Begitu mendapat ijin dari Husna, Alvino segera mengatur jadwal keberangkatan nya.
Alvino tak ingin membuang buang waktu, Keesokan harinya, setelah mengantar Husna ke mansion keluarga. Alvino segera bertolak menuju negara dimana Helena berada.
Husna, maafkan aku yang sudah berbohong padamu. Helena, aku datang...
"Husna, apa kamu baik baik saja nak?" tanya mama, saat melihat Husna terdiam dan duduk sendiri di taman mansion.
"Husna, baik baik saja ma. Perasaan ini, mungkin karena Husna pertama kali berpisah jauh dengan mas Alvino." ucap Husna sambil malu malu.
"Mama seneng, karena Alvino yang menjadi suami kamu, karena jujur saja Mama tidak bisa membayangkan jika Alvino tidak bersedia menikah denganmu dan kamu akan pergi jauh dari keluarga ini."
"Seharusnya, Husna yang bersyukur karena mas Alvino mau menjadikan Husna sebagai istri. Sehingga, Husna masih tetap berada dan menjadi bagian dari keluarga ini."
"Sayang, dari awal kamu masuk ke dalam keluarga ini. Kami sudah menganggap kamu menjadi bagian dari keluarga. Saat almarhum Papa meminta Alvino untuk menikahi kamu dan masih belum memberikan jawaban. Mama takut, kalau Alvino tidak mau."
"Sekarang, tidak ada lagi yang mana khawatirkan."
Husna tersenyum sambil membalas pelukan Mama.
"Semoga setelah ini kamu dan Alvino memberikan mama kabar gembira."
"Amin..."
Husna sendiri baru menyadari jika dirinya sudah terlambat datang bulan pada bulan ini. Tapi, Husna ragu untuk melakukan tes.
Sementara itu...
Alvino sedang dalam perjalanan dan sudah sampai di perbatasan tempat di mana Helena berada.
Lalisa yang menjemput Alvino, tersenyum bahagia karena dia tidak minangka bahwa Alvino akan benar-benar datang.
"Kakak, sebelumnya maaf karena aku meminta kakak untuk datang. Juga, aku ingin berterima kasih atas kesediaan kakak untuk datang."
"Sudah, berterima kasihnya nanti saja. Sekarang, antarkan Kakak menemui Kak Helena." Ucap Alvino.
Lalisa tersenyum dan menganggukkan kepala, sebelum akhirnya dia berjalan lebih dulu.
Alvino mengikuti langkah kaki Lalisa hingga masuk ke dalam sebuah rumah sederhana.
"Kakak, ada di kamar itu." ucap Lalisa sambil menunjuk sebuah kamar yang terbuka namun tertutup oleh tirai.
"Dimana paman dan bibi?"
"Mama dan Papa sedang bekerja dan mereka biasanya akan kembali saat hari sudah larut malam. Aku akan menemui mereka dan memberitahukan bahwa Kak Alvino datang sehingga mereka bisa membuat laporan bahwa ada tamu yang datang."
Alvino menganggukkan kepala, setelah Lalisa pergi, Alvino menghela nafas panjang sebelum akhirnya dia melangkahkan kaki mendekati kamar tempat di mana Helena berada.
Alvino membuka tirai kamar itu, Alvino miris sekaligus sedih melihat keadaan Helena.
"Hiks, kenapa takdir tidak pernah berpihak kepadaku. Kenapa aku selalu gagal untuk mendapatkan kebahagiaan pada cintaku." Pekik Helena saat menangis dan memeluk selendang yang dia gunakan untuk menutupi kepala seperti hijab.
“Satu-satunya hubungan yang dijamin tidak akan membuatmu tersakiti adalah hubungan yang terjalin antara kamu dan Allah.”
Mendengar suara Alvino, Helena terkejut. Dia segera duduk dan memasang penutup kepalanya, lalu berbalik menatap Alvino.
"Al ..." Pekik Helena sambil tersenyum.
Alvino berjalan mendekati Helena dan dia duduk di tepi ranjang, mata Alvino terlihat merah, mungkin jika Alvino seorang wanita air mata sudah lama membasahi pipinya.
"Apa kamu tahu jika Allah tidak suka pada umatnya yang menyiksa dirinya sendiri."
"Maafkan aku Al, aku tidak bermaksud untuk menyiksa diriku. Keadaan membuatku merasa bahwa sudah tidak ada lagi tempat untuk aku bisa merasakan kebahagiaan dari cinta seperti saat aku bersamamu." Ucap Helena sambil hendak memegang wajah Alvino.
"Aku bagai kapas yang tertiup angin, aku ingin berlap tapi aku tidak bisa meraih apapun yang aku lewati. Aku hampa tanpamu." Lirih Helena.
"Pernikahan yang aku inginkan, tidak terjadi seperti yang aku harapkan."
"Pernikahan adalah sebuah ikatan yang disepakati oleh dua insan manusia untuk hidup bersama dan saling menyayangi dalam setiap jalan hidup yang dilewati."
"Dalam setiap pernikahan, seperti halnya kehidupan, juga tak lepas dari berbagai persoalan. Agar masalah tidak berkelanjutan, perlu adanya saling pengertian dan kejujuran di antara suami istri."
"Aku sudah berusaha jujur, tapi dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa aku masih mencintai kamu." Ucap Helena.
Hening...
Untuk sementara hening..
"Bawa aku bersama mu, Alvino.."
"Aku tidak bisa Helena..."
"Kenapa? aku janji tidak akan melakukan hal yang akan menyakiti hati Husna."
"Pasangan digambarkan sebagai pakaian untuk satu sama lain yang berarti mereka adalah pelindung dan pertahanan satu sama lain melalui tebal dan tipis. Mereka saling memenuhi dan menyembunyikan kekurangan satu sama lain dan menutupi ketidaksempurnaan."
"Aku tidak bisa membawa mu, karena aku tidak sanggup jika harus melihat Husna ku terluka. Kau tahu, dia bahkan masih bisa tersenyum dan menyemangati aku, saat aku bercerita dan memuji dirimu di depannya."
"Apa kamu sudah mencintai Husna?"
"Tentu saja, aku adalah seorang suami sekarang, dan sudah menjadi kewajiban ku untuk mencintai istri ku."
"Aku bertanya, apakah kamu sudah mencintai Husna dari hati mu?"
"Cinta terkadang memang sulit diungkapkan dan tidak dapat disampaikan. Berbagai alasan membuat sesorang memendam saja perasaannya tersebut. Meski berat dan kadang membuat sedih, namun beberapa orang memilih cara ini. Mungkin karena hati masih tidak yakin dan bimbang."
"Itu tidak memberikan jawaban atas pertanyaan ku, Al..."
Alvino terdiam...
"Perasaan ini sangat dalam, sehingga aku memilih untuk memendam." ucap Alvino.
"Perasaan pada ku?"
"Helena..."
"Akui saja Alvino, akui saja jika kamu memang masih mencintai aku."
"Cinta terindah antara dua insan yang belum halal adalah saling mendoakan dalam diam tanpa saling mengetahui."
"Kalau begitu, halal kan aku. Sampai detik ini setidaknya aku tau gimana rasanya mencintai dalam diam, memendam perasaan rindu sendirian."
"Kau datang hanya untuk ku. Itu sudah cukup membuktikan bahwa kamu masih sangat dalam mencintaiku."
Helena memegang bahu Alvino, dan memejamkan mata, seolah-olah Helena sedang merasakan sedang memeluk Alvino.
"Maaf kak, sudah waktunya kakak makan dan minum obat." Ucap Lalisa setelah dia mengatakan kepada orang tuanya bahwa Alvino datang, dan masuk ke dalam kamar Helena sambil membawa nampan berisi makanan.
"Aku belum lapar, bawa saja makanan nya." Ucap Helena.
"Lalisa, bawa kemari.." ucap Alvino saat Lalisa akan kembali membawa makanan itu pergi.
Lalisa tersenyum dan meletakkan nampan itu di meja.
"Aku sudah jauh jauh datang, apa kamu juga akan menolak makanan yang akan aku suap untuk mu?"
Helena melihat sendok, lalu melihat Alvino yang tersenyum. Helena merasa bahagia, lalu dia mulai makan hingga makanan itu habis.
Alvino membersihkan sisa makanan yang menempel di bibir Helena.
Helena menahan tangan Alvino yang akan pergi dari wajah nya.
"Al..."
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
𝐈𝐬𝐭𝐲
kok jadi gregetan ma mereka berdua ya🥴
2022-12-21
2
Arie
🤦🤦🤦🤦🤦🤦🤦🤦🤦🤦🤦🤦
2022-12-20
0