Fajar terus mencoba untuk menelpon Angga, tapi Angga sama sekali tidak mengangkat telpon Fajar.
"Angga benar-benar keterlaluan, bisa-bisanya dia bersenang-senang pada saat Mentari mempertaruhkan nyawanya. Aku harus bagaimana sekarang? aku tidak mau jika Mentari dan bayinya sampai kenapa-napa," gumam Fajar dengan terus mondar-mandir.
Dokter kembali menghampiri Fajar untuk menanyakan keluarga Mentari supaya operasi dapat segera dimulai.
"Maaf Pak, apa Suami pasien sudah dapat dihubungi? karena kondisi Bu Mentari saat ini sudah semakin kritis sehingga kami harus segera melakukan tindakan operasi," ujar Dokter.
"Suaminya tidak dapat dihubungi Dok, tapi saya mohon segera lakukan operasi supaya pasien dapat tertolong," ucap Fajar.
"Mohon maaf Pak, kami harus tetap menjalankan semuanya sesuai dengan prosedur," ujar Dokter.
"Apa prosedur lebih penting daripada nyawa seseorang? kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk kepada Mentari karena kelalaian kalian, maka aku tidak segan-segan melaporkan kalian semua ke pihak berwajib !!" teriak Fajar yang sudah merasa geram, sehingga Fajar menarik kerah kemeja Dokter.
"Tapi kami tidak bisa mengambil resiko apabila terjadi sesuatu yang fatal terhadap pasien," ujar Dokter.
"Kalau begitu, saya sendiri yang akan bertanggungjawab, dan saya siap untuk dilaporkan ke pihak berwajib apabila kalian gagal dalam melakukan operasi," tegas Fajar dengan mengambil persetujuan operasi kemudian menandatanganinya.
"Sekarang juga lakukan yang terbaik untuk Mentari, berapapun biayanya pasti akan saya bayar," ujar Fajar.
Dokter dan Perawat yang merasa takut terhadap Fajar, langsung saja membawa Mentari ke ruang operasi.
"Apa bisa saya berbicara sebentar kepada pasien?" tanya Fajar, Dokter yang masih merasa takut kepada Fajar pun langsung menganggukan kepalanya.
"Kamu harus kuat Mentari, Mas akan selalu menunggu kamu di sini," bisik Fajar di telinga Mentari dengan menggenggam erat tangannya, kemudian Fajar mencium kening Mentari sebelum akhirnya dibawa masuk ke dalam ruang operasi.
Fajar teringat dengan kedua orangtua Mentari, sehingga Fajar mencari kontaknya di handphone Mentari untuk memberikan kabar.
📞"Assalamu'alaikum Nak, tumben Mentari malam-malam begini telpon? Mentari baik-baik saja kan?" ucap Bu Rima yang mengira jika itu adalah Mentari, karena Fajar menelponnya menggunakan handphone milik Mentari.
📞"Wa'alaikumsalam Bu, ini Fajar," jawab Fajar.
📞"Ada apa Nak Fajar? kenapa Nak Fajar menelpon Ibu menggunakan handphone Mentari? memangnya Mentari kemana?" tanya Bu Rima.
📞"Mentari saat ini sedang di operasi Bu, karena tadi dia mengalami pendarahan yang hebat," jawab Fajar dengan suara yang serak karena daritadi Fajar belum berhenti menangis.
📞"Innalillahi... terus sekarang Mentari berada di Rumah Sakit mana?" tanya Bu Rima.
📞"Mentari saat ini melakukan Operasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak," jawab Fajar.
📞"Baiklah kalau begitu, Ibu dan Bapak akan segera ke Rumah Sakit," ujar Bu Rima kemudian menutup telponnya setelah mengucapkan Salam.
......................
Pada saat ini Mentari sedang berjuang antara hidup dan mati di ruang operasi, sedangkan di tempat lain, Angga dan Jingga sedang bersenang-senang di sebuah klub dengan keadaan mereka yang sudah mabuk.
Angga dan Jingga terus saja meracau tidak jelas, sampai akhirnya mereka berdua masuk ke dalam sebuah kamar yang berada di Klub tersebut.
"Terimakasih Mentari sayang atas semua pengkhianatan yang telah kamu lakukan, sekarang aku tidak akan melepaskanmu lagi, aku akan melakukannya sampai kamu pingsan sehingga kamu tidak akan bisa pergi kemana-mana," ujar Angga dengan tertawa, kemudian dia membuka semua pakaian yang ia kenakan dan juga merobek pakaian yang dipakai Jingga secara kasar, karena dalam pandangan Angga, Jingga adalah Mentari.
"Dengan senang hati aku akan melayanimu sayang," ujar Jingga dengan melu*mat bibir Angga, sehingga mereka berdua kembali melakukan perbuatan yang tidak senonoh dibawah pengaruh minuman beralkohol.
......................
Orangtua Mentari kini telah sampai di Rumah Sakit, dan mereka langsung saja menuju ke depan ruang operasi.
Bu Rima merasa heran, karena di sana hanya ada Fajar yang terlihat menundukkan kepalanya di depan pintu ruang operasi dengan pakaian serta rambut yang terlihat acak-acakan.
"Assalamu'alaikum Nak Fajar," ucap Bu Rima dan Pak Hasan.
"Wa'alaikumsalam Bu, Pak," jawab Fajar, kemudian mencium punggung tangan Bu Rima dan Pak Hasan. Mata Fajar terlihat sembab karena Fajar terus saja menangis, sehingga Bu Rima dan Pak Hasan merasa kasihan melihat keadaan Fajar saat ini.
"Bagaimana keadaan Mentari sekarang Nak? sebenarnya apa yang telah terjadi? kenapa Mentari bisa sampai pendarahan?" tanya Bu Rima yang saat ini merasa cemas.
"Dokter masih belum selesai melakukan operasi Bu, tapi maaf karena Fajar tidak bisa menjelaskan semuanya. Fajar tidak mau dibilang ikut campur urusan pribadi Mentari, biar nanti Mentari sendiri yang menceritakan semuanya setelah dia selesai operasi," jawab Fajar.
"Lalu dimana sekarang Angga? apa dia sudah tau kalau Mentari di operasi?" tanya Bu Rima lagi.
"Fajar sudah berkali-kali menelpon Angga, tapi dia tidak menjawab panggilan telpon Fajar."
"Ya Allah hamba mohon selamatkan Mentari dan bayinya," ucap Bu Rima.
"Angga sangat keterlaluan, padahal saat ini Mentari sedang berjuang antara hidup dan mati, tapi dia malah tidak ada untuk Istrinya," ucap Pak Hasan yang merasa geram kepada Angga.
Empat jam kini telah berlalu, dan Dokter akhirnya keluar dari ruang operasi.
"Bagaimana keadaan pasien Dok?" tanya Fajar.
"Alhamdulillah operasinya berjalan dengan lancar, Ibu dan bayinya berhasil kami selamatkan. Akan tetapi, Ibu Mentari masih belum melewati masa kritisnya," jelas Dokter.
"Cobaan apalagi ini Ya Allah, semoga saja Mentari bisa segera melewati masa kritisnya, kasihan Mentari, dari dulu hidupnya selalu menderita," ujar Bu Rima.
"Ibu yang sabar ya, Mentari pasti kuat dan bisa segera melewati masa kritisnya," ucap Fajar mencoba untuk menguatkan Bu Rima, padahal hatinya sendiri merasa hancur mendengar perkataan Dokter.
"Ada satu hal lagi berita buruk mengenai bayi kembar Bu Mentari yang lahir secara prematur," ucap Dokter yang merasa ketakutan karena melihat mata Fajar yang sudah terlihat nyalang.
"Cepat katakan Dokter !!" ucap Fajar dengan penuh penekanan.
"Se_sebenarnya, Bayi kembar Ibu Mentari besar kemungkinan akan mengalami cacat karena sepertinya Bu Mentari pada saat hamil telah mengkonsumsi obat yang dapat merusak jaringan sel otak" jelas Dokter, sehingga membuat Fajar, Bu Rima dan Pak Hasan bertambah sedih.
Fajar langsung merasa lemas dan tubuhnya kini merosot, sehingga Fajar duduk di atas lantai dan kembali menangis.
Kenapa aku bisa sampai kecolongan, padahal aku selalu menjaga Mentari. Mereka sudah sangat keterlaluan, lihat saja Angga, aku akan membuat hidup kalian semua hancur, ucap Fajar dalam hati.
"Kasihan Mentari Pak, padahal dia adalah Anak yang baik, tapi kenapa dia selalu mengalami nasib buruk di dalam hidupnya," ujar Bu Rima.
"Ibu jangan berkata seperti itu, ucapan adalah do'a, jadi sebaiknya kita terus mendo'akan Mentari dan bayinya," ujar Pak Hasan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 263 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
Kadal sma ulet memang cocok di satuin mak. lanjut..
2022-12-21
1
Maya●●●
memang angga pantas sama jingga😄
2022-12-14
1
Mega
Beeh, cepat temen berubah e
2022-11-11
1