Bab 3 : Kritis...

"Pergi meninggalkan suatu tempat untuk selamanya memang seringkali terasa berat. Apalagi, jika tempat tersebut menyimpan banyak kenangan. Belum lagi, jika kepergian tersebut juga memisahkan kita dengan orang-orang terdekat. Saat harus mengalaminya, hati akan merasakan kesedihan mendalam." Ucap Husna yang mengejutkan Alvino.

" Husna, kamu belum tidur?"

" Bagaimana aku bisa tidur jika suamiku sendiri tidak bisa tidur karena merasa sedih."

Alvino langsung mengalihkan pandangannya dan menyesal air mata yang tersisa di sudut matanya.

"Pepatah mengatakan tak ada yang lebih pahit daripada pahitnya perpisahan. Kata mutiara perpisahan tersebut sepertinya nyata dialami banyak orang. Setiap pertemuan pasti berakhir dengan perpisahan."

"Kebahagiaan selalu diiringi dengan kesedihan yang akan datang silih berganti. Setiap hari seseorang bisa bertemu dengan orang-orang baru dan berpisah dengan orang lama. Terkadang tak semua pertemuan bisa memberi kebersamaan. Bahkan ada yang berakhir dengan perpisahan yang menyakitkan."

Alvino terdiam.

"Untuk bisa bersama perlu keteguhan yang luar biasa dari sebelumnya. Jadi jangan jadikan perpisahanmu adalah sebuah akhir dari segala bentuk pelayaran, tapi jadikan ia sebagai awal kisah baru yang lebih indah dari sebelumnya." Ucap Husna yang membuat Alvino melihat sekilas ke arah nya sebelum mengalihkan pandangan ke arah lain.

" Husna, aku tidak ingin menyakitimu karena pernikahan ini. Maafkan aku karena aku mungkin belum bisa menerima kenyataan bahwa saat ini kamu adalah istriku tapi aku berjanji akan bersikap sebagai suami yang baik kepadamu."

"Manusia tak akan bisa merasakan cinta yang akan hadir jika dia belum bisa melepaskan segala bentuk penderitaan dari kisah sebelumnya.."

Alvino terdiam.

" Sudah malam, sebaiknya mas masuk dan beristirahat karena tidak baik terlalu lama terkena angin malam. Jika hati dan pikiran masih belum bisa untuk tenang maka sajadah dan sujud adalah tempat yang tepat untuk mendapatkan ketenangan."

Setelah mengatakan itu, Husna masuk ke dalam dan sudah dalam posisi tidurnya ketika Alvino menutup pintu balkon dan berjalan menuju kamar mandi.

Husna tersenyum saat melihat Alvino menggelar sajadah dan hanyut dalam dua rakaat yang dia lakukan.

Pagi harinya...

Suasana rumah tiba-tiba menjadi panik saat kesehatan papa menurun dengan drastis.

Husna langsung memutuskan untuk membawa Papa ke rumah sakit.

Husna yang sebelumnya memang seorang asisten dokter memutuskan ikut masuk ke dalam ruang ICU untuk melihat sebenarnya apa penyebab dari menurunnya kondisi Pak Winata.

Pak Winata sendiri sejak beberapa tahun terakhir sudah menderita penyakit komplikasi hanya saja penyakitnya menjadi sangat parah dalam 2 tahun terakhir.

Husna menjadi perawat yang selalu membantu Pak Winata untuk cuci darah selama melakukan rawat jalan hingga kemudian Pak Winata secara pribadi meminta Husna untuk merawatnya di rumah ketika Pak Winata tidak bisa lagi melakukan rawat jalan.

Sejak itulah, Husna memutuskan untuk berhenti bekerja di rumah sakit dan mengabdikan diri kepada keluarga Pak Winata. Bisa dikatakan Husna menjadi perawat Pak Winata sekaligus dokter keluarga Pak Winata.

Husna bersyukur keputusannya untuk berhenti bekerja di rumah sakit karena tinggal di rumah Pak Winata membuat Husna merasakan kehangatan keluarga yang sebelumnya tidak pernah Husna rasakan.

Dan sekarang melihat Pak Winata terbaring lemah tidak berdaya membuat Husna tidak bisa menahan tangisnya.

Pak Winata dinyatakan kritis.

Semua keluarga sekarang berkumpul dan berada di sisi Pak Winata sementara Husna tidak terlihat.

" Alvino, coba kamu cari di mana Husna." Ucap Mama.

Alvino hanya menganggukan kepala sebelum akhirnya dia keluar dari ruangan Pak Winata untuk mencari Husna.

Alvino langsung melangkahkan kakinya menuju masjid yang ada di rumah sakit itu dan benar saja Husna ada di sana.

" Assalamualaikum Husna."

Alvino menghentikan langkahnya yang hendak menghampiri Husna ketika ada seorang dokter yang menghampiri dan menyapa Husna.

" Walaikumsalam Dokter Ciko."

" Aku dengar pasien yang kamu rawat secara pribadi di rumahnya sedang kritis."

" Iya, mohon doanya untuk kesehatan beliau karena dokter sudah angkat tangan atas kondisi beliau." Ucap Husna sambil menundukkan kepalanya.

"Di dunia ini kita hidup hanya sementara. Semua makhluk yang hidup, termasuk manusia akan mengalami kematian yang sudah pasti terjadi."

"Dunia hanya sebagai tempat persinggahan maupun penginapan untuk menunggu hari akhirat. Tak seorang pun mengetahui datangnya kematian, termasuk Rasulullah SAW juga tidak mengetahuinya."

" Mungkin saja beliau sedang meminta keikhlasan dari seluruh anggota keluarganya."

Husna terdiam tanpa Dokter Ciko tahu, air mata Husna sudah menetes dan membasahi cadar yang dia kenakan.

" Husna..." Alvino akhirnya menghampiri Husna.

" Assalamualaikum." Ucap Alvino.

" Walaikumsalam, anda....." Tanya Dokter Ciko.

" Perkenalkan, saya Alvino. Suami Husna."

Ciko melihat sekilas ke arah Husna yang masih menundukkan kepalanya sebelum akhirnya menerima jabat tangan dari Alvino.

Setelah Ciko dan Alvino berbasa-basi Alvino mengajak Husna untuk kembali ke ruangan Pak Winata.

Sepanjang perjalanan, Husna terus memikirkan perkataan yang dikatakan oleh dokter Ciko mengenai Pak Winata yang mungkin sedang menunggu keikhlasan dari seluruh keluarganya.

Sesampainya di ruangan Pak Winata.

" Apa maksud dokter dengan mengatakan jika Pak Winata sudah tidak bisa lagi jika tidak dipasang berbagai selang di dalam tubuhnya?" Ucap Mama dengan penuh air mata.

" Maafkan kami bu, kami para dokter sudah berusaha tapi penyakit yang diderita Pak Winata sudah sangat menyebar ke seluruh tubuhnya jadi untuk menjaga Pak Winata tetap bertahan kita tidak boleh melepas selang yang ada di tubuhnya. Anggap saja, Pak Winata sekarang kembali mengalami,. Hanya bedanya sekarang hanya keajaiban dari Tuhan yang mampu membangunkannya."

" Hiks.... hiks, tidak mungkin. Anda pasti salah mendiagnosis suami saya karena beberapa hari yang lalu suami saya sehat bahkan suami saya sendirilah yang menjadi saksi pernikahan dari putra kedua saya."

Dokter itu memilih untuk diam dan menundukkan kepalanya karena dia sungguh tidak tega mengatakan kepada istri dari Pak Winata bahwa kondisi Pak Winata dalam dunia kedokteran sudah tidak dapat lagi ditolong.

Husna yang melihat itu langsung menenangkan Mama yang kini menjadi mama mertuanya.

Satu Minggu berlalu, kondisi Pak Winata benar-benar memprihatinkan.

Dokter meminta keikhlasan dari keluarga untuk melepas selang bantu pernafasan yang di pasang pada Pak Winata mengingat harapan hidup dari Pak Winata hanya 10%.

Husna tidak pernah absen membacakan ayat-ayat suci Alquran di dekat Pak Winata.

" Assalamualaikum Bapak..." Ucap Husna saat melihat tangan Pak Winata bergerak seolah-olah akan menyentuh kepalanya.

Husna meletakkan tangan Pak Winata di atas kepalanya dan terlihat senyum di bibir Pak Winata.

Husna mendekat saat melihat mulut Pak Winata yang seolah-olah ingin mengatakan sesuatu.

" Di.... ma.... na.... ya...ng la...in?"

" Mungkin sedang di luar, Husna akan memanggilnya."

Pak Winata mengedipkan mata sebagai isyarat anggukan kepala.

Husna segera memanggil seluruh keluarga untuk berkumpul karena Pak Winata sadar.

Semua orang masuk kecuali Alvino, Husna segera mencari keberadaan Alvino.

" Dimana kira kira mas Alvino berada?"

...----------------...

...----------------...

...----------------...

Episodes
1 Bab 1 ; Permintaan Papa
2 Bab 2 : Maafkan aku..
3 Bab 3 : Kritis...
4 Bab 4 : Duka
5 Bab 5 : Halal
6 Bab 6 : Kejutan
7 Bab 7 : Ada Tamu..
8 Bab 8 : Helena
9 Bab 9 : Pernikahan Helena
10 Bab 10 : Keterpurukan Helena
11 Bab 11 : Talak untuk Helena
12 Bab 12 : Di asingkan
13 Bab 13 : Di tipu
14 Bab 14 : Romantis..
15 Bab 15 : Kejujuran..
16 Bab 16 ; kabar buruk
17 Bab 17 : Berpisah
18 Bab 18 : Husna tahu
19 Bab 19 : Kembali pulang
20 Bab 20 : Ikhlas dan sabar
21 Bab 21 : Rumah sakit.
22 Bab 22 : Senyum kemenangan
23 Bab 23 : Pilihan sulit.
24 Bab 24 : Helena
25 Bab 25 : Malam Husna
26 Bab 26 : Keinginan Helena
27 Bab 27 : Kesabaran Husna
28 Bab 28 : Janji Elvio
29 Bab 29 : Rumah sakit
30 Bab 30 : Ada apa dengan Helena?
31 Bab 31 : Rahasia Helena
32 Bab 32 : Kekecewaan Mama
33 Bab 33 : Aku lebih pantas
34 Bab 34 : Haredung...
35 Bab 35 : Pulang
36 Bab 36 : Soal Husna
37 37 : Momen dengan almarhum
38 Bab 38 : Senyum Smirk
39 Bab 39 : Insyallah ikhlas
40 Bab 40 ; Liciknya Helena
41 Bab 41 : Kesedihan
42 Bab 42 : POV Husna
43 Bab 43 : POV Helena
44 Bab 44 : POV Alvino
45 Bab 45 : Kecurigaan
46 Bab 46: rencana B
47 Bab 47 : Husna Vs Helena
48 Bab 48 ; Mati kutu
49 Bab 49 : Kecewa
50 Bab 50 : Penyesalan
51 Bab 51 : Kanker nasofaring
52 Judulin sendiri
53 Bab 53 : Keluarga Helena
54 Bab 54 : Hati Seorang Istri
55 Bab 55 : Sedih nya seorang ibu
56 Bab 56 : Seperti purel
57 Bab 57 : Terserah
58 Bab 58 : Pilihan Husna
59 Bab 59 : Ternyata Helena..
60 Bab 60 : Ketegangan
61 Bab 61 : Aksi Nekad Helena
62 Bab 62 : Tidak bisa percaya
63 Bab 63 : Aku harus kuat
64 Bab 64 : Catatan Husna.
65 Bab 65 : Permohonan Alvino
66 Bab 66 : Kami keluarga mu..
67 Bab 67 : Saling terhubung
68 Bab 68 : Rumah sakit
69 Bab 69 : Jangan Cengeng
70 Bab 70 : Usaha Terakhir Helena
71 Bab 71 : Bertahan Satu Cinta (POV Husna)
72 Bab 72 : Penyesalan Tidak berguna
73 Bab 73 : Kedatangan Lalisa
74 Bab 74 : Keinginan Helena
75 Bab 75 : Minta maaf
76 Nasihat Kehidupan
77 Yang Hampir Sama
78 Bab 76 : Bertemu Alvino
79 Bab 77 : Rujuk
80 Bab 78 : Di Lema
81 Bab 79 : Insyallah, ikhlas.
82 Bab 80 : Air Mata Terakhir
83 Bab 81 : Seperti Bayi Kembar.
84 Bab 82 : Rahasia Keluarga
85 Bab 83 : Teringat
86 Bab 84 : Menjadi Ibu Susu
87 Bab 85 : Persidangan
88 Bab 86 : Perpisahan Membawa Bahagia
89 Bab 87 : Ada apa?
90 Bab 88 : Panggil paman, Ayah!
91 Kedatangan Lalisa
92 Aku siap !
93 Ta'aruf
94 Jaga Dia Untukku.
95 Tertangkap..
96 Penyesalan Lalisa
97 Happy End
98 Promosi...
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Bab 1 ; Permintaan Papa
2
Bab 2 : Maafkan aku..
3
Bab 3 : Kritis...
4
Bab 4 : Duka
5
Bab 5 : Halal
6
Bab 6 : Kejutan
7
Bab 7 : Ada Tamu..
8
Bab 8 : Helena
9
Bab 9 : Pernikahan Helena
10
Bab 10 : Keterpurukan Helena
11
Bab 11 : Talak untuk Helena
12
Bab 12 : Di asingkan
13
Bab 13 : Di tipu
14
Bab 14 : Romantis..
15
Bab 15 : Kejujuran..
16
Bab 16 ; kabar buruk
17
Bab 17 : Berpisah
18
Bab 18 : Husna tahu
19
Bab 19 : Kembali pulang
20
Bab 20 : Ikhlas dan sabar
21
Bab 21 : Rumah sakit.
22
Bab 22 : Senyum kemenangan
23
Bab 23 : Pilihan sulit.
24
Bab 24 : Helena
25
Bab 25 : Malam Husna
26
Bab 26 : Keinginan Helena
27
Bab 27 : Kesabaran Husna
28
Bab 28 : Janji Elvio
29
Bab 29 : Rumah sakit
30
Bab 30 : Ada apa dengan Helena?
31
Bab 31 : Rahasia Helena
32
Bab 32 : Kekecewaan Mama
33
Bab 33 : Aku lebih pantas
34
Bab 34 : Haredung...
35
Bab 35 : Pulang
36
Bab 36 : Soal Husna
37
37 : Momen dengan almarhum
38
Bab 38 : Senyum Smirk
39
Bab 39 : Insyallah ikhlas
40
Bab 40 ; Liciknya Helena
41
Bab 41 : Kesedihan
42
Bab 42 : POV Husna
43
Bab 43 : POV Helena
44
Bab 44 : POV Alvino
45
Bab 45 : Kecurigaan
46
Bab 46: rencana B
47
Bab 47 : Husna Vs Helena
48
Bab 48 ; Mati kutu
49
Bab 49 : Kecewa
50
Bab 50 : Penyesalan
51
Bab 51 : Kanker nasofaring
52
Judulin sendiri
53
Bab 53 : Keluarga Helena
54
Bab 54 : Hati Seorang Istri
55
Bab 55 : Sedih nya seorang ibu
56
Bab 56 : Seperti purel
57
Bab 57 : Terserah
58
Bab 58 : Pilihan Husna
59
Bab 59 : Ternyata Helena..
60
Bab 60 : Ketegangan
61
Bab 61 : Aksi Nekad Helena
62
Bab 62 : Tidak bisa percaya
63
Bab 63 : Aku harus kuat
64
Bab 64 : Catatan Husna.
65
Bab 65 : Permohonan Alvino
66
Bab 66 : Kami keluarga mu..
67
Bab 67 : Saling terhubung
68
Bab 68 : Rumah sakit
69
Bab 69 : Jangan Cengeng
70
Bab 70 : Usaha Terakhir Helena
71
Bab 71 : Bertahan Satu Cinta (POV Husna)
72
Bab 72 : Penyesalan Tidak berguna
73
Bab 73 : Kedatangan Lalisa
74
Bab 74 : Keinginan Helena
75
Bab 75 : Minta maaf
76
Nasihat Kehidupan
77
Yang Hampir Sama
78
Bab 76 : Bertemu Alvino
79
Bab 77 : Rujuk
80
Bab 78 : Di Lema
81
Bab 79 : Insyallah, ikhlas.
82
Bab 80 : Air Mata Terakhir
83
Bab 81 : Seperti Bayi Kembar.
84
Bab 82 : Rahasia Keluarga
85
Bab 83 : Teringat
86
Bab 84 : Menjadi Ibu Susu
87
Bab 85 : Persidangan
88
Bab 86 : Perpisahan Membawa Bahagia
89
Bab 87 : Ada apa?
90
Bab 88 : Panggil paman, Ayah!
91
Kedatangan Lalisa
92
Aku siap !
93
Ta'aruf
94
Jaga Dia Untukku.
95
Tertangkap..
96
Penyesalan Lalisa
97
Happy End
98
Promosi...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!