari jangan khawatir ya, Mas pasti akan berusaha melakukan yang terbaik untuk kesembuhan Anak kita," ujar Fajar mencoba untuk menghibur Mentari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 263 Episodes
Comments
Maya●●●
aku kembali lagi kk rini. 1 mawar untukmu
2023-02-03
1
Maya●●●
ututu si fajar.😍
2023-02-03
1
Maya●●●
aduh🤣🤣
2023-02-03
1