Helena sudah kembali ke negara nya, tapi ada yang berbeda dari gadis yang dikenal sebagai gadis yang ceria dan periang itu.
Sejak kedatangannya dari Turki, Helena menjadi pribadi yang lebih banyak diam dan sering merenung seorang diri.
Hal itu membuat khawatir kedua orang tuanya. Sang Ayah, Michelle. memutuskan untuk mencari tahu penyebab dari murungnya Helena sepulang dari Turki.
Michelle kemudian mengetahui bahwa laki-laki yang sempat dikabarkan menjalin hubungan dengan Helena sudah menikah. Dan, saat berada di Turki Helena tidak sengaja bertemu dengannya.
"Bagaimana menurut Mama, apa yang harus kita lakukan kepada Helena. Karena, tidak mungkin juga kita meminta lelaki itu untuk menikahi Helena mengingat lelaki itu beragama Islam."
"Apa Papa ingat dengan teman lama Papa yang sempat menanyakan tentang Helena?"
"Maksud Mama, Wiliam?"
"Ya, bukankah William sempat bertanya apakah Helena mempunyai seseorang atau tidak, karena William ingin menjodohkan Helena dengan putra semata wayangnya, Ernesto."
"Apa Mama yakin hal itu membuat keadaan Helena menjadi lebih baik,?" tanya Michelle.
"Kita tidak akan tahu, jika kita tidak mencobanya." Ucap Keyla.
"Baiklah, Mama saja yang berbicara kepada Helena."
Keyla mengelus-ngelus punggung suaminya itu, kemudian mulai berjalan meninggalkan Michelle untuk menemui Helena.
"Nak, ini Mama apa Mama boleh masuk?"
Hening.
Keyla memilih langsung masuk ke dalam kamar putrinya karena inilah yang selalu terjadi.
Helena tidak pernah merespon siapa saja yang berbicara kepadanya.
"Hei, sampai kapan kamu akan mengurung diri di rumah ini?" Tanya Keyla.
"Helena tidak tahu ma."
"Siap jatuh cinta berarti juga siap patah hati. Sebab nggak semua perjalanan cinta itu berakhir menyenangkan. Ada pula yang harus merasakan sakit hati karena, ditolak, diselingkuhi, disepelekan, hingga diputusin. Namun karena terlanjur sayang, akhirnya yang didapatkan hanya rasa kecewa dan patah hati."
Tapi kalau kamu tengah mengalami patah hati, jangan sampai terlalu larut dalam waktu yang lama. Sebab terkadang harapan berbanding terbalik dengan kenyataan. Semuanya tidak ada yang abadi, jika ada senang pasti ada sedih. Yakin bahwa kehidupan dapat berputar, jadi harus tetap semangat maju. Dengan perlahan kamu pun bisa belajar untuk move on."
Helena yang tadinya menatap keluar jendela, kini tatapannya menatap sang ibu.
Keyla bangkit dari tempat duduknya dan duduk di sebelah Helena.
"Ketika kita bertemu tragedi nyata dalam hidup, kita dapat bereaksi dengan dua cara. Entah dengan kehilangan harapan dan jatuh ke dalam kebiasaan merusak diri sendiri, atau dengan menggunakan tantangan untuk menemukan kekuatan batin kita."
"Helena sangat mencintainya, bahkan Helena siap berubah segala aspek yang ada pada diri Helena untuk menjadi pendamping yang pantas untuk berada di sisinya."
"Jika kamu berani mengucapkan selamat tinggal, kehidupan akan memberikanmu hadiah berupa lembaran baru." Ucap Keyla.
"Helena sudah mencobanya Ma, tapi pertemuan tidak sengaja itu membuat upaya yang Helena lakukan untuk melupakannya menjadi sia-sia. Helena.....,"
"Terkadang seseorang akan menoleh ke belakang pada apa yang dia miliki, bukan karena dia ingin pergi ke sana tetapi untuk memotivasi untuk melakukan lebih baik." Ucap Keyla yang langsung memotong pembicaraan dari Helena.
"Apa kamu ingat dengan Ernesto?"
"Anak Paman Wiliam?"
"Ya."
"Ada apa dengan nya?"
"Papa mempunyai ide, bagaimana jika kamu pergi dengannya. Bukankah sebelumnya kalian adalah teman satu sekolah?"
"Hemmmm.."
"Ayolah Helena, mau sampai kapan kamu mengurung diri seperti ini. Kalau pun kamu terus melakukannya tidak akan membuat pria itu kembali.,"
Helena terdiam dalam hatinya dia membenarkan apa yang baru saja Mamanya katakan.
"Baiklah."
"Apa kamu bersedia untuk mencoba pergi bersama dengan Ernesto?" Tanya Keyla memastikan dan Helena tersenyum.
"Terima kasih, semoga Ernesto bisa membantu kamu melewati keterpurukan ini."
Cup
Keyla mencium kening Helena sementara Helena hanya bisa tersenyum walaupun sebenarnya dalam hati dia masih sangat mengharapkan Alvino.
Malam hari, di hari berikutnya...
Keyla membantu Helena untuk bersiap karena malam ini dia akan berjalan jalan bersama dengan Ernesto.
"Kita mau kemana?" Tanya Ernesto.
"Terserah." Ucap Helena.
Ernesto kemudian mengajak Helena untuk makan malam sebelum mengajaknya ke taman.
Ernesto mencoba mencairkan suasana dengan bercerita tentang masa lalu.
Awalnya Helena merasa bosan dan berharap malam itu segera berlalu namun kemudian, Helena mulai terbawa suasana dan menikmati waktu bersama dengan Ernesto.
"Terima kasih karena sudah mau mengajakku pergi dan bercerita tentang kejadian di masa lalu."
"Tidak masalah." Ucap Ernesto.
Tiga hari kemudian...
Orang tua Ernesto datang untuk melamar Helena, dan kedua orang tua Helena langsung menerima lamaran itu tanpa bertanya terhadap Helena.
Mereka pikir Helena pasti setuju, mengingat dalam 3 hari ini Helena sudah menunjukkan perubahan sejak bersama dengan Ernesto.
Helena?
Tentu saja dia terkejut dengan kabar pernikahannya dengan Ernesto.
Helena ingin protes tapi mengingat Pak Wiliam begitu banyak berjasa pada keluarganya membuat Helena akhirnya menerima pernikahannya dengan Ernesto.
Satu hari sebelum acara pernikahan, orang suruhan Helena berhasil mendapatkan nomor Alvino.
Tanpa pikir panjang lagi Helena langsung menghubungi Alvino.
"Helena ada apa?"
"Al, bisakah kamu datang dan menjemputku?"
"Ada apa?"
"Al, besok aku akan menikah, tapi aku belum siap untuk menikah."
"Kenapa?"
"Aku takut menyakiti hati calon suamiku karena aku masih begitu mencintaimu dan aku tidak bisa menggantikan dirimu dengan orang lain."
"Helena, jika kamu tidak menginginkan pernikahan itu kenapa kamu akan menikahinya?" Tanya Alvino.
Helena kemudian menceritakan tentang masa lalu yang pernah terjadi pada keluarganya, dan peran Pak Wiliam.
"Helena, aku tahu awalnya memang berat tapi jika kamu mau membuka hati dan menerima jalan takdir yang sudah dituliskan Tuhan kepadamu, aku yakin kamu akan bisa menerima pasangan mu."
"Al..."
"Cobalah berdamai dengan takdir dan kenyataan. Insyallah kamu akan bisa sepertiku, menerima pasangan yang mungkin sudah ditakdirkan untukmu."
"Al, kamu tidak sedang mencoba untuk mengatakan bahwa kamu sudah mencintai istri kamu?"
"Helena, dia adalah istriku sekarang, dan sudah menjadi kewajibanku untuk mencintainya."
"Alvino, kamu tidak benar-benar mencintainya kan. Kamu mencintainya hanya karena dia sebagai istri kamu."
"Helena..."
"jangan mencoba untuk membohongiku Al, aku tahu bahwa cinta tulusmu, cinta yang ada di dalam hatimu adalah milikku."
Alvino memejamkan mata, dia tidak bisa berbohong karena memang dia mencintai Husna hanya karena kewajiban seorang suami untuk mencintai istrinya.
"Selamat untuk pernikahanmu Helena, aku akan selalu berdoa agar kamu mendapatkan kebahagiaan."
Tut.
"Al... al?"
Helena kesal, dia membanting ponselnya dan kembali menangis.
Sementara itu, Alvino memasukkan kembali ponselnya dan bersiap untuk berangkat ke kantor.
Alvino tidak tahu jika Husna ada di belakang pintu dan mendengar apa yang dibicarakan Alvino.
Husna melihat dokumen yang seharusnya dibawa tertinggal di meja makan, karena itulah, Husna berniat untuk menyusul Alvino kedepan, namun siapa yang menduga jika Husna mengetahui kenyataan bahwa cinta yang diberikan Alvino adalah cinta suami yang wajib diberikan kepada istrinya.
Bukan cinta tulus seorang pria kepada wanita yang di kasihi nya.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments