Bab 7 ( Cobaan Bertubi-tubi )

Fajar terus mencoba untuk menelpon Angga, tapi Angga sama sekali tidak mengangkat telpon Fajar.

"Angga benar-benar keterlaluan, bisa-bisanya dia bersenang-senang pada saat Mentari mempertaruhkan nyawanya. Aku harus bagaimana sekarang? aku tidak mau jika Mentari dan bayinya sampai kenapa-napa," gumam Fajar dengan terus mondar-mandir.

Dokter kembali menghampiri Fajar untuk menanyakan keluarga Mentari supaya operasi dapat segera dimulai.

"Maaf Pak, apa Suami pasien sudah dapat dihubungi? karena kondisi Bu Mentari saat ini sudah semakin kritis sehingga kami harus segera melakukan tindakan operasi," ujar Dokter.

"Suaminya tidak dapat dihubungi Dok, tapi saya mohon segera lakukan operasi supaya pasien dapat tertolong," ucap Fajar.

"Mohon maaf Pak, kami harus tetap menjalankan semuanya sesuai dengan prosedur," ujar Dokter.

"Apa prosedur lebih penting daripada nyawa seseorang? kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk kepada Mentari karena kelalaian kalian, maka aku tidak segan-segan melaporkan kalian semua ke pihak berwajib !!" teriak Fajar yang sudah merasa geram, sehingga Fajar menarik kerah kemeja Dokter.

"Tapi kami tidak bisa mengambil resiko apabila terjadi sesuatu yang fatal terhadap pasien," ujar Dokter.

"Kalau begitu, saya sendiri yang akan bertanggungjawab, dan saya siap untuk dilaporkan ke pihak berwajib apabila kalian gagal dalam melakukan operasi," tegas Fajar dengan mengambil persetujuan operasi kemudian menandatanganinya.

"Sekarang juga lakukan yang terbaik untuk Mentari, berapapun biayanya pasti akan saya bayar," ujar Fajar.

Dokter dan Perawat yang merasa takut terhadap Fajar, langsung saja membawa Mentari ke ruang operasi.

"Apa bisa saya berbicara sebentar kepada pasien?" tanya Fajar, Dokter yang masih merasa takut kepada Fajar pun langsung menganggukan kepalanya.

"Kamu harus kuat Mentari, Mas akan selalu menunggu kamu di sini," bisik Fajar di telinga Mentari dengan menggenggam erat tangannya, kemudian Fajar mencium kening Mentari sebelum akhirnya dibawa masuk ke dalam ruang operasi.

Fajar teringat dengan kedua orangtua Mentari, sehingga Fajar mencari kontaknya di handphone Mentari untuk memberikan kabar.

📞"Assalamu'alaikum Nak, tumben Mentari malam-malam begini telpon? Mentari baik-baik saja kan?" ucap Bu Rima yang mengira jika itu adalah Mentari, karena Fajar menelponnya menggunakan handphone milik Mentari.

📞"Wa'alaikumsalam Bu, ini Fajar," jawab Fajar.

📞"Ada apa Nak Fajar? kenapa Nak Fajar menelpon Ibu menggunakan handphone Mentari? memangnya Mentari kemana?" tanya Bu Rima.

📞"Mentari saat ini sedang di operasi Bu, karena tadi dia mengalami pendarahan yang hebat," jawab Fajar dengan suara yang serak karena daritadi Fajar belum berhenti menangis.

📞"Innalillahi... terus sekarang Mentari berada di Rumah Sakit mana?" tanya Bu Rima.

📞"Mentari saat ini melakukan Operasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak," jawab Fajar.

📞"Baiklah kalau begitu, Ibu dan Bapak akan segera ke Rumah Sakit," ujar Bu Rima kemudian menutup telponnya setelah mengucapkan Salam.

......................

Pada saat ini Mentari sedang berjuang antara hidup dan mati di ruang operasi, sedangkan di tempat lain, Angga dan Jingga sedang bersenang-senang di sebuah klub dengan keadaan mereka yang sudah mabuk.

Angga dan Jingga terus saja meracau tidak jelas, sampai akhirnya mereka berdua masuk ke dalam sebuah kamar yang berada di Klub tersebut.

"Terimakasih Mentari sayang atas semua pengkhianatan yang telah kamu lakukan, sekarang aku tidak akan melepaskanmu lagi, aku akan melakukannya sampai kamu pingsan sehingga kamu tidak akan bisa pergi kemana-mana," ujar Angga dengan tertawa, kemudian dia membuka semua pakaian yang ia kenakan dan juga merobek pakaian yang dipakai Jingga secara kasar, karena dalam pandangan Angga, Jingga adalah Mentari.

"Dengan senang hati aku akan melayanimu sayang," ujar Jingga dengan melu*mat bibir Angga, sehingga mereka berdua kembali melakukan perbuatan yang tidak senonoh dibawah pengaruh minuman beralkohol.

......................

Orangtua Mentari kini telah sampai di Rumah Sakit, dan mereka langsung saja menuju ke depan ruang operasi.

Bu Rima merasa heran, karena di sana hanya ada Fajar yang terlihat menundukkan kepalanya di depan pintu ruang operasi dengan pakaian serta rambut yang terlihat acak-acakan.

"Assalamu'alaikum Nak Fajar," ucap Bu Rima dan Pak Hasan.

"Wa'alaikumsalam Bu, Pak," jawab Fajar, kemudian mencium punggung tangan Bu Rima dan Pak Hasan. Mata Fajar terlihat sembab karena Fajar terus saja menangis, sehingga Bu Rima dan Pak Hasan merasa kasihan melihat keadaan Fajar saat ini.

"Bagaimana keadaan Mentari sekarang Nak? sebenarnya apa yang telah terjadi? kenapa Mentari bisa sampai pendarahan?" tanya Bu Rima yang saat ini merasa cemas.

"Dokter masih belum selesai melakukan operasi Bu, tapi maaf karena Fajar tidak bisa menjelaskan semuanya. Fajar tidak mau dibilang ikut campur urusan pribadi Mentari, biar nanti Mentari sendiri yang menceritakan semuanya setelah dia selesai operasi," jawab Fajar.

"Lalu dimana sekarang Angga? apa dia sudah tau kalau Mentari di operasi?" tanya Bu Rima lagi.

"Fajar sudah berkali-kali menelpon Angga, tapi dia tidak menjawab panggilan telpon Fajar."

"Ya Allah hamba mohon selamatkan Mentari dan bayinya," ucap Bu Rima.

"Angga sangat keterlaluan, padahal saat ini Mentari sedang berjuang antara hidup dan mati, tapi dia malah tidak ada untuk Istrinya," ucap Pak Hasan yang merasa geram kepada Angga.

Empat jam kini telah berlalu, dan Dokter akhirnya keluar dari ruang operasi.

"Bagaimana keadaan pasien Dok?" tanya Fajar.

"Alhamdulillah operasinya berjalan dengan lancar, Ibu dan bayinya berhasil kami selamatkan. Akan tetapi, Ibu Mentari masih belum melewati masa kritisnya," jelas Dokter.

"Cobaan apalagi ini Ya Allah, semoga saja Mentari bisa segera melewati masa kritisnya, kasihan Mentari, dari dulu hidupnya selalu menderita," ujar Bu Rima.

"Ibu yang sabar ya, Mentari pasti kuat dan bisa segera melewati masa kritisnya," ucap Fajar mencoba untuk menguatkan Bu Rima, padahal hatinya sendiri merasa hancur mendengar perkataan Dokter.

"Ada satu hal lagi berita buruk mengenai bayi kembar Bu Mentari yang lahir secara prematur," ucap Dokter yang merasa ketakutan karena melihat mata Fajar yang sudah terlihat nyalang.

"Cepat katakan Dokter !!" ucap Fajar dengan penuh penekanan.

"Se_sebenarnya, Bayi kembar Ibu Mentari besar kemungkinan akan mengalami cacat karena sepertinya Bu Mentari pada saat hamil telah mengkonsumsi obat yang dapat merusak jaringan sel otak" jelas Dokter, sehingga membuat Fajar, Bu Rima dan Pak Hasan bertambah sedih.

Fajar langsung merasa lemas dan tubuhnya kini merosot, sehingga Fajar duduk di atas lantai dan kembali menangis.

Kenapa aku bisa sampai kecolongan, padahal aku selalu menjaga Mentari. Mereka sudah sangat keterlaluan, lihat saja Angga, aku akan membuat hidup kalian semua hancur, ucap Fajar dalam hati.

"Kasihan Mentari Pak, padahal dia adalah Anak yang baik, tapi kenapa dia selalu mengalami nasib buruk di dalam hidupnya," ujar Bu Rima.

"Ibu jangan berkata seperti itu, ucapan adalah do'a, jadi sebaiknya kita terus mendo'akan Mentari dan bayinya," ujar Pak Hasan.

Terpopuler

Comments

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

Kadal sma ulet memang cocok di satuin mak. lanjut..

2022-12-21

1

Maya●●●

Maya●●●

memang angga pantas sama jingga😄

2022-12-14

1

Mega

Mega

Beeh, cepat temen berubah e

2022-11-11

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ( Cinta tidak harus saling memiliki )
2 Bab 2 ( Ancaman Jingga )
3 Bab 3 ( Menyewa rumah mewah )
4 Bab 4 ( Kebohongan Jingga dan David )
5 Bab 5 ( Tidak di akui istri )
6 Pengumuman
7 Bab 6 (Fitnah terhadap Fajar dan Mentari )
8 Bab 7 ( Cobaan Bertubi-tubi )
9 Bab 8 ( Mentari koma )
10 Bab 9 ( Anak yang tidak diinginkan )
11 Bab 10 ( Sidang Pertama Perceraian Mentari dan Angga )
12 Bab 11 ( Talak Tiga )
13 Bab 12 ( Rasya dan Raisya )
14 Bab 13 ( Mengubur masalalu, membuka lembaran baru )
15 Bab 14 ( Antara Jingga dan Stella )
16 Bab 15 ( Cinta dan Kasih sayang lebih kental daripada darah )
17 Bab 16 ( Usul Poligami )
18 Bab 17 ( Menyalahkan Mommy Sandra )
19 Bab 18 ( Meminta Rujuk )
20 Bab 19 ( Penolakan Mentari )
21 Bab 20 ( Tontonan Gratis )
22 Bab 21 ( Penyesalan selalu datang belakangan )
23 Bab 22 ( Kebusukan yang terbongkar )
24 Bab 23 ( Panggilan Baru )
25 Bab 24 ( Pernikahan tanpa cinta )
26 Bab 25 ( Menantu Durhaka )
27 Bab 26 ( Benih-benih Cinta )
28 Bab 27 ( Jingga Melahirkan )
29 Bab 28 ( Anak pembawa sial )
30 Bab 29 ( Mentari untuk Fajar )
31 Bab 30 ( Mengungkapkan Rahasia )
32 Pengumuman
33 Bab 31 ( Pernikahan Fajar dan Mentari )
34 Bab 32 ( Kado spesial di Ulang tahun Rasya dan Raisya )
35 Bab 33 ( Kugapai Cintamu )
36 Bab 34 ( Menyingkirkan Benalu )
37 Bab 35 ( Fakta yang mengejutkan )
38 Bab 36 ( Roda kehidupan yang berputar )
39 Bab 37 ( Rasa iri mengotori hati )
40 Bab 38 ( Mommy Sandra Pingsan )
41 Bab 39 ( Cacat fisik tetapi tidak cacat hati )
42 Bab 40 ( Pengakuan David )
43 Bab 41 ( Apa yang kita tanam itu juga yang akan kita tuai )
44 Bab 42 ( Menjatuhkan image Mentari )
45 Bab 43 ( Pengakuan Angga )
46 Bab 44 ( Menitipkan Rayna )
47 Bab 45 ( Mertua Cerewet )
48 Bab 46 ( lepas dari kandang Harimau, masuk ke kandang Macan )
49 Bab 47 ( Rayna yang malang )
50 Bab 48 ( Masuk Rumah Sakit Jiwa )
51 Bab 49 ( Gagal Ginjal )
52 Bab 50 ( Seorang Ibu akan melakukan apa pun demi Anaknya )
53 Bab 51 ( Kemarahan Fajar dan Angga )
54 Bab 52 ( Penculikan yang gagal )
55 Bab 53 ( Melaporkan ke Polisi )
56 Bab 54 ( Penangkapan Mommy Sandra )
57 Bab 55 ( Rahasia besar yang terbongkar )
58 Bab 56 ( Meninggal di tangan kekasih tercinta )
59 Bab 57 ( Permintaan maaf Mommy Sandra )
60 Bab 58 ( Bibit Pelakor )
61 Bab 59 ( Karena yang tertutup itu lebih mahal )
62 Bab 60 ( Dunia tidak selebar daun kelor )
63 Bab 61 ( Kecelakaan mobil )
64 Bab 62 ( Donor mata untuk Rasya )
65 Bab 63 ( Selamat jalan Angga )
66 Bab 64 ( Rasya bisa melihat )
67 Bab 65 ( Tertabrak mobil )
68 Bab 66 ( Karma Jingga )
69 Bab 67 ( Rencana Jingga untuk mengakhiri hidupnya )
70 Bab 68 ( Akhir hidup Jingga )
71 Bab 69 ( Mimpi buruk )
72 Bab 70 Kebebasan Mommy Sandra )
73 Bab 71 ( Kedatangan Dimas )
74 Bab 72 ( Bertepuk sebelah tangan )
75 Bab 73 ( Jodoh pasti bertemu )
76 Bab 74 ( Ingin menghindari Dimas )
77 Bab 75 ( Rencana kuliah di luar negeri )
78 Bab 76 ( Mommy Sandra di usir Ratu )
79 Bab 77 ( Hukuman untuk Ratu )
80 Bab 78 ( Jangan memberikan harapan palsu )
81 Bab 79 ( Mengejar cinta Rayna )
82 Bab 80 ( Ungkapan cinta Dimas )
83 Bab 81 ( Lamaran Dimas )
84 Bab 82 ( Kenyataan tentang Ratu )
85 Bab 83 ( Pernikahan Sedarah )
86 Bab 84( Hubungan Terlarang )
87 Bab 85 ( Tidak bisa melupakan Raisya )
88 Bab 86 ( Tertangkap Basah )
89 Bab 87 ( Keputusan Dita )
90 Bab 88 ( Meminta cerai )
91 Bab 89 ( Serangan Jantung )
92 Bab 90( Mengatakan yang sebenarnya )
93 Bab 91 ( Keputusan Rayna )
94 Bab 92 ( Penolakan Fajar )
95 Bab 93 ( Rasya yang bijak )
96 Bab 94 ( Ayah Mertua VS Keponakan Durhaka )
97 Bab 95 ( Menceritakan semuanya kepada Bu Rima dan Pak Hasan )
98 Bab 96 ( Mengejar cinta Raisya )
99 Bab 97 ( Pertemuan Rayna dan Ratu )
100 Bab 98 ( I Love You Raisya )
101 Bab 99 ( Kejujuran Dimas )
102 Bab 100 ( Malaikat Tak Bersayap )
103 Bab 101 ( Meninggal setelah melahirkan )
104 Bab 102 ( Pernikahan dadakan )
105 Bab 104 ( Malam bersejarah )
106 Bab 105 ( Datang tidak di undang, pulang tidak di antar )
107 Bab 106 ( Dendam masalalu )
108 Bab 107 ( Hilang ingatan )
109 Bab 108 ( Kebohongan Aira )
110 Bab 109 ( Pernikahan tanpa restu )
111 Bab 110 ( Tanggung jawab Dunia dan Akhirat )
112 Bab 111 ( Pura-pura baik )
113 Bab 112 ( Mirip Dimas )
114 Bab 113 ( Merahasiakan pernikahan )
115 Bab 114 ( Impoten )
116 Bab 115 ( Mempertahankan harga diri )
117 Bab 116 ( Kekecewaan Hilman terhadap Miranda )
118 Bab 117 ( Firasat buruk )
119 Bab 118 ( Raisya pingsan )
120 Bab 119 ( Akhir dari kesombongan )
121 Bab 120 ( Menjadi Sekretaris Rasya )
122 Bab 121 ( Sudah jatuh tertimpa tangga pula )
123 Bab 122 ( Calon Suami Alea )
124 Bab 123 ( Tertangkap basah )
125 Bab 124 ( Memilih pergi )
126 Bab 125 ( Lamaran Rasya )
127 Bab 126 ( Perempuan mandul )
128 Bab 127 ( Memfitnah Ratu )
129 Bab 128 ( Tuhan tidak pernah tidur )
130 Bab 129 ( Rencana pernikahan Alea dan Rasya )
131 Bab 130 ( Cinderella VS Nenek Sihir )
132 Bab 131 ( Tidak bereaksi )
133 Bab 132 ( Pernikahan rahasia )
134 Bab 133 ( Malu malu kucing)
135 Bab 134 ( Nafkah pertama )
136 Bab 135 ( Diam diam suka )
137 Bab 136 ( Pacaran setelah menikah )
138 Bab 137 ( Sambil menyelam minum air )
139 Bab 138 ( Rencana memisahkan Rasya dan Alea )
140 Bab 139 ( Memanfaatkan Satria )
141 Bab 140 ( Cemburu )
142 Bab 141 ( Senjata makan Tuan )
143 Bab 142 ( Tidak ada tempat untuk orang ketiga )
144 Bab 143 ( Penyesalan selalu datang belakangan )
145 Bab 144 ( Harta yang paling berharga adalah keluarga )
146 Bab 145 ( Masuk ke dalam jebakan sendiri )
147 Bab 146 ( Menolak tanggung jawab Satria )
148 Bab 147 ( Usul nikah kontrak )
149 Bab 148 ( Belajar menerima kenyataan )
150 Bab 149 ( Rencana ke Singapura )
151 Bab 150 ( Calon Suami idaman )
152 Bab 151 ( Ancaman Aira )
153 Bab 152 ( Pengorbanan Raisya )
154 Bab 153 ( Tidak memiliki pilihan lain )
155 Bab 154 ( Menjadi Teman )
156 Ban 155 ( Benar-benar mirip )
157 Bab 156 ( Siapa aku sebenarnya? )
158 Bab 157 ( Takdir hidup )
159 Bab 158 ( Terbongkarnya kejahatan Aira )
160 Bab 159 ( Terjatuh dari lantai empat )
161 Bab 160 ( Mengalami Depresi )
162 Bab 161 ( Masuk Rumah Sakit Jiwa )
163 Bab 162 ( Akan tetap menunggu )
164 Bab 163 ( Mulutmu Harimau mu )
165 Bab 164 ( Memfitnah Rasya )
166 Bab 165 ( Kebohongan yang terbongkar )
167 Bab 166 ( Jebakan Lisna )
168 Bab 167 ( Melakukan kewajiban seorang Istri )
169 Bab 168 ( Menemani di dalam ruang operasi )
170 Bab 169 ( Perpisahan selalu menyakitkan )
171 Bab 170 ( Keajaiban )
172 Bab 171 ( Terpaksa ikut Satria )
173 Bab 172 ( Digigit nyamuk besar )
174 Bab 173 ( Melepas Raisya untuk Zain )
175 Bab 174 ( Di antara dua hati )
176 Bab 175 ( Membuka hati untuk Zain )
177 Bab 176 ( Semuanya telah berakhir )
178 Bab 177 ( Selamat tinggal cintaku )
179 Bab 178 ( Saling bermaafan )
180 Bab 179 ( Tiba di tanah air )
181 Bab 180 ( Sepenggal masalalu Zain )
182 Bab 181 ( Bertemu cinta pertama )
183 Bab 182 ( Perempuan meresahkan )
184 Bab 183 ( Dalang dibalik kecelakaan Dimas )
185 Bab 184 ( Godaan cinta pertama )
186 Bab 185 ( Salah paham )
187 Bab 186 ( Noda lipstik )
188 Bab 187 ( Setiap orang punya masalalu )
189 Bab 188 ( Menyamar sebagai pelayan )
190 Bab 189 ( Acara syukuran Baby Kenzi )
191 Bab 190 ( Kamu hanya bayanganku )
192 Bab 191 ( Pindah rumah )
193 Bab 192 ( Terjatuh dari tangga )
194 Bab 193 ( Pura-pura amnesia )
195 Bab 194 ( Permintaan yang berat )
196 Bab 196 ( Hanya sebatas angan )
197 Bab 197 ( Terpaksa berbohong )
198 Bab 198 ( Permainan akan segera dimulai )
199 Bab 199 ( Hanya manusia biasa )
200 Bab 200 ( Mimpi di siang bolong )
201 Bab 201 ( Pembantu baru )
202 Bab 202 ( Ratu drama )
203 Bab 203 ( Serigala berbulu Domba )
204 Bab 204 ( Lelaki buaya darat )
205 Bab 205 ( Jangan ada dusta di antara kita )
206 Bab 206 ( Masuk jebakan )
207 Bab 207 ( Kemarahan Zain )
208 Bab 208 ( Penyesalan selalu datang belakangan )
209 Bab 209 ( Hati tak pernah berdusta )
210 Bab 210 ( Memasang umpan )
211 Bab 211 ( Perawan rasa janda )
212 Bab 212 ( Miskin harta tetapi tidak miskin hati )
213 Bab 213 ( Bagai Bumi dan Langit )
214 Bab 214 ( Melepas rindu )
215 Bab 215 ( Terkena penyakit HIV Aids )
216 Bab 216 ( Firasat buruk )
217 Bab 217 ( Samudra Wibawa )
218 Bab 218 ( Diculik )
219 Bab 219 ( Menyelamatkan Raisya )
220 Bab 220 ( Tertusuk pisau )
221 Bab 221 ( Mendapatkan karma )
222 Bab 222 ( Mengembuskan nafas terakhir )
223 Bab 223 ( Belum bisa menerima kenyataan )
224 Bab 224 ( Selamat jalan Suamiku sayang )
225 Bab 225 ( Melaporkan Lukman )
226 Bab 226 ( Menjadi buronan )
227 Bab 227 ( Akhir hidup seorang pendosa )
228 Bab 228 ( Melupakan tidak semudah membalikan telapak tangan )
229 Bab 229 ( Permintaan maaf Lukman )
230 Bab 230 ( Keputusan Lukman )
231 Bab 231 ( Permintaan terakhir )
232 Bab 232 ( Tertabrak mobil )
233 Bab 233 ( Menyalahkan Hilman )
234 Bab 234 ( Rencana jahat Viona )
235 Bab 235 ( Pertemuan Raisya dan Miranda)
236 Bab 236 ( Misi menyatukan Raisya dan Dimas )
237 Bab 237 ( Hidup adalah pilihan )
238 Bab 238 ( Menantu yang tak dianggap )
239 Bab 239 ( Nikahi Viona )
240 Bab 240 ( Penolakan Hilman )
241 Bab 241 ( Nyonya Rasya )
242 Bab 242 ( Menjadi Adik Kakak yang sesungguhnya )
243 Bab 243 ( Tamu tak di undang )
244 Bab 244 ( Awal penderitaan )
245 Bab 245 ( Menjadi Sekretaris Dimas )
246 Bab 246 ( Mengalah sebelum perang )
247 Bab 247 ( Lamaran dadakan )
248 Bab 248 ( Mengalami kekerasan )
249 Bab 249 ( Benalu teriak benalu )
250 Bab 250 ( Ancaman Miranda )
251 Bab 251 ( Dibalik keberhasilan Suami, ada do'a seorang Istri )
252 Bab 252 ( Salah peluk )
253 Bab 253 ( Hari yang indah )
254 Bab 254 ( Tidur satu ranjang )
255 Bab 255 ( Tidak bisa berbagi Suami )
256 Bab 256 ( Keputusan Raisya )
257 Bab 257 ( Impian yang terwujud )
258 Bab 258 ( Aku lelah, aku ingin menyerah )
259 Bab 259 ( Meminta cerai )
260 Bab 260 ( Kebusukan yang terbongkar )
261 Bab 261 ( Penyesalan Miranda )
262 Suamiku Boneka Keluarganya
263 Bab 263 ( Akhir dari Menantu Benalu )
Episodes

Updated 263 Episodes

1
Bab 1 ( Cinta tidak harus saling memiliki )
2
Bab 2 ( Ancaman Jingga )
3
Bab 3 ( Menyewa rumah mewah )
4
Bab 4 ( Kebohongan Jingga dan David )
5
Bab 5 ( Tidak di akui istri )
6
Pengumuman
7
Bab 6 (Fitnah terhadap Fajar dan Mentari )
8
Bab 7 ( Cobaan Bertubi-tubi )
9
Bab 8 ( Mentari koma )
10
Bab 9 ( Anak yang tidak diinginkan )
11
Bab 10 ( Sidang Pertama Perceraian Mentari dan Angga )
12
Bab 11 ( Talak Tiga )
13
Bab 12 ( Rasya dan Raisya )
14
Bab 13 ( Mengubur masalalu, membuka lembaran baru )
15
Bab 14 ( Antara Jingga dan Stella )
16
Bab 15 ( Cinta dan Kasih sayang lebih kental daripada darah )
17
Bab 16 ( Usul Poligami )
18
Bab 17 ( Menyalahkan Mommy Sandra )
19
Bab 18 ( Meminta Rujuk )
20
Bab 19 ( Penolakan Mentari )
21
Bab 20 ( Tontonan Gratis )
22
Bab 21 ( Penyesalan selalu datang belakangan )
23
Bab 22 ( Kebusukan yang terbongkar )
24
Bab 23 ( Panggilan Baru )
25
Bab 24 ( Pernikahan tanpa cinta )
26
Bab 25 ( Menantu Durhaka )
27
Bab 26 ( Benih-benih Cinta )
28
Bab 27 ( Jingga Melahirkan )
29
Bab 28 ( Anak pembawa sial )
30
Bab 29 ( Mentari untuk Fajar )
31
Bab 30 ( Mengungkapkan Rahasia )
32
Pengumuman
33
Bab 31 ( Pernikahan Fajar dan Mentari )
34
Bab 32 ( Kado spesial di Ulang tahun Rasya dan Raisya )
35
Bab 33 ( Kugapai Cintamu )
36
Bab 34 ( Menyingkirkan Benalu )
37
Bab 35 ( Fakta yang mengejutkan )
38
Bab 36 ( Roda kehidupan yang berputar )
39
Bab 37 ( Rasa iri mengotori hati )
40
Bab 38 ( Mommy Sandra Pingsan )
41
Bab 39 ( Cacat fisik tetapi tidak cacat hati )
42
Bab 40 ( Pengakuan David )
43
Bab 41 ( Apa yang kita tanam itu juga yang akan kita tuai )
44
Bab 42 ( Menjatuhkan image Mentari )
45
Bab 43 ( Pengakuan Angga )
46
Bab 44 ( Menitipkan Rayna )
47
Bab 45 ( Mertua Cerewet )
48
Bab 46 ( lepas dari kandang Harimau, masuk ke kandang Macan )
49
Bab 47 ( Rayna yang malang )
50
Bab 48 ( Masuk Rumah Sakit Jiwa )
51
Bab 49 ( Gagal Ginjal )
52
Bab 50 ( Seorang Ibu akan melakukan apa pun demi Anaknya )
53
Bab 51 ( Kemarahan Fajar dan Angga )
54
Bab 52 ( Penculikan yang gagal )
55
Bab 53 ( Melaporkan ke Polisi )
56
Bab 54 ( Penangkapan Mommy Sandra )
57
Bab 55 ( Rahasia besar yang terbongkar )
58
Bab 56 ( Meninggal di tangan kekasih tercinta )
59
Bab 57 ( Permintaan maaf Mommy Sandra )
60
Bab 58 ( Bibit Pelakor )
61
Bab 59 ( Karena yang tertutup itu lebih mahal )
62
Bab 60 ( Dunia tidak selebar daun kelor )
63
Bab 61 ( Kecelakaan mobil )
64
Bab 62 ( Donor mata untuk Rasya )
65
Bab 63 ( Selamat jalan Angga )
66
Bab 64 ( Rasya bisa melihat )
67
Bab 65 ( Tertabrak mobil )
68
Bab 66 ( Karma Jingga )
69
Bab 67 ( Rencana Jingga untuk mengakhiri hidupnya )
70
Bab 68 ( Akhir hidup Jingga )
71
Bab 69 ( Mimpi buruk )
72
Bab 70 Kebebasan Mommy Sandra )
73
Bab 71 ( Kedatangan Dimas )
74
Bab 72 ( Bertepuk sebelah tangan )
75
Bab 73 ( Jodoh pasti bertemu )
76
Bab 74 ( Ingin menghindari Dimas )
77
Bab 75 ( Rencana kuliah di luar negeri )
78
Bab 76 ( Mommy Sandra di usir Ratu )
79
Bab 77 ( Hukuman untuk Ratu )
80
Bab 78 ( Jangan memberikan harapan palsu )
81
Bab 79 ( Mengejar cinta Rayna )
82
Bab 80 ( Ungkapan cinta Dimas )
83
Bab 81 ( Lamaran Dimas )
84
Bab 82 ( Kenyataan tentang Ratu )
85
Bab 83 ( Pernikahan Sedarah )
86
Bab 84( Hubungan Terlarang )
87
Bab 85 ( Tidak bisa melupakan Raisya )
88
Bab 86 ( Tertangkap Basah )
89
Bab 87 ( Keputusan Dita )
90
Bab 88 ( Meminta cerai )
91
Bab 89 ( Serangan Jantung )
92
Bab 90( Mengatakan yang sebenarnya )
93
Bab 91 ( Keputusan Rayna )
94
Bab 92 ( Penolakan Fajar )
95
Bab 93 ( Rasya yang bijak )
96
Bab 94 ( Ayah Mertua VS Keponakan Durhaka )
97
Bab 95 ( Menceritakan semuanya kepada Bu Rima dan Pak Hasan )
98
Bab 96 ( Mengejar cinta Raisya )
99
Bab 97 ( Pertemuan Rayna dan Ratu )
100
Bab 98 ( I Love You Raisya )
101
Bab 99 ( Kejujuran Dimas )
102
Bab 100 ( Malaikat Tak Bersayap )
103
Bab 101 ( Meninggal setelah melahirkan )
104
Bab 102 ( Pernikahan dadakan )
105
Bab 104 ( Malam bersejarah )
106
Bab 105 ( Datang tidak di undang, pulang tidak di antar )
107
Bab 106 ( Dendam masalalu )
108
Bab 107 ( Hilang ingatan )
109
Bab 108 ( Kebohongan Aira )
110
Bab 109 ( Pernikahan tanpa restu )
111
Bab 110 ( Tanggung jawab Dunia dan Akhirat )
112
Bab 111 ( Pura-pura baik )
113
Bab 112 ( Mirip Dimas )
114
Bab 113 ( Merahasiakan pernikahan )
115
Bab 114 ( Impoten )
116
Bab 115 ( Mempertahankan harga diri )
117
Bab 116 ( Kekecewaan Hilman terhadap Miranda )
118
Bab 117 ( Firasat buruk )
119
Bab 118 ( Raisya pingsan )
120
Bab 119 ( Akhir dari kesombongan )
121
Bab 120 ( Menjadi Sekretaris Rasya )
122
Bab 121 ( Sudah jatuh tertimpa tangga pula )
123
Bab 122 ( Calon Suami Alea )
124
Bab 123 ( Tertangkap basah )
125
Bab 124 ( Memilih pergi )
126
Bab 125 ( Lamaran Rasya )
127
Bab 126 ( Perempuan mandul )
128
Bab 127 ( Memfitnah Ratu )
129
Bab 128 ( Tuhan tidak pernah tidur )
130
Bab 129 ( Rencana pernikahan Alea dan Rasya )
131
Bab 130 ( Cinderella VS Nenek Sihir )
132
Bab 131 ( Tidak bereaksi )
133
Bab 132 ( Pernikahan rahasia )
134
Bab 133 ( Malu malu kucing)
135
Bab 134 ( Nafkah pertama )
136
Bab 135 ( Diam diam suka )
137
Bab 136 ( Pacaran setelah menikah )
138
Bab 137 ( Sambil menyelam minum air )
139
Bab 138 ( Rencana memisahkan Rasya dan Alea )
140
Bab 139 ( Memanfaatkan Satria )
141
Bab 140 ( Cemburu )
142
Bab 141 ( Senjata makan Tuan )
143
Bab 142 ( Tidak ada tempat untuk orang ketiga )
144
Bab 143 ( Penyesalan selalu datang belakangan )
145
Bab 144 ( Harta yang paling berharga adalah keluarga )
146
Bab 145 ( Masuk ke dalam jebakan sendiri )
147
Bab 146 ( Menolak tanggung jawab Satria )
148
Bab 147 ( Usul nikah kontrak )
149
Bab 148 ( Belajar menerima kenyataan )
150
Bab 149 ( Rencana ke Singapura )
151
Bab 150 ( Calon Suami idaman )
152
Bab 151 ( Ancaman Aira )
153
Bab 152 ( Pengorbanan Raisya )
154
Bab 153 ( Tidak memiliki pilihan lain )
155
Bab 154 ( Menjadi Teman )
156
Ban 155 ( Benar-benar mirip )
157
Bab 156 ( Siapa aku sebenarnya? )
158
Bab 157 ( Takdir hidup )
159
Bab 158 ( Terbongkarnya kejahatan Aira )
160
Bab 159 ( Terjatuh dari lantai empat )
161
Bab 160 ( Mengalami Depresi )
162
Bab 161 ( Masuk Rumah Sakit Jiwa )
163
Bab 162 ( Akan tetap menunggu )
164
Bab 163 ( Mulutmu Harimau mu )
165
Bab 164 ( Memfitnah Rasya )
166
Bab 165 ( Kebohongan yang terbongkar )
167
Bab 166 ( Jebakan Lisna )
168
Bab 167 ( Melakukan kewajiban seorang Istri )
169
Bab 168 ( Menemani di dalam ruang operasi )
170
Bab 169 ( Perpisahan selalu menyakitkan )
171
Bab 170 ( Keajaiban )
172
Bab 171 ( Terpaksa ikut Satria )
173
Bab 172 ( Digigit nyamuk besar )
174
Bab 173 ( Melepas Raisya untuk Zain )
175
Bab 174 ( Di antara dua hati )
176
Bab 175 ( Membuka hati untuk Zain )
177
Bab 176 ( Semuanya telah berakhir )
178
Bab 177 ( Selamat tinggal cintaku )
179
Bab 178 ( Saling bermaafan )
180
Bab 179 ( Tiba di tanah air )
181
Bab 180 ( Sepenggal masalalu Zain )
182
Bab 181 ( Bertemu cinta pertama )
183
Bab 182 ( Perempuan meresahkan )
184
Bab 183 ( Dalang dibalik kecelakaan Dimas )
185
Bab 184 ( Godaan cinta pertama )
186
Bab 185 ( Salah paham )
187
Bab 186 ( Noda lipstik )
188
Bab 187 ( Setiap orang punya masalalu )
189
Bab 188 ( Menyamar sebagai pelayan )
190
Bab 189 ( Acara syukuran Baby Kenzi )
191
Bab 190 ( Kamu hanya bayanganku )
192
Bab 191 ( Pindah rumah )
193
Bab 192 ( Terjatuh dari tangga )
194
Bab 193 ( Pura-pura amnesia )
195
Bab 194 ( Permintaan yang berat )
196
Bab 196 ( Hanya sebatas angan )
197
Bab 197 ( Terpaksa berbohong )
198
Bab 198 ( Permainan akan segera dimulai )
199
Bab 199 ( Hanya manusia biasa )
200
Bab 200 ( Mimpi di siang bolong )
201
Bab 201 ( Pembantu baru )
202
Bab 202 ( Ratu drama )
203
Bab 203 ( Serigala berbulu Domba )
204
Bab 204 ( Lelaki buaya darat )
205
Bab 205 ( Jangan ada dusta di antara kita )
206
Bab 206 ( Masuk jebakan )
207
Bab 207 ( Kemarahan Zain )
208
Bab 208 ( Penyesalan selalu datang belakangan )
209
Bab 209 ( Hati tak pernah berdusta )
210
Bab 210 ( Memasang umpan )
211
Bab 211 ( Perawan rasa janda )
212
Bab 212 ( Miskin harta tetapi tidak miskin hati )
213
Bab 213 ( Bagai Bumi dan Langit )
214
Bab 214 ( Melepas rindu )
215
Bab 215 ( Terkena penyakit HIV Aids )
216
Bab 216 ( Firasat buruk )
217
Bab 217 ( Samudra Wibawa )
218
Bab 218 ( Diculik )
219
Bab 219 ( Menyelamatkan Raisya )
220
Bab 220 ( Tertusuk pisau )
221
Bab 221 ( Mendapatkan karma )
222
Bab 222 ( Mengembuskan nafas terakhir )
223
Bab 223 ( Belum bisa menerima kenyataan )
224
Bab 224 ( Selamat jalan Suamiku sayang )
225
Bab 225 ( Melaporkan Lukman )
226
Bab 226 ( Menjadi buronan )
227
Bab 227 ( Akhir hidup seorang pendosa )
228
Bab 228 ( Melupakan tidak semudah membalikan telapak tangan )
229
Bab 229 ( Permintaan maaf Lukman )
230
Bab 230 ( Keputusan Lukman )
231
Bab 231 ( Permintaan terakhir )
232
Bab 232 ( Tertabrak mobil )
233
Bab 233 ( Menyalahkan Hilman )
234
Bab 234 ( Rencana jahat Viona )
235
Bab 235 ( Pertemuan Raisya dan Miranda)
236
Bab 236 ( Misi menyatukan Raisya dan Dimas )
237
Bab 237 ( Hidup adalah pilihan )
238
Bab 238 ( Menantu yang tak dianggap )
239
Bab 239 ( Nikahi Viona )
240
Bab 240 ( Penolakan Hilman )
241
Bab 241 ( Nyonya Rasya )
242
Bab 242 ( Menjadi Adik Kakak yang sesungguhnya )
243
Bab 243 ( Tamu tak di undang )
244
Bab 244 ( Awal penderitaan )
245
Bab 245 ( Menjadi Sekretaris Dimas )
246
Bab 246 ( Mengalah sebelum perang )
247
Bab 247 ( Lamaran dadakan )
248
Bab 248 ( Mengalami kekerasan )
249
Bab 249 ( Benalu teriak benalu )
250
Bab 250 ( Ancaman Miranda )
251
Bab 251 ( Dibalik keberhasilan Suami, ada do'a seorang Istri )
252
Bab 252 ( Salah peluk )
253
Bab 253 ( Hari yang indah )
254
Bab 254 ( Tidur satu ranjang )
255
Bab 255 ( Tidak bisa berbagi Suami )
256
Bab 256 ( Keputusan Raisya )
257
Bab 257 ( Impian yang terwujud )
258
Bab 258 ( Aku lelah, aku ingin menyerah )
259
Bab 259 ( Meminta cerai )
260
Bab 260 ( Kebusukan yang terbongkar )
261
Bab 261 ( Penyesalan Miranda )
262
Suamiku Boneka Keluarganya
263
Bab 263 ( Akhir dari Menantu Benalu )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!