Jingga kembali mendesak Angga untuk segera menikahinya, karena saat ini perut Jingga sudah semakin membesar.
"Sayang, kapan kamu mau nikahin aku?" rengek Jingga.
"Jingga, aku mohon pengertiannya, aku baru beberapa hari ini resmi bercerai dengan Mentari, apa kata orang jika aku langsung menikahimu," ujar Angga.
"Kenapa sih kamu harus memikirkan perkataan orang lain, yang mau menjalani semuanya kan kita," ujar Jingga yang sudah merasa tidak sabar.
"Sebaiknya sekarang kamu pulang dulu, supaya aku bisa segera membereskan pekerjaanku," ujar Angga.
"Jadi kamu ngusir aku?" tanya Jingga dengan kesal, karena Angga terus saja mengabaikannya.
"Sudahlah Jingga, kamu jangan kekanak-kanakan, saat ini aku sedang fokus bekerja, semua itu demi masa depan kita juga."
"Kamu tidak perlu bekerja keras seperti itu Angga. Calon Istri kamu kan seorang CEO dari perusahaan terbesar di Indonesia, jadi kamu jangan seperti orang susah," ucap Jingga dengan sombongnya.
"Maaf Jingga, aku adalah seorang lelaki, dan lelaki adalah tulang punggung keluarga, jadi sudah menjadi kewajibanku untuk mencari nafkah untuk keluargaku."
"Aku muak mendengar semua alasan kamu yang selalu sok bijak, padahal kamu sendiri sudah mencampakkan Mentari dan kedua bayinya yang ca*cat itu," sindir Jingga, dan Angga hanya diam saja menahan gejolak amarah yang sudah membuncah dalam hatinya.
Jingga yang merasa terabaikan pun kini keluar dari ruangan kerja Angga dengan perasaan yang dongkol.
Aku memang Suami yang tidak bertanggungjawab, aku memang Suami yang bodoh yang sudah tega mencampakkan anak dan Istrinya. Maafin Abang Mentari, Abang menyesal karena sudah berbuat tidak adil kepada kamu, bahkan Abang sudah tega menuduh kamu berselingkuh dengan Fajar, padahal pada kenyataannya Abang yang sudah tega mengkhianati pernikahan kita, ucap Angga dalam hati.
Angga sangat menyesali semuanya, karena sifat dan sikap Jingga sangatlah jauh berbeda dengan Mentari, mungkin jika dibandingkan mereka bagaikan bumi dan langit.
Lain halnya dengan Angga yang saat ini merasakan kesedihan setelah perceraiannya dengan Mentari, Mentari dan keluarganya justru tengah berbahagia karena akan mengadakan acara syukuran 40 hari si kembar beserta akikahnya.
Semua tetangga Mentari yang tidak pernah mengetahui jelas wajah Angga, mengira jika Fajar adalah Suami Mentari, karena Fajar adalah orang yang paling sibuk mempersiapkan semuanya.
"Mentari beruntung sekali ya mempunyai Suami yang sangat tampan, udah gitu baik lagi," ujar salah seorang Ibu yang membantu memasak di sana.
Mentari atau pun Fajar yang saat ini tengah menggendong si Kembar, hanya membalasnya dengan sebuah senyuman.
Pada saat tidak ada orang lain di sana, Mentari akhirnya angkat suara karena merasa tidak enak kepada Fajar.
"Mas Fajar, maaf ya jika banyak yang mengira kalau Mas Fajar adalah Suami Mentari, Mentari bukannya tidak mau menjelaskannya, hanya saja_," perkataan Mentari terputus, karena Fajar kini menempelkan telunjuknya pada bibir Mentari.
"Sudah, sebaiknya jangan diteruskan lagi perkataannya. Mas tau apa yang saat ini Mentari pikirkan meskipun Mentari tidak mengucapkannya. Akan tetapi, harus Mentari ketahui, Meski pun pada kenyataannya Mas bukanlah Ayah kandung Si Kembar, tapi Mas sangat menyayangi mereka," ucap Fajar dengan tulus.
"Terimakasih banyak ya Mas, karena Mas sudah menyayangi mereka melebihi Ayah kandungnya sendiri yang bahkan sudah menolaknya," ujar Mentari dengan menitikkan airmata karena merasa terharu.
"Mas hanya minta Mentari bahagia, lupakan masalalu dan buka lembaran baru," jawab Fajar.
Fajar tau bahwa di dalam lubuk hatinya Mentari masih mencintai Angga, makanya dia tidak pernah mau memaksakan kehendaknya terhadap Mentari. Fajar menginginkan jika kelak Mentari menerima serta mencintainya dengan tulus tanpa ada paksaan dari pihak mana pun.
"Mulai saat ini Mentari berjanji, bahwa Mentari akan mengubur semua masalalu dan membuka lembaran baru," ucap Mentari yang kini sudah membulatkan tekadnya.
"Begitu donk, kita tidak akan pernah bisa melangkah ke depan jika kita masih saja melihat ke belakang, dan apa pun rencana Mentari ke depannya, Mas pasti akan selalu mendukungnya."
"Tapi Mas Fajar sudah terlalu banyak melakukan semua hal untuk Mentari. Mulai sekarang Mentari ingin berdiri di kaki sendiri tanpa merepotkan oranglain."
"Jadi menurut Mentari, Mas adalah oranglain?" tanya Fajar, sehingga membuat Mentari sulit untuk menjawabnya.
"Dengerin Mas, apa pun yang terjadi kita akan berjuang bersama-sama membesarkan si kembar, dan Mas tidak menerima penolakan," sambung Fajar.
"Mas Fajar begitu baik dan tulus kepada keluarga Mentari, apa Mas Fajar belum ada niat untuk berumah tangga dengan perempuan yang dulu pernah Mas ceritakan?" tanya Mentari, sehingga Fajar menelan salivanya.
Perempuan itu sebenarnya adalah kamu Mentari, semoga saja suatu saat nanti kamu bisa membuka hati untukku, batin Fajar.
"Perempuan itu mungkin masih belum bisa menerima Mas, dan untuk saat ini Mas masih memberikannya waktu untuk berpikir."
"Hanya perempuan bodoh yang tidak mau menerima lelaki baik seperti Mas Fajar. Jadi tetap semangat ya, perempuan itu pasti akan menjadi wanita yang paling beruntung di Dunia ini karena dicintai oleh lelaki sempurna seperti Mas Fajar," ujar Mentari dengan tersenyum.
"Mas hanyalah manusia biasa yang masih banyak kesalahan serta kekurangan, justru menurut Mas perempuan itulah yang begitu sempurna, makanya Mas rela menunggunya sampai bertahun-tahun." Aku harus menahannya dulu untuk tidak bilang jika perempuan itu adalah kamu Mentari, lanjut Fajar dalam hati.
"Mas Fajar jangan patah semangat ya, Mentari yakin jika suatu saat nanti perempuan itu akan jatuh cinta sama Mas Fajar."
"Semoga saja, karena itu yang saat ini Mas tunggu-tunggu," jawab Fajar.
Bu Rima dan Pak Hasan sebenarnya dari tadi diam-diam menguping pembicaraan Fajar dan Mentari.
"Pak, Anak kita polos sekali ya, sepertinya Mentari belum menyadari jika perempuan yang selama ini Fajar cintai adalah dia sendiri," ucap Bu Rima.
"Iya Bu, sepertinya Mentari memang belum menyadari semua itu, tapi ya sudahlah kita tidak perlu memberitahukannya, biar nanti dia sendiri yang menyadarinya," jawab Pak Hasan.
"Nak Fajar memang Anak yang baik, semoga saja dia tidak seperti Angga, yang baik hanya di awalnya saja," ujar Bu Rima.
"Sebagai orangtua kita do'akan saja yang terbaik untuk mereka, semoga saja Mentari bisa segera melupakan masalalunya, dan bisa segera membuka lembaran baru dengan Nak Fajar," ujar Pak Hasan.
"Iya Pak semoga saja, karena selama ini Nak Fajar sudah banyak berkorban untuk Mentari," ujar Bu Rima.
Setelah semua tetangga hadir, acara syukuran pun akan segera dimulai dan si kembar kini digendong oleh Mentari dan Fajar.
Ustad yang memimpin do'a menanyakan terlebih dahulu nama Ayah dari Rasya dan Raisya karena beliau belum mengetahuinya.
"Maaf Nak Mentari, siapa nama Ayah dari Rasya Putra Angkasa dan Raisya Putri Angkasa?" tanya Pak Ustad.
"Nama Ayahnya Fajar Angkasa Pak Ustad," jawab Mentari yang sudah terlanjur kecewa kepada Angga, sehingga membuat Fajar terkejut saat mendengarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 263 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
Mak,aku kasih kopi biar makin jos upnya😁😁
2023-11-09
1
Maya●●●
1 mawar untukmu kak. semangt
2022-12-19
1
Maya●●●
aku juga terkejut loh😁
2022-12-19
1