Alvino masih berdiri di balkon villa, dia belum siap untuk masuk ke dalam kamar.
Alvino masih memikirkan apa benar Husna melihat dia bersama dengan Helena di cafe itu.
"Aku harus bertanya kepada Husna, dan menjelaskan jika ternyata dia salah."
Alvino berjalan menuju kamar dan membuka pintu.
"Husna, aku..."
"Aku sudah siap untuk sholat bersama." ucap Husna sambil tersenyum.
Alvino tertegun melihat Husna tidak menggunakan cadar.
"Cadarmu?"
"Apa mas suami belum menyadarinya jika aku selalu membuka cadar ketika salat di dalam rumah?"
"Aaaa, mmmm..." Alvino memilih untuk pergi ke kamar mandi dan bersiap melakukan salat berjamaah bersama dengan Husna.
Husna segera bangkit dan memasang kembali cadarnya setelah dia selesai salat dan mencium punggung tangan Alvino.
"Husna, aku ingin bicara."
" Tentu."
"Aku tidak tahu apakah kamu melihat aku di cafe itu atau tidak, aku hanya ingin mengatakan bahwa aku sudah tidak memiliki apapun di masa lalu."
"Kalau sayang cukuplah do’akan dunia & akhirat untuknya, kalau cinta bimbinglah ia ke jalan yang benar. Bukan malah diajak kencan bareng.”
Alvino merasa tersentil dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Husna.
Jadi benar, Husna melihat aku bersama dengan Helena. Tapi, kenapa Khusna tidak menghampiri aku saat aku bersama dengan wanita lain?.
"Maaf, jika kamu melihat semuanya. Tapi percayalah hubunganku dengannya sudah berakhir." Ucap Alvino.
"Saat ini mungkin pertemuan sudah berakhir. Tapi tidak ada yang tahu dengan takdir. Di lain waktu, bisa saja jodohmu dengannya masih bisa berlanjut."
“ Jika kau mencintai seseorang, biarkan ia pergi. Kalau ia kembali, ia adalah milikmu. Bila tidak, ia memang tidak pernah jadi milikmu."
"Husna, pernahkah ada perasaan mu untuk ku?"
"Dalam diam, aku memperjuangkan cintamu dalam doaku. Aku mencintaimu itu bukan tanpa alasan, tapi karena kesederhanaanmu yang tiada kutemukan pada orang selain dirimu.” Ucap Husna sambil tersenyum, namun Alvino tidak melihat senyuman itu karena albino tidak sedang memandang Husna.
Malam itu, tidak ada satupun dari Husna ataupun Alvino yang bisa tidur dengan nyenyak.
Husna tidak bisa tidur karena dia baru mengetahui kenyataan bahwa dia berada di antara cinta sang suami dengan kekasihnya.
Husna juga mengetahui bahwa mereka sudah merencanakan pernikahan, hanya saja pernikahan nya dipercepat dan itu bukan pernikahan dengan kekasih Alvino, melainkan dengan Husna.
Sementara Alvino, dia tidak bisa tidur karena merasa bersalah Husna.
Seharusnya Alvino jujur dari awal bahwa dia memiliki kekasih dan pernah berjanji akan menikahinya.
Alvino juga merasa bahwa dia melupakan kewajibannya sebagai seorang suami karena sampai detik ini dia masih belum menyentuh Husna.
'Temukan pasangan hidup yang bisa membimbing mu, bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat.'
Tiba tiba, Alvino teringat pesan dari almarhum Pak Winata.
Pesan itu disampaikan ketika Alvino membawa Helena datang dan berkunjung ke rumahnya.
Saat itu, Alvino mengira bahwa Pak Winata mengatakan itu karena ternyata Helena bukan beragama Islam serta pakaiannya yang terbilang cukup terbuka.
Helena juga bersedia menjadi mualaf ketika mereka akan melangsungkan pernikahan. Namun, siapa yang menduga jika ternyata Alvino sudah menjadi suami dari Husna bahkan sebelum Helena resmi menjadi mualaf.
'Cintailah kekasihmu (secara) sedang-sedang saja, siapa tahu suatu hari dia akan menjadi musuhmu; dan bencilah orang yang engkau benci (secara) biasa-biasa saja, siapa tahu suatu hari dia akan menjadi kecintaanmu.'
'Lelaki yang baik tidak akan bermain-main dengan cinta, sebab dia tahu kata cinta menuntut tanggung jawab.'
'Allah menguji kita dengan sesuatu yang kita cintai, maka janganlah berlebihan mencintainya, agar saat sedih tidak berlebihan.
Alvino yang baru saja bisa memejamkan mata, kembali membuka mata karena dia seolah-olah kembali ke masa percakapannya bersama dengan sang ayah.
Alvino bangkit dari posisi tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk melakukan salat tahajud dan mendoakan almarhum ayahnya.
"Maafkan Alvino pa, karena sampai detik ini Alvino masih belum bisa menjadi suami yang baik bagi Husna. Alvino masih belum bisa menjalankan kewajiban sebagai seorang suami." Isak Alvino dalam doa.
"Bukti cinta yang paling besar adalah saling mengajak untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kenapa suami tidak membangunkan aku dan mengajak serta untuk mendoakan almarhum?" Tanya Husna.
Alvino langsung mengusap wajahnya dan menoleh ke arah Husna yang sudah memakai mukena.
"Berikan tanganmu, dan mari langkahkan kaki menuju Allah.” Ucap Alvino saat Husna sudah selesai melakukan salat tahajud 2 rakaat dan duduk di samping nya.
Dengan ragu, Husna memberikan tangannya dan Alvino menggenggam tangan Husna.
"Cinta sebenarnya dimulai setelah pernikahan. Cinta bukan lah hal yang kau cari. Tapi cinta adalah sesuatu yang menemukanmu."
"Cinta kepada Allah adalah puncaknya cinta. Lembahnya adalah cinta kepada sesama. Ijinkan aku untuk memulai cinta seorang suami kepada istrinya mulai dari malam ini."
Husna tersenyum dan menganggukkan. Perlahan tapi pasti, Alvino mendekatkan diri ke wajah Husna dan mencium keningnya.
Cinta pada Allah sama seperti cahaya terang. Tanpanya, kamu bagaikan terombang-ambing di lautan kegelapan.
Betapa beruntungnya mereka yang mencintai Allah. Mereka tidak akan pernah berpisah dengan kekasih mereka.
Satu-satunya hubungan yang dijamin tidak akan membuatmu tersakiti adalah hubungan yang terjalin antara kamu dan Allah.
Tidak ada solusi yang lebih baik bagi dua insan yang saling mencintai dibanding pernikahan.
...----------------...
Waktu subuh, Alvino mengajak Husna untuk mandi junub sebelum melakukan sholat subuh bersama.
Husna memutuskan untuk menunggu fajar menyinari bumi dengan membaca ayat-ayat suci Alquran, sementara Alvino keluar dari kamar dan entah dia akan pergi kemana.
Husna berhenti membaca ayat-ayat Alquran saat melihat bahwa cahaya malam perlahan memudar.
Husna berjalan dan membuka tirai jendela kamar.
"Semoga yang terjadi malam itu menjadi awal kebaikan untuk rumah tangga kami." Lirih Husna.
Husna mencari cadar dan memakaikannya lalu keluar dari kamar untuk mencari keberadaan Alvino.
Husna terkejut karena saat dia membuka pintu, Alvino sudah ada di hadapannya dengan membawa nampan berisi makanan.
"Apa ini?"
"Apa pun yang kamu keluarkan untuk keluargamu akan menjadi sumber pahala dari Allah. Bahkan sepotong makanan yang kamu suapkan ke mulut istrimu." Ucap Alvino sambil mengarahkan sepotong roti kepada Husna.
Husna tersenyum dan menerima suapan pertama dari Alvino.
Alvino kemudian mengajak Husna untuk duduk dan menikmati makanan yang sudah Alvino bawa.
"Ada apa, kenapa memandangiku seperti itu?" Tanya Husna.
"Ketika seorang suami dan istri saling berpandangan dengan penuh cinta, Allah melihat mereka dengan belas kasih."
Husna tersenyum, namun senyuman itu berakhir tak kala mendengar suara bel pintu.
Tak lama kemudian, Bu Mariam datang dan mengatakan bahwa ada seorang wanita bernama Helena sedang menunggu Alvino.
Alvino melihat ke arah Husna.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments