Pagi harinya...
Ernesto datang bersama dengan keluarganya.
Tatapan hangat yang sebelumnya didapat Helena dari keluarga Ernesto, kini berganti dengan tatapan tajam dan sangat benci.
"Ernesto, bisa kita bicara sebentar?" Tanya Helena.
Ernesto bangkit dari tempat duduknya, Helena langsung berjalan masuk, di ikuti Ernesto.
Helena membawa Ernesto masuk ke dalam kamarnya.
"Ada apa, kenapa kamu mengajar aku berbicara di dalam kamar?" Tanya Ernesto.
"Ernesto, aku ingin kamu menarik kata-katamu semalam."
"Maksudnya, kamu ingin menjadi istriku lagi?"
Helena mengangguk lemah.
"Cih, kenapa setelah kamu tahu bahwa keluargamu akan diasingkan dan seluruh harta kekayaannya akan menjadi milikku, kamu berubah pikiran?" Ketus Ernesto.
"Ernesto, bukankah aku sudah mengatakannya kepadamu, bahwa aku meminta waktu untuk bisa melayani kamu sebagai seorang istri?"
"Bukankah kamu juga mengetahui bahwa ketika kamu sudah menjadi seorang istri, dan di malam pertama suami sangat menginginkan seorang istri maka, si istri tidak boleh menolaknya. Siap atau tidak, wanita yang sudah berstatus sebagai seorang istri harus melayani suami."
"Baiklah, kalau begitu aku bersedia melayani mu sekarang." Ucap Ernesto Helena sambil membuka pakaiannya.
Ernesto memilih untuk duduk sambil melihat Helena yang terus melucuti pakaiannya satu demi satu.
"Sudah, aku tahu kamu tidak akan benar-benar melakukannya." Ucap Ernesto sambil tersenyum kecut saat melihat Helena meninggalkan pakaiannya tapi dengan mata tertutup.
"Tidak, aku sudah memikirkan ini selama satu. Dan aku sudah yakin untuk melakukannya."
Helena berjalan mendekati Ernesto dengan keadaan sudah bulat seperti bayi.
Helena langsung menyerang Ernesto, dan Ernesto menerima tawaran itu dengan senang hati.
Beberapa jam kemudian...
"Terima kasih karena sudah memberikan aku kesempatan untuk mencicipi dirimu."Ucap Ernesto sambil bangkit dari Helena, dan menutupi Helena dengan selimut.
"Apa maksud mu dengan berterima kasih?"
"Helena, pernikahan kita bahkan belum diakui oleh negara, jadi cukup dengan kata talak saja maka kita sudah tidak ada hubungan lagi."
"Ernesto, apa kau sudah mencoba untuk menipuku?"
"Tidak, bukankah kamu sendiri yang memberikan tubuhmu secara sukarela kepadaku?, kenapa sekarang kamu menganggap bahwa aku menipumu?"
"Ernesto, aku sedang mencoba melakukan perdamaian dengan. Kamu sudah mendapatkan diriku dan inikah balasannya?"
"Helena, seandainya saja tadi malam kamu bersikap seperti ini kepadaku, mungkin aku akan mempertimbangkan mu. Sayangnya, aku sudah tidak lagi berselera untuk menjalani rumah tangga denganmu."
"Ernesto..."
"Cepat udah siap dan angkat kaki dari rumah ini." Ucap Ernesto sambil memasang kancing terakhir dari pakaiannya dan pergi meninggalkan Helena.
"Ernesto..." Helena berteriak memanggil nama Ernesto, tapi Ernesto terus melangkah tanpa lagi menoleh ke belakang.
Lalisa segera menghampiri Helena begitu dia mendengar suara teriakan dari sang kakak.
"Kakak, ada apa?" Pekik Lalisa.
"Ya Tuhan kakak, apa yang terjadi? kenapa kakak meninggalkan pakaian kakak? apa bang Ernesto sudah menodai kakak?"
Helena terdiam sambil meremas sprei yang terdapat bercak merah.
"Kakak, katakan. Jika memang bang Ernesto sudah menode kakak itu artinya pernikahan kakak masih bisa di pertahankan."
"Tidak Lalisa, Ernesto tidak menodai kakak. Kakak yang memberikan tubuh kakak secara sukarela, berharap Ernesto bisa berubah pikiran dan tetap mempertahankan pernikahan ini. Tapi ternyata kakak salah..."
"Apa maksud kakak?"
"Ernesto tetap ingin bercerai dari kakak."
Lalisa terkejut, dia ingin membantu saat Helena berdiri untuk membersihkan diri.
Helena mengkode agar Lalisa tidak membantunya, Helena berjalan tertatih tatih, karena merasakan perih di area sensitifnya.
Helena segera keluar dari kamar dan berjalan menuju keluarganya.
Plak !!!
Baru saja Helena tiba di ruangan itu, sebuah tamparan mendarat di pipinya.
"Kamu sudah mencoreng nama baik keluarga kita, dan sekarang kamu membuat dirimu lebih kotor dari seorang jalaang." ketus Papa.
Ya, orang yang menampar Helena adalah papanya sendiri.
Kedua orang tua Ernesto bertanya apa yang membuat mereka lama berada di dalam kamar.
Ernesto berkata bahwa Helena membawanya ke kamar untuk bercocok tanam.
Ernesto bercerita jika Helena menawarkan tubuhnya sebagai perdamaian dan memohon Ernesto untuk menarik kata talak yang sudah di ucapkan.
Kedua orang tua Ernesto murka, sementara kedua orang tua dari Helena merasa malu atas apa yang dilakukan oleh Helena.
"Papa..."
"Kehilangan semuanya sudah cukup membuat Papa merasa ditelanjangi. Kamu jadi benar-benar bertelanjang di depan orang yang sudah mentalak kamu, di mana pikiran kamu?"
"Papa, Helena pikir jika Helena melayani Ernesto, Ernesto bisa berubah pikiran dan memberikan kesempatan pada Helena untuk menjadi istri yang baik."
"Sudah terlambat Helena, bukankah semalam aku sudah memberikan kesempatan kepada kamu. Tapi kamu tidak mengambil kesempatan itu." Ucap Ernesto.
"Ernesto, kamu sudah bercinta dengan aku. Kamu tidak bisa meninggalkan aku begitu saja setelah jejakmu berada di dalam tubuhku." Ucap Helena.
"Hal itu pelaku untuk mereka yang belum terikat dalam ikatan pernikahan, tapi ketika mereka sudah terikat dalam ikatan pernikahan dan bercerai maka hal itu tidak akan berlaku lagi." Ucap Ernesto.
"Tidak Ernesto, kamu tidak boleh melakukan ini padaku, Bagaimana jika ternyata jejak yang kamu tinggalkan dalam tubuhku menjadi benih-benih kehidupan?"
"Helena, rupanya kamu terlalu menikmati permainanku tadi, sehingga kamu tidak melihat bahwa aku tidak pernah meninggalkan jejak itu di dalam tubuh mu, aku meninggalkannya di luar tubuhmu."
Deg !!
Helena memutar kembali ingatannya, dia melihat Ernesto mengambil tisu dan membersihkan sesuatu yang berada di atas tubuhnya sebelum pergi dari sana.
Helena memejamkan mata, dia merasa ditipu. Dia pikir, Ernesto akan mengurungkan niatnya dan memikirkan kembali untuk membangun kehidupan rumah tangga bersama dengannya.
Tapi ternyata Helena salah, sangat salah.
Setelah keluarga Ernesto pergi, Helena kembali menangis, namun tidak ada satu di antara mama dan papanya yang menghibur nya.
Mereka justru terlihat masuk ke dalam kamarnya masing-masing untuk mengambil barang karena mereka harus angkat kaki dari rumah itu sekarang juga.
Sebuah mobil sudah stand by di depan rumah mereka, mobil itu akan mengantarkan mereka ke tempat asing di mana mereka tidak akan dibiarkan tinggal di negara itu untuk beberapa waktu, hingga luka yang di rasakan keluarga Ernesto sudah sembuh.
Sementara itu, keluarga Ernesto langsung menggelar pesta pernikahan di rumah Selfia untuk menutup aib atas apa yang terjadi pada pernikahan Ernesto sebelumnya.
Untung saja, dalam pernikahan sebelumnya hanya sanak saudara dan kerabat dari keluarga Ernesto yang diundang, jadi aib tentang ini tidak terlalu menyebar hingga ke masyarakat.
Ernesto memutuskan untuk menikah Selfia dan langsung mendaftarkan pernikahan nya pada negara.
Malam setelah Selfia mengantar Helena pulang...
Selfia kembali ke apartemennya, dan terkejut melihat Ernesto ada di sana.
"Ernesto, Bagaimana bisa kamu masuk ke dalam apartemen ku?"
"Apa kamu lupa, siapa pemilik dari apartemen ini?"
Selfia tersenyum, kemudian meletakkan kunci mobilnya.
"Ada apa?" Tanya Selfia pura pura tidak tahu.
"Aku sudah menalaknya."
"Kamu memang gila, Ernesto."
"Ya, dan sekarang, aku harus mencari wanita yang mau aku nikahi, agar aib ini tidak menyebar luas." Pekik Ernesto.
"Aku mau menjadi wanita itu."
Ernesto menatap Selfia yang duduk di hadapannya, lalu Ernesto yang sebelumnya sudah di puncak nafsu memilih untuk melampiaskan nafsu yang tidak sempat dia keluarkan kepada Selfia.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments