Fajar dan Angga terus saja saling berdebat sehingga membuat Mentari merasa pusing mendengarnya.
"Bang Angga, Mas Fajar, tolong hentikan perdebatan kalian !!" teriak Mentari.
Mommy Sandra dan Stella merasa bahagia karena melihat Angga marah terhadap Mentari, apalagi saat ini Jingga datang untuk membuat suasana semakin kacau.
Jingga tiba-tiba melempar beberapa fhoto yang David ambil pada saat pertama kali Fajar dan Mentari bertemu, dan di fhoto itu terlihat jika Mentari dan Fajar saling berpelukan.
"Kamu lihat sendiri Angga, sebelum Fajar menolong Mentari di Puncak mereka sebelumnya sudah mempunyai hubungan, dan mungkin saja bayi yang ada dalam kandungan Mentari adalah Anaknya Fajar," ujar Jingga.
Plak
Tamparan keras kini mendarat di pipi mulus Jingga, sehingga semua orang merasa terkejut.
"Jangan pernah samakan aku dengan kamu !! Apa kalian belum puas menghinaku? lalu sekarang kalian ingin memfitnahku juga?" ujar Mentari dengan menahan sesak dalam dadanya.
"Sekarang kamu sudah tau kan Angga semua kebusukan Istri yang selama ini selalu kamu puja-puja dan bangga-banggakan," ujar Mommy Sandra mencoba untuk mempengaruhi Angga, sehingga membuat Angga semakin marah.
"Jadi kamu adalah selingkuhan Mentari?" tanya Angga kepada Fajar.
"Silahkan kalian memfitnahku, tapi aku tidak akan membiarkan kalian sampai menyakiti Mentari," ujar Fajar.
Angga kini melayangkan tinju ke perut Fajar, tapi Fajar membiarkannya tanpa melakukan perlawanan.
"Kamu bisa melampiaskan semuanya kepadaku Angga, tapi aku bersumpah jika Mentari tidak pernah mengkhianatimu. Mentari adalah perempuan baik-baik, dan dia adalah Istri yang setia," ujar Fajar, tapi Angga dengan membabi buta terus saja memberikan bogem mentah terhadap Fajar.
"Cukup Bang, hentikan !!" teriak Mentari mencoba untuk menghentikan Angga.
David hendak menolong Fajar dan Mentari dari amukan Angga, tapi Stella melarangnya.
"Kalian berdua pengkhianat, aku tidak sudi melihat kalian berada di rumah ini lagi, sekarang juga kalian pergi dari rumahku !!" teriak Angga.
Tiba-tiba Mentari merasakan kontraksi hebat pada perutnya, dan Mentari pun terlihat meringis kesakitan.
"Kamu tidak perlu berakting Menantu Benalu, jangan pikir Angga akan iba melihat akting kamu," ujar Mommy Sandra.
"Mentari, kamu tidak kenapa-napa kan?" tanya Fajar yang sudah merasa panik.
"Angga cepat kita bawa Mentari ke Rumah Sakit, apa kamu tidak peduli dengan Anak dan Istrimu?" teriak Fajar.
"Aku tidak yakin jika itu adalah Anakku, sebaiknya kamu bawa saja sendiri selingkuhanmu, aku sudah tidak peduli lagi kepadanya," ujar Angga.
"Sayang, sebaiknya kita pergi saja dari sini untuk bersenang-senang," ajak Jingga terhadap Angga. Angga yang sudah diliputi amarah pun langsung pergi meninggalkan Mentari yang kesakitan.
"Stella, aku harus membantu Fajar membawa Mentari ke Rumah Sakit," ujar David.
"Awas saja kalau Mas sampai membantu si Benalu, aku tidak rela," jawab Stella dengan terus memegangi tangan David.
"Apa sekarang kalian puas sudah memfitnah kami?" tanya Fajar pada Mommy Sandra dan Stella.
"Kalian memang tidak punya hati, lihat saja nanti, aku pasti akan membalas perbuatan kalian terhadap Mentari," sambung Fajar.
"Kamu itu tidak usah belagu Fajar, kamu hanya Supir, jadi gak usah mengancam kami, baru jadi Supir aja kok belagu," ucap Mommy Sandra, sehingga David yang memang berprofesi sebagai Supir pun merasa tak enak hati.
"Terserah kalian mau berkata apa, tapi suatu saat kalian semua akan menyesal," ujar Fajar dengan menggendong Mentari untuk membawanya ke Rumah Sakit.
Mang Diman sudah berkali-kali menghentikan taksi untuk Fajar dan Mentari, tapi tidak ada satu pun taksi yang berhenti.
Mentari saat ini sudah pingsan, apalagi sekarang sudah keluar darah dari jalan lahirnya.
"Sepertinya Mentari mau melahirkan, aku harus segera membawanya ke Rumah Sakit. Kamu harus kuat demi Bayi kamu Mentari," gumam Fajar yang kini memutuskan untuk terus berjalan dengan menggendong tubuh Mentari.
Fajar mencoba menghentikan setiap mobil yang lewat sampai akhirnya ada sebuah mobil pick up yang berhenti.
"Pak tolong kami, saya harus membawa Istri saya ke Rumah Sakit," ujar Fajar yang tidak mau jika disangka menculik Istri orang.
"Tapi di jok depan sudah penuh barang Pak, kalau dipindahkan dulu ke belakang bakalan lama," jawab Supir pick up tersebut.
"Kami tidak apa-apa meskipun harus di belakang juga, yang penting Istri saya segera mendapat penanganan medis," ujar Fajar.
"Kalau begitu silahkan naik Pak, kebetulan saya juga akan mengantarkan barang ke Rumah Sakit," ujar Supir pick up.
Fajar akhirnya bergegas naik ke belakang mobil pick up dengan memangku kepala Mentari di atas pahanya.
"Kamu harus kuat Mentari, maafkan aku yang saat ini tidak berdaya, sehingga harus membawa kamu ke Rumah Sakit dengan naik mobil pick up," gumam Fajar dengan menangis dan terus saja memegangi tangan Mentari.
Sesampainya di Rumah Sakit, Fajar bergegas menggendong Mentari ke Ruang IGD, Dokter yang melihatnya pun langsung menanganinya.
"Bapak silahkan urus dulu administrasinya ya, kami akan segera menangani pasien," ujar Suster dengan menutup ruang tindakan.
Fajar langsung berlari menuju bagian administrasi, untung saja Fajar membawa kartu ATM yang sempat diberikan oleh Rendra Asistennya.
Setelah selesai mengurus administrasi, Fajar kembali menunggu di depan ruang tindakan dengan perasaan cemas, apalagi sudah satu jam berlalu, tapi Dokter masih belum juga keluar.
Setelah dua jam berlalu, Dokter akhirnya keluar dari ruang tindakan, dan Fajar bergegas menghampirinya.
"Dok bagaimana keadaan pasien?" tanya Fajar dengan tubuh yang gemetar ketakutan.
"Pasien mengalami pendarahan hebat, dan kita harus segera melakukan operasi untuk menyelamatkan nyawa pasien. Sebaiknya Anda jangan banyak berpikir, karena kemungkinan kami hanya bisa menyelamatkan salah satu saja, antara kedua bayi pasien atau Ibunya," ujar Dokter.
Fajar saat ini berada dalam dilema, jika sampai dia memilih menyelamatkan Mentari, sama saja dia membu*nuh Mentari secara perlahan, karena Mentari pasti tidak akan bisa hidup tanpa Anaknya. Akan tetapi, jika dia memilih kedua bayi Mentari, Fajar sendiri tidak akan bisa hidup tanpa Mentari.
"Saya mohon Dok, lakukan yang terbaik untuk pasien, hidup dan mati manusia sudah digariskan oleh Allah SWT, jadi apa pun yang terjadi kita serahkan semuanya kepada Sang Pencipta," ujar Fajar.
"Kalau begitu, sebaiknya Bapak segera menandatangani dokumen untuk operasi, karena kami membutuhkan tandatangan Suaminya untuk ijin melakukan tindakan," jelas Dokter.
Fajar nampak berpikir, karena tidak mungkin dia berbohong dengan mengaku sebagai Suami Mentari.
"Dok, saya minta waktu sebentar untuk menghubungi Suami pasien supaya dia bisa segera datang kemari untuk menandatangani surat persetujuan operasi," ujar Fajar.
"Saya kira Anda adalah Suaminya," ujar Dokter.
"Saya Kakak angkatnya Dok," jawab Fajar.
Fajar beberapa kali berusaha menelpon Angga, tapi Angga sama sekali tidak menjawab telpon Fajar, karena saat ini Angga sedang berada di sebuah Klub untuk bersenang-senang bersama Jingga, sehingga suara telponnya tidak terdengar dikarenakan suara musik yang keras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 263 Episodes
Comments
anan
hadir k
2022-12-22
1
💞Amie🍂🍃
Suami macam apa sih si angga, Istri lagi butuh juga 😌
2022-12-21
1
Maya●●●
1 mawar untukmu kak
2022-12-13
1