Pagi harinya...
Alvino bangun dan dia tidak mendapati Husna.
Alvino duduk dan melihat ke arah sofa tempat di mana semalam Husna tidur di sana.
Alvino kemudian memutuskan untuk mandi sebelum turun dan ikut sarapan bersama dengan keluarganya.
Alvino tidak boleh melewatkan momen apapun bersama dengan sang Papa mengingat sekarang kesehatan sama Papa sudah jauh lebih baik.
Alvino melihat semua orang sudah berkumpul dan semua orang memang sudah menunggu nya.
" Alvino, sebaiknya kamu mengajak Husna untuk pergi ke villa yang ada di Turki.." Ucap Papa.
" Kenapa?"
" Villa itu sudah lama tidak pernah di datangi. Pergilah, sekalian kamu mengunjungi bibi Rosita. Dia pasti sangat merindukan mu, dia pasti akan senang saat kamu datang ke sana bersama dengan istrimu." Ucap Papa.
" Tapi..."
" Pergilah."
" Ijin bicara." Ucap Husna.
" Silahkan nak."
" Maaf, bukannya menolak keinginan dari Papa. Tapi kondisi Papa belum sepenuhnya sehat jadi Husna tidak bisa meninggalkan Papa dalam keadaan seperti ini."
Husna tahu makna tersirat dari permintaan Papa yang menginginkan Alvino untuk pergi bersama dengan Husna ke Turki, karena itulah Husna memakai alasan kesehatan dari Pak Winata untuk membuatnya tidak akan pergi kemanapun.
Ya, Bagaimana bisa Husna akan pergi berdua dengan suaminya, sementara sang suami masih dalam keadaan bersedih karena ternyata dia menikah dengan wanita yang bukan kekasihnya.
" Yang dikatakan Husna ada benarnya sebaiknya kita menunggu kesehatan Papa benar-benar membaik sehingga kita bisa pergi mengunjungi bibi Rosita bersama-sama." Ucap Alvino.
Papa tersenyum lalu menerima suapan demi suapan dari Husna.
Husna kemudian mendorong Pak Winata dan membantunya berbaring di kamar untuk beristirahat.
" Husna, terima kasih karena kamu sudah mau menikah dengan Alvino."
" Tidak, seharusnya Husna yang berterima kasih karena Papa sudah mau menjadikan Husna bagian dari keluarga ini."
" Nak, sejak awal aku memintamu untuk menjadi perawat pribadiku aku sudah menganggapmu menjadi bagian dari keluarga ini."
Husna tersenyum dan merasa terharu.
" Pergilah, kamu harus melayani suami mu."
Husna tersenyum sebelum akhirnya meninggalkan Pak Winata agar Pak Winata bisa beristirahat setelah makan dan meminum vitamin.
Husna kembali ke meja makan, Husna terkejut karena di meja makan hanya ada Alvino.
Husna bukan terkejut karena semua orang sudah pergi karena memang itu sudah menjadi kebiasaan ketika Husna selesai mengurus Pak Winata dan dia akan sarapan maka semua orang sudah selesai dengan sarapannya tapi pagi ini ada yang berbeda.
" Mas, kenapa masih ada di sini apakah Mas tidak suka dengan makanannya atau...."
" Aku menunggu mu." Ucap Alvino yang langsung memotong pembicaraan dari Husna.
" Hmmm?"
" Duduklah lalu kita makan bersama." Ucap Alvino.
Husna lalu mengambil piring dan menata beberapa makanan dan meletakkannya di hadapan Alvino.
" Terima kasih." Ucap Alvino.
" Sama sama." Ucap Husna sambil tersenyum dan menunduk.
Malam harinya...
" Husna, apa kamu memang selalu seperti ini tidur dengan tetap menggunakan cadar?"
" Tidak."
" Lalu kenapa kamu masih menggunakan cadar ketika kamu tidur?"
" Aku tidak akan menggunakan cadarku ketika yang berhak sudah memintanya."
Alvino masalah nafas panjang karena dia memiliki maksud dari perkataan Husna.
" Maafkan aku, aku masih belum bisa memberikan hak ku sepenuhnya sebagai seorang suami."
" Tidak apa, aku akan menunggu. Jika mas meminta aku untuk membuka cadar maka aku juga bersedia karena seluruh raga ini sudah menjadi milik mas."
" Aku belum siap untuk melihat wajahmu biarkan saja seperti ini dan maaf jika perkataanku menyakiti hatimu."
"Katakanlah sekarang bahwa kau tak bahagia, aku punya ragamu, tapi tidak hatimu. Kau tak perlu berbohong, kau masih menginginkannya. Aku rela kau dengannya asalkan...."
"Beberapa orang berpikir bahwa mempertahankan hubungan dengan orang yang dicinta membuat kita kuat, tapi terkadang justru dengan melepaskan orang tersebut hubungan kita menjadi lebih kuat." Ucap Alvino yang langsung memotong pembicaraan dari Husna.
"Selamat tinggal bila kau ingin pergi. Tak mungkin lagi ku memaksamu di sini. Lupakan aku yang telah menjadi kekasih halalmu. Doakan saja aku mendapatkan pengganti lebih darimu."
" Husna..."
" Baiklah, tidak masalah. Kalau begitu izinkan aku untuk beristirahat lebih dulu.," Ucap Husna.
" Tidurlah di tempat tidur biar aku yang tidur di sofa."
Husna tidak berkomentar apapun dia langsung naik ke tempat tidur dan tidur. Sementara Alvino memilih untuk berada di balkon kamarnya dan membalas pesan yang dikirimkan oleh kekasihnya.
Untuk sesaat mereka saling bertukar pesan.
(Memiliki kenangan indah dan berharga bersama seseorang tidak selalu merupakan anugerah. Makin indah kenangan tersebut, makin sakit pula rasanya saat kehilangan.)
(Kupikir kita sebenarnya bisa bersama, tapi kita menjalaninya dengan salah.)
(Selamat tinggal kekasihku, temanku. Kau telah menjadi, telah menjadi orang yang paling istimewa di hidupku.)
(Kehadiranmu mengubah diriku menjadi lebih baik, aku tak akan melupakanmu selamanya.)
Alvino meletakkan ponselnya karena dia sudah tidak sanggup untuk membaca balasan yang akan dikirimkan oleh Helena.
Namun siapa sangka jika Helena langsung menelpon Alvino karena Alvino tidak membalas pesan yang dikirimkan oleh Helena.
" Al..."
"Aku tak menginginkan hubungan ini berakhir, aku juga tak menginginkan hubungan ini dimulai. Tapi, inilah hidup, bahkan hari baik yang tak disangka-sangka tetap merasakan tenggelamnya matahari."
" Al, Akan ada fase di mana orang yang sabar menjadi muak. Orang yang perduli menjadi masa bodo. Dan orang yang setia akan angkat kaki, ketika sabar, perduli dan setianya tidak lagi dihargai."
"Akan ku buat kau membenciku agar lebih mudah untukmu, agar dapat kau lanjutkan langkahmu. Agar bisa kau gantikan posisiku di hatimu dengan orang lain, yang jauh lebih baik dari pada aku. Yang terakhir yang aku bisa lakukan untukmu, seseorang yang paling kau cintai." Ucap Alvino sambil meneteskan air mata.
" Al..."
"Sekarang cinta bukanlah sahabat bagiku, sekarang kita berdua telah jadi musuh. Kata sayang sepertinya juga telah hilang, mereka pergi angkat kaki jauh jauh dari sini. Kita tak sejalan dan sepertinya sekarang aku berkawan dengan kesepian, sekarang kau berduaan dengan sependeritaan."
" Al..."
"Terima kasih untuk kamu yang telah hadir dalam hidupku dan telah mengajarkan kedewasaan. Berucap syukur atas nikmat dan hikmah dari pendewasaan yang terberikan oleh waktu, usai sudah perjalanan bersama bayangan waktu."
" Al, tolong jangan berkata seperti itu berkatalah bahwa kamu akan tetap berada di sampingku."
" Aku tidak bisa Ele, aku sudah mempunyai istri sekarang."
" Aku siap menjadi istri keduamu."
" Tapi aku tidak siap untuk menduakan dia bahkan aku belum siap untuk melihat wajahnya." Ucap Alvino.
" Apa kamu yakin akan mengakhiri hubungan ini apakah kamu tidak takut jika suatu kamu akan kehilangan aku untuk selamanya?"
"Bagaimana bisa aku takut dengan mengakhiri, kalau aku berani untuk mengawali semua? Bagaimana aku takut dengan perpisahan, sedangkan aku berani untuk saling memiliki."
" Maafkan aku Helena." Ucap Alvino sambil memutus panggilannya dan menonaktifkan ponselnya.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
hanie tsamara
mampir yaa kaa..
salam kenal🙏🏻🙏🏻❤
2023-07-12
0
Elisa Nursanti Nursanti
bunga untukmu thoorr
2022-12-11
2