Bab 20 : Ikhlas dan sabar

"Menjalani kehidupan tak selalu mulus dan bahagia. Terkadang, setiap orang mengalami berbagai rintangan dan cobaan dalam hidupnya. Sabar dan ikhlas adalah kunci untuk bisa melewati rintangan sehingga kehidupan bahagia akan kembali diraih." ucap Husna saat Alvino bertanya kenapa dia tidak marah kepadanya.

Di situ, Alvino merasa bahwa dia adalah sosok suami yang gagal. Alvino merasa malu terhadap istri sempurna seperti Husna.

"Mas belum menjawab pertanyaan Husna, dimana Helena?"

"Helena ada di mansion."

Mendengar itu, Husna segera bangkit dan berjalan menuju ruang ganti. Alvino melihat itu dengan heran hingga saat Husna keluar sudah dengan pakaian rapi.

"Husna, kamu mau kemana?"

"Tentu saja kita akan ke mansion. Bukankah mas bilang jika Helena ada di sana?"

"Iya, tapi apa seharus sekarang kita pergi ke sana?"

"Bukankah mas sendiri yang mengatakan jika Helena sedang sakit, jadi untuk apa kita menunda waktu untuk menemuinya?"

Alvino hanya mengelola nafas panjang sebelum akhirnya dia mengikuti langkah kaki Husna yang menarik tangannya.

Sepanjang perjalanan, Husna terlihat diam, Alvino semakin merasa bersalah.

Tiba tiba, rasa takut akan kehilangan Husna semakin besar.

Alvino memegang tangan Husna, Husna melihat itu lalu tersenyum kepada Alvino.

"Aku baik baik saja, sungguh." ucap Husna.

Sesampainya di mansion...

Husna langsung mencari sang mama, sementara Alvino langsung menemui Helena setelah pelayan mengatakan bahwa Helena tidak mau makan apapun.

"Husna, kenapa kamu tidak membiarkan Mama mengetahui tentang apa yang kamu rasakan, kenapa kamu tidak berbagi kesedihan itu kepada Mama?"

"Karena sabar itu menenangkan jiwa, ikhlas itu mendamaikan hati. Sabar dan ikhlas mengajarkan kita arti 'memahami'. Bukan Husna tidak ingin berbagi kesedihan kepada Mama, tapi Husna sedang mencoba untuk ikhlas. Lagipula, kesedihan bukan untuk dibagi."

"Iya, Mama tahu jika kesedihan itu bukan untuk dibagi. Tapi kesedihan bukan juga untuk dirasakan sendiri."

"Husna sudah berbagi kesedihan itu bersama dengan Allah. Jadi, mama tidak perlu khawatir karena sejatinya Husna tidak memendam rasa sedih ini sendiri."

"Husna, kenapa kamu meminta Alvino untuk membawa Helena?"

"Untuk membuat mas Alvino berhenti berbohong dan menyadari kesalahan yang dilakukan, sehingga keinginan untuk melakukan kesalahan yang sama akan hilang."

"Apa kamu tidak takut jika suatu saat Helena...."

"Keikhlasan itu melegakan, kesabaran itu menguatkan, pasrah itu bikin nyaman, prasangka baik itu mencerahkan." ucap Husna yang langsung memotong pembicaraan dari mama.

"Husna, ini mama nak. Kamu tidak perlu berpura-pura tegar, sementara hati kamu sungguh terluka."

"Menjadi sabar dan ikhlas memang tak mudah, tapi itu harus. Belajarlah untuk menerima arti kehilangan dan penantian."

Mama tidak tahan lagi, dia memeluk Husna dan menangis.

"Semoga Allah memberikanmu kebahagiaan yang melimpah setelah ini."

"Amin..."

Sementara itu, di ruangan Helena.

"Apa ini Helena, kenapa kamu tidak mau makan sesuatu yang sudah pelayan berikan?"

"Aku menunggu mu."

"Helena, kendalikan dirimu. Ini rumah orang tuaku dan kamu adalah tamu di sini. Aku harap kamu bisa jaga sikap."

"Alvino, kenapa kamu sedikit kasar kepadaku?" Lirih Helena sambil menangis.

"Helena, maafkan aku..." pekik Alvino.

Husna yang saat itu akan masuk untuk mengantarkan buah-buahan, mengurungkan niatnya untuk masuk dan meletakkan buah-buahan itu di dekat vas bunga yang ada di sebelah pintu.

Husna memilih untuk masuk ke dalam kamar dan menenangkan diri.

"Aku bahkan tidak pernah melihat cinta yang begitu besar seperti yang kamu tunjukkan kepada Helena."

Husna mencoba mengontrol diri agar air mata tidak sampai jatuh membasahi pipinya.

Beberapa hari berlalu...

Mama yang sudah muak dengan sikap manja Helena, yang tidak pernah mau makan kecuali disuapi oleh Alvino dan tidak pernah mau keluar dari kamar. Membuat Alvino terpaksa membawa Helena dan Husna tinggal bersama di rumah mereka.

"Terima kasih, Husna.." ucap Helena saat Husna membantu Helena untuk minum obat.

"Sama sama, sebagai sesama muslim sudah seharusnya kita saling membantu. Semoga setelah ini kamu akan lebih cepat sehat."

"Terima kasih..."ucap Helena.

"Sama sama, kalau begitu aku permisi sebentar. Aku harus pergi membeli sayur karena Mas Alvino belum sempat mengantarkan aku untuk berbelanja."

"Ah iya, Alvino. Dimana dia?"

"Mas Alvino sudah berangkat ke kantor, tepat saat aku datang ke kamarmu membawa makanan dan juga obat."

Alvino sudah pergi ke kantor. Tumben sekali dia tidak datang padaku dan berpamitan?

"Helena, apa kamu baik-baik saja?" tanya Husna.

"Ya.." ucap Helena sambil tersenyum.

"Baiklah kalau begitu aku pergi sekarang."

Helena hanya mengangguk lalu dia melihat kepergian Husna.

Malam harinya...

"Alvino..." Helena memanggil Alvino saat Alvino baru saja pulang dan Helena sengaja menunggunya di ruang tamu.

"Helena, apa yang kamu lakukan di sini kenapa kamu tidak berada di dalam kamar?"

"Alvino, tumben sekali kamu pergi ke kantor tidak berpamitan kepadaku?"

"Helena, jangan mulai lagi."

"Al, aku hanya bertanya kenapa kamu tidak berpamitan kepadaku?"

"Aku terlalu sibuk dan mendadak ada meeting yang harus aku lakukan."

Helena mulai melunak.

"Jika hanya itu yang ingin kamu tanyakan, dan karena aku sudah menjawabnya lebih baik sekarang kamu kembali ke kamar dan beristirahat."

Helena bagi dari tempat duduknya dan saat dia hendak berjalan tiba-tiba pandangannya kabur.

Helena nyari saja terjatuh jika Alvino tidak dengan cepat menangkap tubuhnya.

"Gendong aku ke kamar." pinta Helena, sepertinya aku kembali merasakan pusing sehingga aku tidak kuat untuk berjalan."

Alvino akhirnya menggendong Helena dan membawanya ke kamar.

Husna melihat itu sambil meneteskan air mata.

Ya Allah, engkau membuatku melihat betapa besarnya cinta suamiku kepada wanita itu. Apa lagi yang Engkau ingin aku lakukan Ya Allah..

Dua hari berlalu....

Helena yang mulai merasa bahwa dirinya sudah cukup sehat, memutuskan untuk membantu Husna menyiapkan makanan.

Bahkan sesekali Helena mengambil alih tugas yang seharusnya dilakukan oleh Husna. Seperti, menyiapkan makanan untuk Alvino dan membawakan berkas yang tertinggal.

Husna sendiri tidak pernah berkomentar karena, Helena selalu tahu kapan dia akan mengambil tugas yang seharusnya dilakukan oleh Husna.

"Bismillahirrahmanirrahim, aku harus kuat demi bayi yang ada di dalam kandunganku. Aku harus bisa berjuang untuk mendapatkan cinta tulus dari suamiku." Lirih Husna,

Satu Minggu berlalu tanpa terasa...

Husna yang awalnya melihat begitu dalam cinta di antara Alvino dan Helena, perlahan mulai melihat perubahannya.

Perubahan juga terlihat pada tetangga yang kerap menyapa Husna, sejak mereka tahu bahwa Helena tinggal di sana karena memang Helena sering mengantar kepergian dan menyambut kepulangan Alvino. Membuat banyak gosip yang mendapat rumah tangganya.

"Mas, apa tidak sebaiknya kamu menikah saja dengan Helena." ucap Husna saat Alvino baru saja selesai berganti pakaian dan siap untuk pergi ke kantor.

"Tidak perlu, aku berencana memulangkannya beberapa hari lagi mengingat kondisi Helena sudah benar-benar pulih."

Husna terdiam.

"Mas tahu, kamu mengatakan itu karena banyaknya gosip yang menerpa rumah tangga kita. Mas janji, gosip itu akan segera hilang begitu Mas mengulangkan Helena."

Brak !!!

"Mas, suara apa itu?" pekik Husna saat dia mendengar suara benda jatuh dari ketinggian.

Husna dan Alvino keluar kamar untuk memeriksa benda apa yang terjatuh, mereka terkejut saat melihat Helena tergeletak di lantai 1.

Helena, apa dia meloncat dari lantai 2?. batin Husna saat melihat satu sandal Helena tersangkut di pembatas tangga.

...----------------...

...----------------...

...----------------...

Terpopuler

Comments

Arie

Arie

OMG 😱😱😱😱😱😱😱😱😱Helena gilaaaaaaa

2022-12-20

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ; Permintaan Papa
2 Bab 2 : Maafkan aku..
3 Bab 3 : Kritis...
4 Bab 4 : Duka
5 Bab 5 : Halal
6 Bab 6 : Kejutan
7 Bab 7 : Ada Tamu..
8 Bab 8 : Helena
9 Bab 9 : Pernikahan Helena
10 Bab 10 : Keterpurukan Helena
11 Bab 11 : Talak untuk Helena
12 Bab 12 : Di asingkan
13 Bab 13 : Di tipu
14 Bab 14 : Romantis..
15 Bab 15 : Kejujuran..
16 Bab 16 ; kabar buruk
17 Bab 17 : Berpisah
18 Bab 18 : Husna tahu
19 Bab 19 : Kembali pulang
20 Bab 20 : Ikhlas dan sabar
21 Bab 21 : Rumah sakit.
22 Bab 22 : Senyum kemenangan
23 Bab 23 : Pilihan sulit.
24 Bab 24 : Helena
25 Bab 25 : Malam Husna
26 Bab 26 : Keinginan Helena
27 Bab 27 : Kesabaran Husna
28 Bab 28 : Janji Elvio
29 Bab 29 : Rumah sakit
30 Bab 30 : Ada apa dengan Helena?
31 Bab 31 : Rahasia Helena
32 Bab 32 : Kekecewaan Mama
33 Bab 33 : Aku lebih pantas
34 Bab 34 : Haredung...
35 Bab 35 : Pulang
36 Bab 36 : Soal Husna
37 37 : Momen dengan almarhum
38 Bab 38 : Senyum Smirk
39 Bab 39 : Insyallah ikhlas
40 Bab 40 ; Liciknya Helena
41 Bab 41 : Kesedihan
42 Bab 42 : POV Husna
43 Bab 43 : POV Helena
44 Bab 44 : POV Alvino
45 Bab 45 : Kecurigaan
46 Bab 46: rencana B
47 Bab 47 : Husna Vs Helena
48 Bab 48 ; Mati kutu
49 Bab 49 : Kecewa
50 Bab 50 : Penyesalan
51 Bab 51 : Kanker nasofaring
52 Judulin sendiri
53 Bab 53 : Keluarga Helena
54 Bab 54 : Hati Seorang Istri
55 Bab 55 : Sedih nya seorang ibu
56 Bab 56 : Seperti purel
57 Bab 57 : Terserah
58 Bab 58 : Pilihan Husna
59 Bab 59 : Ternyata Helena..
60 Bab 60 : Ketegangan
61 Bab 61 : Aksi Nekad Helena
62 Bab 62 : Tidak bisa percaya
63 Bab 63 : Aku harus kuat
64 Bab 64 : Catatan Husna.
65 Bab 65 : Permohonan Alvino
66 Bab 66 : Kami keluarga mu..
67 Bab 67 : Saling terhubung
68 Bab 68 : Rumah sakit
69 Bab 69 : Jangan Cengeng
70 Bab 70 : Usaha Terakhir Helena
71 Bab 71 : Bertahan Satu Cinta (POV Husna)
72 Bab 72 : Penyesalan Tidak berguna
73 Bab 73 : Kedatangan Lalisa
74 Bab 74 : Keinginan Helena
75 Bab 75 : Minta maaf
76 Nasihat Kehidupan
77 Yang Hampir Sama
78 Bab 76 : Bertemu Alvino
79 Bab 77 : Rujuk
80 Bab 78 : Di Lema
81 Bab 79 : Insyallah, ikhlas.
82 Bab 80 : Air Mata Terakhir
83 Bab 81 : Seperti Bayi Kembar.
84 Bab 82 : Rahasia Keluarga
85 Bab 83 : Teringat
86 Bab 84 : Menjadi Ibu Susu
87 Bab 85 : Persidangan
88 Bab 86 : Perpisahan Membawa Bahagia
89 Bab 87 : Ada apa?
90 Bab 88 : Panggil paman, Ayah!
91 Kedatangan Lalisa
92 Aku siap !
93 Ta'aruf
94 Jaga Dia Untukku.
95 Tertangkap..
96 Penyesalan Lalisa
97 Happy End
98 Promosi...
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Bab 1 ; Permintaan Papa
2
Bab 2 : Maafkan aku..
3
Bab 3 : Kritis...
4
Bab 4 : Duka
5
Bab 5 : Halal
6
Bab 6 : Kejutan
7
Bab 7 : Ada Tamu..
8
Bab 8 : Helena
9
Bab 9 : Pernikahan Helena
10
Bab 10 : Keterpurukan Helena
11
Bab 11 : Talak untuk Helena
12
Bab 12 : Di asingkan
13
Bab 13 : Di tipu
14
Bab 14 : Romantis..
15
Bab 15 : Kejujuran..
16
Bab 16 ; kabar buruk
17
Bab 17 : Berpisah
18
Bab 18 : Husna tahu
19
Bab 19 : Kembali pulang
20
Bab 20 : Ikhlas dan sabar
21
Bab 21 : Rumah sakit.
22
Bab 22 : Senyum kemenangan
23
Bab 23 : Pilihan sulit.
24
Bab 24 : Helena
25
Bab 25 : Malam Husna
26
Bab 26 : Keinginan Helena
27
Bab 27 : Kesabaran Husna
28
Bab 28 : Janji Elvio
29
Bab 29 : Rumah sakit
30
Bab 30 : Ada apa dengan Helena?
31
Bab 31 : Rahasia Helena
32
Bab 32 : Kekecewaan Mama
33
Bab 33 : Aku lebih pantas
34
Bab 34 : Haredung...
35
Bab 35 : Pulang
36
Bab 36 : Soal Husna
37
37 : Momen dengan almarhum
38
Bab 38 : Senyum Smirk
39
Bab 39 : Insyallah ikhlas
40
Bab 40 ; Liciknya Helena
41
Bab 41 : Kesedihan
42
Bab 42 : POV Husna
43
Bab 43 : POV Helena
44
Bab 44 : POV Alvino
45
Bab 45 : Kecurigaan
46
Bab 46: rencana B
47
Bab 47 : Husna Vs Helena
48
Bab 48 ; Mati kutu
49
Bab 49 : Kecewa
50
Bab 50 : Penyesalan
51
Bab 51 : Kanker nasofaring
52
Judulin sendiri
53
Bab 53 : Keluarga Helena
54
Bab 54 : Hati Seorang Istri
55
Bab 55 : Sedih nya seorang ibu
56
Bab 56 : Seperti purel
57
Bab 57 : Terserah
58
Bab 58 : Pilihan Husna
59
Bab 59 : Ternyata Helena..
60
Bab 60 : Ketegangan
61
Bab 61 : Aksi Nekad Helena
62
Bab 62 : Tidak bisa percaya
63
Bab 63 : Aku harus kuat
64
Bab 64 : Catatan Husna.
65
Bab 65 : Permohonan Alvino
66
Bab 66 : Kami keluarga mu..
67
Bab 67 : Saling terhubung
68
Bab 68 : Rumah sakit
69
Bab 69 : Jangan Cengeng
70
Bab 70 : Usaha Terakhir Helena
71
Bab 71 : Bertahan Satu Cinta (POV Husna)
72
Bab 72 : Penyesalan Tidak berguna
73
Bab 73 : Kedatangan Lalisa
74
Bab 74 : Keinginan Helena
75
Bab 75 : Minta maaf
76
Nasihat Kehidupan
77
Yang Hampir Sama
78
Bab 76 : Bertemu Alvino
79
Bab 77 : Rujuk
80
Bab 78 : Di Lema
81
Bab 79 : Insyallah, ikhlas.
82
Bab 80 : Air Mata Terakhir
83
Bab 81 : Seperti Bayi Kembar.
84
Bab 82 : Rahasia Keluarga
85
Bab 83 : Teringat
86
Bab 84 : Menjadi Ibu Susu
87
Bab 85 : Persidangan
88
Bab 86 : Perpisahan Membawa Bahagia
89
Bab 87 : Ada apa?
90
Bab 88 : Panggil paman, Ayah!
91
Kedatangan Lalisa
92
Aku siap !
93
Ta'aruf
94
Jaga Dia Untukku.
95
Tertangkap..
96
Penyesalan Lalisa
97
Happy End
98
Promosi...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!