"Menjalani kehidupan tak selalu mulus dan bahagia. Terkadang, setiap orang mengalami berbagai rintangan dan cobaan dalam hidupnya. Sabar dan ikhlas adalah kunci untuk bisa melewati rintangan sehingga kehidupan bahagia akan kembali diraih." ucap Husna saat Alvino bertanya kenapa dia tidak marah kepadanya.
Di situ, Alvino merasa bahwa dia adalah sosok suami yang gagal. Alvino merasa malu terhadap istri sempurna seperti Husna.
"Mas belum menjawab pertanyaan Husna, dimana Helena?"
"Helena ada di mansion."
Mendengar itu, Husna segera bangkit dan berjalan menuju ruang ganti. Alvino melihat itu dengan heran hingga saat Husna keluar sudah dengan pakaian rapi.
"Husna, kamu mau kemana?"
"Tentu saja kita akan ke mansion. Bukankah mas bilang jika Helena ada di sana?"
"Iya, tapi apa seharus sekarang kita pergi ke sana?"
"Bukankah mas sendiri yang mengatakan jika Helena sedang sakit, jadi untuk apa kita menunda waktu untuk menemuinya?"
Alvino hanya mengelola nafas panjang sebelum akhirnya dia mengikuti langkah kaki Husna yang menarik tangannya.
Sepanjang perjalanan, Husna terlihat diam, Alvino semakin merasa bersalah.
Tiba tiba, rasa takut akan kehilangan Husna semakin besar.
Alvino memegang tangan Husna, Husna melihat itu lalu tersenyum kepada Alvino.
"Aku baik baik saja, sungguh." ucap Husna.
Sesampainya di mansion...
Husna langsung mencari sang mama, sementara Alvino langsung menemui Helena setelah pelayan mengatakan bahwa Helena tidak mau makan apapun.
"Husna, kenapa kamu tidak membiarkan Mama mengetahui tentang apa yang kamu rasakan, kenapa kamu tidak berbagi kesedihan itu kepada Mama?"
"Karena sabar itu menenangkan jiwa, ikhlas itu mendamaikan hati. Sabar dan ikhlas mengajarkan kita arti 'memahami'. Bukan Husna tidak ingin berbagi kesedihan kepada Mama, tapi Husna sedang mencoba untuk ikhlas. Lagipula, kesedihan bukan untuk dibagi."
"Iya, Mama tahu jika kesedihan itu bukan untuk dibagi. Tapi kesedihan bukan juga untuk dirasakan sendiri."
"Husna sudah berbagi kesedihan itu bersama dengan Allah. Jadi, mama tidak perlu khawatir karena sejatinya Husna tidak memendam rasa sedih ini sendiri."
"Husna, kenapa kamu meminta Alvino untuk membawa Helena?"
"Untuk membuat mas Alvino berhenti berbohong dan menyadari kesalahan yang dilakukan, sehingga keinginan untuk melakukan kesalahan yang sama akan hilang."
"Apa kamu tidak takut jika suatu saat Helena...."
"Keikhlasan itu melegakan, kesabaran itu menguatkan, pasrah itu bikin nyaman, prasangka baik itu mencerahkan." ucap Husna yang langsung memotong pembicaraan dari mama.
"Husna, ini mama nak. Kamu tidak perlu berpura-pura tegar, sementara hati kamu sungguh terluka."
"Menjadi sabar dan ikhlas memang tak mudah, tapi itu harus. Belajarlah untuk menerima arti kehilangan dan penantian."
Mama tidak tahan lagi, dia memeluk Husna dan menangis.
"Semoga Allah memberikanmu kebahagiaan yang melimpah setelah ini."
"Amin..."
Sementara itu, di ruangan Helena.
"Apa ini Helena, kenapa kamu tidak mau makan sesuatu yang sudah pelayan berikan?"
"Aku menunggu mu."
"Helena, kendalikan dirimu. Ini rumah orang tuaku dan kamu adalah tamu di sini. Aku harap kamu bisa jaga sikap."
"Alvino, kenapa kamu sedikit kasar kepadaku?" Lirih Helena sambil menangis.
"Helena, maafkan aku..." pekik Alvino.
Husna yang saat itu akan masuk untuk mengantarkan buah-buahan, mengurungkan niatnya untuk masuk dan meletakkan buah-buahan itu di dekat vas bunga yang ada di sebelah pintu.
Husna memilih untuk masuk ke dalam kamar dan menenangkan diri.
"Aku bahkan tidak pernah melihat cinta yang begitu besar seperti yang kamu tunjukkan kepada Helena."
Husna mencoba mengontrol diri agar air mata tidak sampai jatuh membasahi pipinya.
Beberapa hari berlalu...
Mama yang sudah muak dengan sikap manja Helena, yang tidak pernah mau makan kecuali disuapi oleh Alvino dan tidak pernah mau keluar dari kamar. Membuat Alvino terpaksa membawa Helena dan Husna tinggal bersama di rumah mereka.
"Terima kasih, Husna.." ucap Helena saat Husna membantu Helena untuk minum obat.
"Sama sama, sebagai sesama muslim sudah seharusnya kita saling membantu. Semoga setelah ini kamu akan lebih cepat sehat."
"Terima kasih..."ucap Helena.
"Sama sama, kalau begitu aku permisi sebentar. Aku harus pergi membeli sayur karena Mas Alvino belum sempat mengantarkan aku untuk berbelanja."
"Ah iya, Alvino. Dimana dia?"
"Mas Alvino sudah berangkat ke kantor, tepat saat aku datang ke kamarmu membawa makanan dan juga obat."
Alvino sudah pergi ke kantor. Tumben sekali dia tidak datang padaku dan berpamitan?
"Helena, apa kamu baik-baik saja?" tanya Husna.
"Ya.." ucap Helena sambil tersenyum.
"Baiklah kalau begitu aku pergi sekarang."
Helena hanya mengangguk lalu dia melihat kepergian Husna.
Malam harinya...
"Alvino..." Helena memanggil Alvino saat Alvino baru saja pulang dan Helena sengaja menunggunya di ruang tamu.
"Helena, apa yang kamu lakukan di sini kenapa kamu tidak berada di dalam kamar?"
"Alvino, tumben sekali kamu pergi ke kantor tidak berpamitan kepadaku?"
"Helena, jangan mulai lagi."
"Al, aku hanya bertanya kenapa kamu tidak berpamitan kepadaku?"
"Aku terlalu sibuk dan mendadak ada meeting yang harus aku lakukan."
Helena mulai melunak.
"Jika hanya itu yang ingin kamu tanyakan, dan karena aku sudah menjawabnya lebih baik sekarang kamu kembali ke kamar dan beristirahat."
Helena bagi dari tempat duduknya dan saat dia hendak berjalan tiba-tiba pandangannya kabur.
Helena nyari saja terjatuh jika Alvino tidak dengan cepat menangkap tubuhnya.
"Gendong aku ke kamar." pinta Helena, sepertinya aku kembali merasakan pusing sehingga aku tidak kuat untuk berjalan."
Alvino akhirnya menggendong Helena dan membawanya ke kamar.
Husna melihat itu sambil meneteskan air mata.
Ya Allah, engkau membuatku melihat betapa besarnya cinta suamiku kepada wanita itu. Apa lagi yang Engkau ingin aku lakukan Ya Allah..
Dua hari berlalu....
Helena yang mulai merasa bahwa dirinya sudah cukup sehat, memutuskan untuk membantu Husna menyiapkan makanan.
Bahkan sesekali Helena mengambil alih tugas yang seharusnya dilakukan oleh Husna. Seperti, menyiapkan makanan untuk Alvino dan membawakan berkas yang tertinggal.
Husna sendiri tidak pernah berkomentar karena, Helena selalu tahu kapan dia akan mengambil tugas yang seharusnya dilakukan oleh Husna.
"Bismillahirrahmanirrahim, aku harus kuat demi bayi yang ada di dalam kandunganku. Aku harus bisa berjuang untuk mendapatkan cinta tulus dari suamiku." Lirih Husna,
Satu Minggu berlalu tanpa terasa...
Husna yang awalnya melihat begitu dalam cinta di antara Alvino dan Helena, perlahan mulai melihat perubahannya.
Perubahan juga terlihat pada tetangga yang kerap menyapa Husna, sejak mereka tahu bahwa Helena tinggal di sana karena memang Helena sering mengantar kepergian dan menyambut kepulangan Alvino. Membuat banyak gosip yang mendapat rumah tangganya.
"Mas, apa tidak sebaiknya kamu menikah saja dengan Helena." ucap Husna saat Alvino baru saja selesai berganti pakaian dan siap untuk pergi ke kantor.
"Tidak perlu, aku berencana memulangkannya beberapa hari lagi mengingat kondisi Helena sudah benar-benar pulih."
Husna terdiam.
"Mas tahu, kamu mengatakan itu karena banyaknya gosip yang menerpa rumah tangga kita. Mas janji, gosip itu akan segera hilang begitu Mas mengulangkan Helena."
Brak !!!
"Mas, suara apa itu?" pekik Husna saat dia mendengar suara benda jatuh dari ketinggian.
Husna dan Alvino keluar kamar untuk memeriksa benda apa yang terjatuh, mereka terkejut saat melihat Helena tergeletak di lantai 1.
Helena, apa dia meloncat dari lantai 2?. batin Husna saat melihat satu sandal Helena tersangkut di pembatas tangga.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Arie
OMG 😱😱😱😱😱😱😱😱😱Helena gilaaaaaaa
2022-12-20
0