Kemarahan Justin

Sesampainya di rumah Adit langsung berlari ke kamar. Justin yang melihat itu hanya menggelengkan kepala nya, baru berpisah sebentar Adit sudah seperti itu, bagaimana kalau mereka menikah nanti, ntalah Justin tidak bisa membayangkan nya

"Abang..." Adit melompat ke atas ranjang.

"Adit.. Kau menganggu ku," ucap Dika.

"Dika aku tidak suka dengan wanita itu, ah aku tida mau tidak mau, aku jengkel dengan wanita itu," kata Adit panjang lebar.

"Hahaha coba jelaskan baik-baik..." Dika menepuk bahu Adit.

"Kau tau Serena?? Wanita tomboi di kampus itu," tanya Adit.

"Ya, aku tau. Beberapa kali aku bekerja kelompok dengan nya," jawab Dika.

"Jadi kau akan menikah dengan nya," tanya Dika.

"Iya Dika dengan nya, bagaimana ini, aku sangat tidak suka dengan nya. Dia bukan tipe ku, dia bukan wanita yang aku harapkan Dika," jawab Adit.

"Aku si setuju kau menikah dengan nya, aku kenal dia, dia baik kok, memang dia tomboi tapi dia cantik juga, sudah Terima saja apa ada nya, yakin saja pilihan ayah yang terbaik untuk mu," ucap Dika.

"Dika kenapa aku tidak sejalan dengan ku sih, kau malah sama dengan ayah," kata Adit yang sangat kesal.

"Lah Adit kan aku anak ayah, jadi tidak heran jika pemikiran kami sama. Adit percaya dengan ayah, pasti ayah sudah memikirkan hal ini lagi sebelum mengambil sebuah keputusan besar. Percaya dengan ayah, ayah ingin yang terbaik untuk kamu, dan pasti ini yang terbaik untuk kamu. Satu lagi Adit, belum tentu kalau kamu tidak menikah dengan Serena kamu mendapatkan wanita yang jauh lebih baik, malah bisa lebih buruk dari Serena, baik di mata kamu belum tentu baik di mata keluarga kita."

"Iya iya.."

Dika mengusap rambut Adit, memang Adit belum sedewasa dirinya. Tetapi Adit jauh lebih penurut dari dirinya. Ia benar-benar menyayangi kembaran nya ini, Dika ingin yang terbaik untuk Adit. Dan semoga keputusan ini memang yang terbaik untuk kehidupan Adit kedepannya.

"Sekarang aku yang berbicara," ucap Dika.

"Hmmm bukan nya kau tadi sudah berbicara, apalagi yang mau kau bicarakan," tanya Adit.

"Sepertinya aku akan S2 di Jepang, 2 tahun saja," jawab Dika.

Adit mengerutkan dahi nya, ia jelas tidak Terima Dika mengatakan hal itu.

"Apa-apaan kau. Kau mau meninggalkan ku," tanya Adit.

"Adit kau kan akan menikah, pasti kau akan sibuk dengan istri mu, jadi aku ya sudah tidak perlu lagi di dekat mu, maksudku kita sudah saatnya memulai hidup masing-masing," jawab Dika.

"Tidak tidak, kau egois kau tidak boleh pergi," ucap Adit.

"Adit aku mau S2, aku mau ngapain lagi coba," tanya Dika.

"Aku juga mau S2 tapi tidak di Jepang juga, kau boleh S2 tapi di sini saja, kalau kau pergi dan aku mulai sibuk dengan rumah tangga ku, lalu bagaimana dengan ayah dan mamah, kau mau meninggalkan mereka. Dika sebelum mengambil keputusan seharusnya kau berpikir dulu, jangan asal saja, aku yakin kau pergi bukan hanya untuk S2 mu, tapi kau sedang mengindari sesuatu bukan," ucap Adit.

"Adit!! apa-apaan kau, ini hidup ku, aku berhak mengambil keputusan ku sendiri."

"Kalau begitu kenapa kau memaksa ku ingin menikah, ini hidup ku juga, aku berhak mengambil keputusan ku sendiri. Kau memang egois Dika." Adit pergi meninggalkan Dika.

Kesal sudah pasti, di saat dirinya sedang membutuhkan seseorang karena pernikahan nya dengan Serena, seenaknya Dika mau pergi meninggalkan nya. Mana rasa perhatian Dika pada dirinya. Sudah sepatutnya Dika bisa menahan dirinya, tidak asal mengambil keputusan seperti ini.

''Ayah!!!.'' Adit berteriak di depan pintu kamar Justin dan juga Intan.

"Sayang Adit sayang, kenapa dengan nya," tanya Intan.

"Ah dia ganggu saja, sudah tau kalai jam segini tempat ayah nya olahraga," ucap Justin.

"Ayahhhhhh Buka ayahhhhh....." Adit berteriak semakin kencang.

"Sayang cepat itu anak kita."

"Tanggung sayang lagi enak," ucap Justin.

Dika berlari mendekati Adit, ia sudah menduga pasti Adit akan mengadu pada Justin.

"Adit jangan menganggu ayah, kita selesaikan berdua saja," ucap Dika.

''Kau siapa melarang ku, aku punya hak atas hidup ku, bukan nya itu yang kau katakan pada ku, jadi jangan ikut campur apa yang aku lakukan."

Justin memakai ****** ***** nya, ia berjalan membuka pintu kamar, dirinya sangat penasaran dengan apa yang terjadi.

"Ada apa ini," tanya Justin.

''Ayah...." Adit langsung memeluk Justin.

"Pasti kalian bertengkar, ayo masuk selesaikan malam ini juga," ucap Justin.

Intan sudah berada di dalam kamar mandi untuk merapihkan dirinya, ia juga ingin tau apa yang terjadi pada Adit.

Mata Adit dan Dika dengan kamar orang tua mereka yang seperti terkena gempa. Semua nya terlihat sangat berantakan sampai pada jatuh ke lantai.

"Ada apa ini," tanya Intan yang keluar dari kamar mandi dengan pakaian serba tertutup.

"Ayah abang mau pergi ke Jepang, dia mau S2 ke Jepang, padahal aku baru menikah," ucap Adit.

"Dika!! kau sudah mengambil keputusan tanpa berbicara dengan ayah, kau sudah tidak memerlukan ayah," tanya Justin yang juga kecewa dengan keputusan Dika.

"Tidak ayah, bukan begitu ayah," ucap Dika.

"Jadi bagaimana? coba jelaskan," tanya Intan.

"Ya aku memang ingin S2 ke Jepang, aku akan berbicara dengan ayah dan mamah besok pagi. Aku tidak ingin membuat ayah semakin pusing karena sudah mengurus pernikahan Adit," jawab Dika.

"Oke ayah tidak setuju, kau mau S2 kan, tatap di sini, S1 mu sudah di Australia," ucap Justin.

"Ayah..."

"Apa!! adik mu akan menikah, dia pasti memerlukan mu, dan ayah juga memerlukan mu. Siapa yang akan membantu ayah di perusahaan, kalau ayah izinkan kau pergi ke Jepang, itu tidak adil dengan Adit yang ayah paksa untuk menikah," ucap Steven.

"Sayang jangan marah marah, selesai kan dengan baik."

"Kamu diam, ini masalah anakku dengan aku. Apa aku kurang tegas selama ini," ucap Justin.

"Ayah, kalau begitu aku juga mau S2 ke Jepang, Dika dengan bebas pergi mengatur hidup nya, lalu aku tidak bisa kemana-mana, apa ini yang aya maksud dengan keadilan," tanya Adit.

"Nah kan kau dengar, satu keputusan sepihak my sudah membuat kacau rencana yang sudah ayah buat, ya sudah kalian ingin pergi, pergi lah," ucap Justin.

"Maaf." Dika mengaku dirinya salah, hanya untuk menghindari Cilla ia sampai seperti ini.

"Adit.."

"Maaf," ucap Adit.

"Kalian dengar ya, ayah hanya ingin yang terbaik untuk kalian. Ayah tau mana yang sungguh sungguh dan hanya sebuah pelarian. Dika kau kena masalah dengan ayah, setiap pagi ayah tunggu di depan rumah," kata Justin.

ayo mampir guys, yang sudah mampir jangan lupa baca lagi ya..

Terpopuler

Comments

Shusyi Ae

Shusyi Ae

lnjut y thor ska bnget nih

2022-11-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!