MENANTI CINTA DIANTARA CINTA MEREKA
Seorang pria terlihat lari tergesa-gesa dari sebuah bandara internasional menuju mobil yang sudah menunggu nya.
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai dirumahnya.
Pria itu adalah Alvino Winata. Laki laki 27 tahun yang baru menyelesaikan gelar master di Singapura.
Alvino langsung pulang setelah mendapat kabar dari sang Mama bahwa keadaan Papa sudah sangat kritis dan ingin melihat Alvino. Anak kedua dari Tiga bersaudara.
Sesampainya di rumah, Alvino segera naik ke lantai atas untuk menemui sang papa yang sejak tahun lalu memilih untuk di rawat di rumah saja agar bisa dekat dengan keluarga, terutama dengan dua cucu dari anak pertamanya, Alviana.
Bruk !!!
Karena terlalu tergesa-gesa, Alvino menabrak Husna. Gadis 21 tahun dan yatim pintu yang menjadi perawat saat Papa Alvino memutuskan untuk melanjutkan perawatan di rumah.
" Maaf, maafkan aku." Ucap Alvino.
" Tidak apa apa, tuan bisa pergi biar saya yang membereskan nya." Ucap Husna sambil menunduk.
Tanpa pikir panjang lagi, Alvino langsung menemui sang Papa.
" Papa, ini Al." Bisik Alvino.
" Al..." Papa membuka mata dan bersuara lemah.
" Aku di sini pa." Ucap Alviana seolah-olah tahu arti dari tatapan sang Papa yang sedang mencari anak-anaknya.
" El...?"
" El sedang dalam perjalanan pulang pa." Ucap Alviana yang mendekat ke arah Papa nya.
Elvio, adik bungsu dari Alviana dan Alvino yang sedang menunggu pesawat lepas landas untuk bisa pulang.
Tak lama kemudian, Husna masuk membawa makanan dan obat-obatan yang harus di makan Pak Winata.
Alviana dan Alvino sedikit menjauh untuk memberikan ruang kepada Husna.
Alviana keluar dari kamar untuk melihat Mama yang sedang berkonsultasi dengan dokter. Sementara Alvino tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Husna yang begitu telaten merawat Papanya.
" Aku tidak menyangka jika masih Husna yang merawat Papa bahkan ketika Papa sudah berada di rumah." Ucap Alvino setelah Husna selesai merawat Pak Winata.
" Ya, Papa tidak menginginkan orang lain untuk merawat Papa selain Husna."
" Nak...."
" Ya?"
" Jika Papa memintamu untuk menikahi Husna, apa kamu bersedia?"
" Tentu saja tidak, Alvino sudah memiliki kekasih kan pa?"
" Hmmm..."
" Memangnya kenapa?" Tanya Alvino.
" Uhuk.. uhuk..., tidak apa apa, papa melihat Husna adalah wanita yang cocok untuk menjadi pendamping hidup kamu ketimbang Helena.."
Alvino membenarkan posisi duduknya, dia ingin sekali berkata bahwa dirinya dan sang kekasih sudah merencanakan pernikahan mereka tahun depan tapi hal itu tidak mungkin diungkapkan oleh Alvino mengingat kondisi sang Papa yang sangat tidak memungkinkan untuk mendengar berita itu.
Alvino pernah membawa Helena untuk menemui orang tuanya dua kali dan itu pun saat keadaan Papa masih membaik belum jatuh sakit.
Tapi Alvino tidak menyangka jika sang Papa sebenarnya tidak menyukai Helena.
Malam itu, Alvino tidak bisa tidur karena memikirkan perkataan yang baru saja dikatakan oleh sang Papa.
" Husna adalah wanita yang baik dan Papa yakin dia akan membuatmu merasakan kebahagiaan dan ketenangan dalam rumah tangga. Husna akan membawamu untuk mengenal cinta yang sesungguhnya. Pikirkan permintaan Papa, jika kamu bersedia menikahi Husna maka papa akan sangat berbahagia dan mempunyai kesempatan untuk menjadi wali dari Husna mengingat dia tidak punya siapa-siapa."
Beberapa hari berlalu, kesehatan Papa semakin memburuk sehingga keluarga memutuskan untuk membawa ke rumah sakit.
Sebelum di bawa ke rumah sakit, Alvino sempat mendengar pembicaraan dari Papa dan Adiknya.
" Papa tidak perlu meminta bang Al untuk menikahi Husna karena aku bersedia menikahinya."
" Kamu adalah anak bungsu kamu tidak boleh mendahului abang mu, jadi sebelum abang mu menikah kamu tidak boleh menikah dan papa sangat berharap Abang mu mau menikahi Husna."
" Kenapa?"
" Husna adalah wanita yang cocok mendampingi Alvino. kesabarannya, ketelatenannya, Papa yakin Husna mampu membimbing Alvino untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses seperti kamu."
Elvio, walaupun usianya baru memasuki 25 tahun tapi dia sudah menjadi pengusaha muda yang sukses ketimbang Alvino.
Karena itu Alvino memutuskan untuk mendapatkan gelar master sebelum dia kembali ke Indonesia dan mengambil alih bisnis kecil milik keluarganya agar bisa mengembangkan bisnis kecil menjadi perusahaan besar.
Kondisi Papa semakin memburuk, ini sudah sepekan namun Pak Winata tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa kondisinya akan stabil.
" Semua keluarga sudah berkumpul apakah ada di antara kalian yang belum menepati janji atau memenuhi keinginan dari beliau?" Tanya Dokter Jimi, orang yang sudah merawat Pak Winata dari awal Pak Winata jatuh sakit hingga sekarang.
" Tidak, aku merasa bahwa di antara kami tidak ada janji yang harus ditepati dan beliau juga tidak mengutarakan keinginannya kepada kami." Ucap Mama.
" Benar, Papa hanya mengatakan bahwa dia ingin sekali berkumpul dengan ketiga anaknya." Ucap Alviana.
" Husna, apa bapak pernah mengutarakan keinginannya kepadamu atau kamu pernah berjanji kepada bapak?" tanya Mama kepada Husna.
" Maaf Bu, Tapi selama saya merawat bapak-bapak tidak pernah mengutarakan keinginannya dan juga saya tidak pernah berjanji apapun kepada bapak. Saya hanya melaksanakan tugas dan kewajiban saya untuk merawat bapak."
" Hmmm..." Dokter Jimi menghela nafas panjang pasalnya selama dia menjadi dokter hal seperti ini biasanya terjadi karena sang pasien menginginkan sesuatu yang belum sempat terkabulkan.
Alvino terdiam, dia berpikir tidak mungkin Papanya menginginkan dirinya untuk menikahi Husna.
Alvino ada di kantin rumah sakit dan sedang menikmati makan siang saat Elvii datang padanya.
" Nikahi saja Husna."
" Apa maksud kamu?"
" Aku tahu, Papa menginginkan Abang untuk menikahi Husna, kenapa tidak dilakukan saja?. Mana tahu hal itu bisa membuat kesehatan Papa menjadi lebih baik." Pekik Elvio.
" Pikirkan soal kesehatan Papa, kesampingkan dulu urusan pribadi mu."
Setelah mengatakan itu, Elvio pergi meninggalkan Alvino.
Alvino mencoba menghubungi Helena, namun entah kenapa beberapa hari terakhir ponsel Helena sangat sulit di hubungi.
Alvino mendekati Pak Winata.
" Pa, aku berjanji akan menikahi Husna saat keadaan Papa sudah membaik."
Keajaiban pun terjadi, kesehatan Papa berangsur membaik, sehingga tiga hari setelah itu pernikahan Alvino dan Husna di gelar.
Papa yang berada di kursi roda tersenyum dan memeluk Husna serta Alvino bersama sama.
" Semoga kalian selalu di berikan kebahagiaan."
Malam harinya...
Husna tahu ini semua serba cepat, tapi sebagai muslimah yang baik, Husna ingin melakukan tugasnya sebagai seorang istri.
Husna berjalan dengan menggunakan pakaian dinas setelah pernikahan. Namun kemudian langkah nya terhenti saat mendengar suara isak dari Alvino.
" Maafkan aku Helena, aku mencoba untuk menghubungimu. Tapi beberapa hari terakhir ini ponselmu sangat sulit dihubungi."
" ---------"
" Maaf kan aku yang tidak akan bisa menempati janji ku untuk menikahi mu karena aku sudah menikah dan ada hati yang harus aku jaga."
" -------"
" Sekali lagi maafkan aku..."
Alvino mematikan ponselnya dan Husna melihat Alvino mengusap air matanya sebelum berjalan ke arah Husna yang berada di kamar mandi.
Mengetahui Alvino berjalan ke arah nya, Husna dengan cepat kembali masuk ke dalam kamar mandi.
Tok
Tok
Tok
" Ya?" Suara Husna.
" Husna tidak perlu bersiap untuk malam ini karena aku tidak akan meminta hakku malam ini."
Ceklek...
Husna keluar dengan menggunakan pakaian yang biasa dia kenakan.
" Baiklah jika itu yang tuan inginkan, ijinkan saya untuk tidur lebih dulu." Ucap Husna sambil menunduk.
Alvino hanya mengangguk kemudian masuk ke dalam kamar mandi.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Teh Maey Urangsukabumitea
di depan tulisannya alvaro.kok JD alvino ya
2022-12-04
3