Satu minggu terasa seperti dua hari bagi Husna, Tapi itu sudah cukup untuk membuat Husna merasa sangat bahagia dan berharap, kebahagiaan seperti ini akan terus berlanjut.
"Apa kamu sudah siap?" Tanya Alvino.
"Ya.."
"Ada apa, kenapa wajahmu seolah-olah mengatakan sesuatu yang berbanding terbalik dari apa yang dikatakan oleh bibir mu?"
"Tidak ada."
Alvino tersenyum, dia mengangkat dagu Husna, dan membuka cadar.
"Istriku yang Sholehah, katakan apa yang ada di dalam hatimu?"
Husna tidak menjawab, dia justru Alvino.
"Aku sangat bahagia, bahkan saking bahagianya aku ingin selalu menangis sambil memeluk dan berterima kasih karena, mas sudah meluangkan waktu untuk menghabiskan waktu berdua dengan ku."
"Jadi, apa kamu bersedih karena kita akan kembali?"
"Mungkin."
Alvino melepas pelukannya, dan melihat Husna.
"Aku berjanji, akan lebih sering menghabiskan waktu bersama dengan kamu, istri ku." Ucap Alvino sambil menoel hidung Husna.
Husna tersipu malu, Alvino lihat jam tangannya karena ternyata mobil yang akan membawa mereka kembali datang lebih cepat.
"Ayo, mobil kita sudah datang sebaiknya kita segera pergi."
Tiga hari setelah kembali dari liburan, Husna merasa bahwa Alvino sudah bener bener melupakan tentang Helena.
Hari ini, Husna mengajak Alvino untuk menghadiri pengajian umum yang diadakan di sekitar kompleks perumahan.
Rupanya, saat Husna dan Alvino datang, acara nya sudah sampai pada inti. Jadilah, mereka langsung menyimak penjelasan dari ustadz Yusuf.
Husna dan Alvino duduk terpisah, namun keduanya masih bisa melihat satu sama lain.
Sesekali mereka berbalas senyum, ketika mata mereka bertemu.
"Dalam setiap pernikahan, seperti halnya kehidupan, juga tak lepas dari persoalan yang datang. Agar masalah tidak berkelanjutan, perlu adanya saling pengertian di antara suami istri.”
"Menjadi pasangan suami istri yang taat di jalan Allah SWT akan mendapatkan berkah tersendiri dari-Nya. Tidak hanya kehidupan yang berkah di dunia, dengan menaati perintah Allah, suami dan istri juga akan mendapatkan tempat terindah di akhirat nanti."
Alvino kemudian teringat pesan almarhum ayahnya.
Mungkin inilah alasan kenapa Papa memintaku menikahi Husna. Batin Alvino sambil melihat ke arah Husna, yang terlihat fokus pada apa yang sedang di bicarakan ustadz.
"Pasangan suami dan istri pasti selalu berharap memiliki kehidupan rumah tangga yang diberkahi oleh Allah dan dijauhi dari segala masalah. Untuk mewujudkannya, pasangan suami istri harus selalu saling mengerti dan mengingatkan, beribadah kepada Allah juga merupakan kunci akan hal tersebut."
"Saat seorang pria mengatakan 'saya terima' dalam sebuah akad pernikahan, maka itu berarti ia mengatakan 'bahwa saya menerima tanggung jawab untuk melayani, mencintai, dan melindunginya'."
"Suami yang paling beruntung adalah dia yang memiliki istri yang baik, menyenangkan dan perhatian, iman memenuhi hatinya, kelembutan menghiasi tutur katanya, dan berbuat kebaikan menjadi motto hidupnya. Apabila suami datang dia segera menyambutnya. Dan apabila suami bepergian, dia senantiasa menjaga rumah tangganya."
Setelah acara selesai, ada yang tidak biasa, Husna berjalan sambil melihat tangannya yang digenggam erat oleh Alvino.
Jika biasanya Husna yang akan memegang lengan Alvino, tapi malam ini Alvino dengan sadar memegang tangan Husna.
Sesampainya di rumah...
"Husna, kemarilah.."
Husna yang saat itu baru saja selesai berganti pakaian tidur, langsung menghampiri Alvino yang sudah menunggunya di tempat tidur.
Husna berjalan sambil tersenyum, dia mengira Alvino ingin meminta haknya sebagai seorang suami. Tapi ternyata Husna salah...
"Maafkan aku, mungkin di awal pernikahan, sikap ku sedikit menyakiti hati kamu."
Husna tiba-tiba teringat di malam dia mendengar isak tangis Alvino yang meminta maaf kepada seseorang melalui telepon.
"Tidak apa apa, aku tahu mungkin pernikahan ini bukanlah pernikahan yang mas harapan."
"Husna, aku ingin menceritakan semuanya, tentang gadis di masa laluku, sehingga diantara kita tidak ada lagi dusta atau kebohongan."
"Aku ingin terbuka kepadamu agar kamu tidak merasa ada sesuatu yang ditutupi darimu. Apa kamu siap mendengar nya?"
"Insyallah, aku siap." Ucap Husna.
"Akan tetapi, mungkin ini akan sedikit menyakiti hatimu karena aku akan menyanjung dan memuji wanita."
"Soal urusan sakit hati, pastinya tidak ada hati seorang istri yang tidak sakit ketika sang suami memuji wanita lain di hadapannya. tapi mas tidak perlu khawatir. Insyallah, Husna tidak akan merasa sakit hati mengingat ini adalah kisah masa lalu." Ucap Husna sambil tersenyum.
Alvino kemudian mulai menceritakan awal pertemuannya dengan Helena. Benar mereka berdua tidak secara resmi berpacaran, tapi Alvino selalu terlihat bersama dengan Helena kemanapun dan dimana pun.
"Tunggu, mas bilang, mas dan Helena tidak berpacaran tapi kalian selalu bersama?" tanya Husna.
"Iya, Helena beragama yang berbeda dengan kita, tapi entah kenapa saat itu mas merasa ada sesuatu yang begitu menarik hati Mas untuk selalu bersamanya. Mas juga mengajak Helena menemui Mama dan almarhum Papa."
Husna berusaha untuk tetap pada mimik wajah yang tenang agar, Alvino melanjutkan ceritanya. Karena, bagaimanapun juga Husna ingin mengetahui tentang masa lalu dari sang suami agar dia bisa menentukan bagaimana dia harus bersikap.
"Respon keluarga tentu saja berbeda dengan yang diharapkan Helena. Lalu, Helena mulai bertanya Seperti apa wanita dalam pandangan Islam. Aku menceritakan semuanya hingga kemudian Helena bersedia untuk masuk Islam dan memakai pakaian syar'i"
"Masyallah, semoga keberkahan selalu menyertaimu Mas. Karena kamu telah membuat seseorang terketuk hatinya dan ingin masuk Islam."
"Ya, sayangnya belum sempat hal itu terwujud. Mas mendapat kabar yang kurang mengenakkan dari keluarga, saat itu mas dan Helena sedang berpisah karena kami sama-sama mendapatkan tugas terakhir di kota yang berbeda."
Alvino terlihat memejamkan mata dan menghela nafas panjang, Husna menyentuh tangan Alvino.
"Jika Mas belum sanggup untuk melanjutkan ceritanya, tidak apa apa. Kita bisa menunda nya besok." Ucap Husna sambil tersenyum.
"Tidak, mas tidak akan tenang, sebelum Mas mengatakan semuanya kepadamu."
Alvino kemudian melanjutkan ceritanya betapa dia sedikit kecewa dengan permintaan almarhum sang Papa, terutama saat pertemuan tidak sengaja antara Alvino dan Helena.
Alvino juga jujur kepada Husna bahwa saat itu dia ingin sekali lari bersama dengan Helena, jika saja dia tidak teringat dengan pesan terakhir almarhum Papa.
"Mas kemudian tidak sengaja menemukan buku catatan kamu, Mas tahu sebenarnya tidak lancang membuka buku dan membacanya tanpa seizin dari pemiliknya. Tapi, melalui tulisan kamu, mas merasa sadar jika mas penuh dosa terhadap kamu. Maafkan mas Husna.."
"Mas, apa yang mas lakukan?" Tanya Husna saat Alvino berlutut di kaki nya.
"Mas, bukanlah seorang muslim yang taat sehingga, mas sangat minim tentang ilmu agama. Jujur, Mas masih belum bisa melupakan tentang Helena. Namun, mas tidak boleh bersikap egois karena sekarang sudah ada kamu yang menjadi istri mas."
"Mas harap, kamu bisa memaafkan mas yang ternyata masih mencintai wanita lain." Ucap Alvino.
"Aku akan menunggu dan berusaha, agar wanita yang akan kamu cintai hanya aku."
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments