Bab 10 : Keterpurukan Helena

Alvino terlihat duduk, Husna yang awalnya ingin memberikan dokumen itu, memilih untuk mundur dan kembali masuk ke dalam rumah.

Husna meletakkan kembali dokumen itu diatas meja, dan berpura pura sedang sibuk membersihkan dapur.

Tap

Tap

Tap

Husna mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat, Husna tahu jika itu pasti Alvino.

Husna menahan diri, agar dirinya tidak terlihat kecewa.

"Mas, Mas masih di sini? Husna pikir Mas sudah berangkat?"

"Belum, Mas menyadari jika ada dokumen yang tertinggal."

Husna hanya ber'o'ria kemudian berjalan di belakang mengikuti Alvino.

"Hati hati ya, mas." Pekik Husna sambil mencium punggung tangan dari Alvino.

"Ya, mas berangkat dulu.." Ucap Alvino yang di sertai anggukan kepala dari Husna.

Di kantor....

Alvino tidak ikut meeting dan memilih untuk berada di dalam kantornya sambil melihat foto Helena.

Alvino menghela nafas panjang dan mengejamkan mata, dalam hatinya dia berdoa semoga pernikahan yang akan dilakukan oleh Helena akan menjadi awal bangkitnya Helena dari keterpurukan.

Malam harinya, bahkan Alvino tidak bisa tidur karena ponselnya terus saja berdering dan terdapat banyak sekali pesan yang dikirimkan oleh Helena.

Alvino melirik ke arah Husna yang sedang tidur di sampingnya, Alvino berpikir Husna sudah terlelap, jadi Alvino bangkit sambil membawa ponselnya yang terus berdering.

Alvino sudah menyetel ponselnya dalam mode senyap, karena itu Husna tidak tahu jika sedari tadi, puluhan pesan dan panggilan masuk.

Dengan perlahan, Alvino berjalan keluar dari kamar dan menuju tempat kerjanya.

Alvino menutup pintu dengan hati hati, berharap Husna akan tetap tidur nyenyak. Tapi, tanpa Alvino tahu, Husna membuka mata saat Alvino menutup pintu.

Husna duduk, dia mencoba mengatur nafasnya dan berpikir apakah dia harus mengikuti Alvino atau tidak.

"Astaghfirullah, kenapa aku selalu berburuk sangka kepada suami. Husna, berpikirlah positif. Mungkin, mas Alvino sedang tidak bisa tidur apa ada sesuatu yang membuatnya ingin sendiri."

Husna tersenyum, sebelum akhirnya dia memutuskan untuk kembali beristirahat.

Sementara di ruang kerja Alvino...

"Sudah malam Ele, sebaiknya kamu tidur dan persiapkan dirimu untuk memulai kehidupan yang baru di hari esok."

"Al, aku tidak akan memintamu untuk menjadikanku bahagia dari dirimu lagi. Aku hanya ingin kamu datang dan membawaku pergi agar aku tidak tercepat dalam pernikahan ini."

"Helena...."

"Al, aku tidak bisa membohongi diriku. Aku sungguh masih mencintai dan mengharapkan kamu. Tapi, aku juga tidak bisa menyakiti Ernesto."

"Cobalah untuk menerima kenyataan."

"Tapi Al..."

"Helena, lihatlah aku. Walaupun dalam hati masih membara cinta kita tapi, nyatanya aku bisa menerima seseorang yang kini menjadi pendamping hidupku dan aku juga mencintai nya."

"Kam....mu mencintai nya?"

"Ya, kenapa aku tidak mencintainya sementara dia menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri kepada ku. Dan aku juga harus mencintainya sebagai seorang suami yang menyayangi istrinya."

Hening..

Helena semakin menangis karena mengetahui kenyataan, cinta Alvino yang dulu hanya setuju padanya kini telah diberikan kepada sang istri.

"Istirahatlah Helena, buat dirimu senyaman mungkin. Agar besok kamu sudah siap untuk memulai kehidupan yang baru."

Tanpa menunggu jawaban dari Helena, Alvino langsung mematikan ponselnya.

Alvino bersandar pada kursi dan memejamkan mata. Hingga, tanpa terasa matanya mengembun dan air mata sudah siap terjatuh.

"Mungkin ini yang dirasakan Helena ketika dia mengetahui bahwa aku akan menikah." Pekik Alvino.

"Rasanya sangat sakit, tapi aku harus bisa mengikhlaskan jalan takdir yang sudah dituliskan Tuhan kepadaku."

...----------------...

Acara pernikahan Helena berlangsung sederhana namun terkesan sangat mewah.

Semua orang merasa bahagia terkecuali, Helena. Helena terus melihat ke arah gerbang rumah, dan berharap Alvino akan datang.

"Hiks hiks, kau jahat Alvino. Kau tidak datang untuk membawa ku pergi." Helena menangis di dalam toilet.

"Kak..."

Helena segera menghapus air mata dengan tisu, saat tahu bahwa adiknya, Lalisa datang.

"Lalisa tahu apa yang kakak harapkan, tapi lebih baik kakak mengikhlaskan apa yang tidak bisa kakak dapatkan, dan menerima takdir yang sudah ditakdirkan."

"Kamu itu bicara apa sih..." Pekik Helena sambil mencubit pipi Lalisa.

"Kakak..."

"Sudah, yuk balik ke depan."

Helena berjalan lebih dulu keluar dari kamar mandi, sementara Lalisa menatap Helena dengan tatapan kesedihan.

Setelah selesai acara, Ernesto langsung mengajak Helena untuk menempati rumah baru.

"Ernesto, kita baru saja menikah apakah ini tidak terlalu cepat, jika kamu mengajakku untuk tinggal di rumah baru?"

"Kenapa?"

"Tidak, hanya saja..." Helena tidak menyelesaikan kata-katanya, saat Ernesto semakin mendekati nya.

"Bukankah jika kita tinggal di rumah kita sendiri, kita akan leluasa melakukannya." Ucap Ernesto sambil mencium rambut Helena yang terurai panjang.

"Ernesto, aku..."

"Helena, aku sangat bahagia dan tidak menyangka bahwa hari dimana aku akan memilikimu benar-benar datang." Pekik Ernesto sambil menyentuh pipi Helena.

"Ernesto..."

"Ada apa? apa kamu sudah tidak sabar untuk melewati malam pertama kita?"

"Aku...."

Ernesto segera mengangkat tubuh Helena, dan membawa nya ke tempat tidur.

Dengan hati hati, Ernesto menjatuhkan tubuh dalam waktu tempat tidur.

"Ernesto, beri aku waktu." Pekik Helena saat Ernesto berusaha membuka pakaian Helena.

"Ada apa? bukankah kita sudah sah menjadi pasangan suami istri?"

Helena segera bangkit saat Ernesto semakin dalam menjelajahi dirinya.

"Ada apa?"

"Tidak ada, hanya berikan aku waktu."

Ernesto mencoba untuk menyentuh Helena, tapi Helena bergeser.

Ernesto tersenyum, keinginan untuk bersatu dengan wanita yang dia cintai sudah sangat besar. Ernesto terus mencoba mendekati Helena, dan Helena juga selalu menghindar.

"Argh.... apa salahnya aku, hingga kamu tidak ingin ku sentuh?" Teriak Ernesto yang langsung membuat Helena ketakutan.

"Maaf, maafkan aku. Bukankah aku meminta waktu kepadamu."

Ernesto memejamkan mata dan menghela nafas panjang, dia berusaha meredam amarahnya.

Ernesto mendekati Helena yang ketakutan dan membawa nya ke atas tempat tidur.

"Istirahatlah, maafkan aku." Ucap Ernesto sambil mencium kening Helena.

Malam itu, Helena tidak bisa tidur karena dia terkejut dengan sifat temperamental yang ditunjukkan Ernesto.

Pagi harinya...

Helena terbangun dan dia tidak melihat Ernesto.

Helena berjalan menuju kamar mandi, dan saat Helena keluar, dia melihat Ernesto tersenyum dan berjalan ke arah nya.

"Helena, aku mencintaimu"

Helena terdiam, dia memejamkan mata saat Ernesto memegang pipi nya.

Helena, kamu harus bisa. Cobalah untuk menerima kenyataan bahwa Ernesto adalah pasangan mu.

Helena terus memejamkan mata dan tepat saat bibir Ernesto hampir menyentuh bibirnya, bayangan Alvino tiba tiba melintas di pikiran nya.

"Ernesto, aku belum bisa."

Ernesto memejamkan mata dan memukul tembok.

"Ada apa?" Ketus Ernesto.

"Aku, aku..."

"Helena, katakan saja. Apa ada seseorang yang membuatmu tidak bisa membiarkan aku untuk menyentuhmu?"

"Maafkan aku Ernesto, karena sampai sekarang aku masih belum bisa menyingkirkan Alvino dari pikiranku."

Brak !!

Helena terkejut saat Ernesto membanting vas bunga ke lantai.

"Kau benar-benar menguji kesabaran ku."

"Ernesto, aku berjanji. Aku berjanji akan merubah sikap dan, aku akan berusaha menerimamu sebagai suamiku." Ucap Helena sambil memegangi lengan Ernesto dan menyandarkan kepalanya di sana.

"Benarkah?" Tanya Ernesto dan dibalas anggukan kepala Helena.

"Kalau begitu, layani aku sekarang."

Ernesto mendorong tubuh Helena, dan memaksa Helena untuk melayaninya.

"Ernesto, jangan."

"Ernesto."

Ernesto tidak bergeming. Kenyataan bahwa Helena masih mencintai pria sebelumnya, sudah membuat Ernesto marah.

"Katakan bahwa kau mencintaiku.."

"Aku mencintaimu Alvino."

Mendengar Helena menyebut nama Alvino, membuat Ernesto menghentikan aktivitasnya dan menarik Helena agar duduk.

"Helena, kau adalah istriku, tidak seharusnya kamu menyebut nama pria lain di hadapanku."

"Ernesto, aku..."

"Pergilah..."

"Ernesto."

"Pergilah, aku tidak sudi melihat mu."

"Ernesto..."

"PERGI !!"

...----------------...

...----------------...

...----------------...

Episodes
1 Bab 1 ; Permintaan Papa
2 Bab 2 : Maafkan aku..
3 Bab 3 : Kritis...
4 Bab 4 : Duka
5 Bab 5 : Halal
6 Bab 6 : Kejutan
7 Bab 7 : Ada Tamu..
8 Bab 8 : Helena
9 Bab 9 : Pernikahan Helena
10 Bab 10 : Keterpurukan Helena
11 Bab 11 : Talak untuk Helena
12 Bab 12 : Di asingkan
13 Bab 13 : Di tipu
14 Bab 14 : Romantis..
15 Bab 15 : Kejujuran..
16 Bab 16 ; kabar buruk
17 Bab 17 : Berpisah
18 Bab 18 : Husna tahu
19 Bab 19 : Kembali pulang
20 Bab 20 : Ikhlas dan sabar
21 Bab 21 : Rumah sakit.
22 Bab 22 : Senyum kemenangan
23 Bab 23 : Pilihan sulit.
24 Bab 24 : Helena
25 Bab 25 : Malam Husna
26 Bab 26 : Keinginan Helena
27 Bab 27 : Kesabaran Husna
28 Bab 28 : Janji Elvio
29 Bab 29 : Rumah sakit
30 Bab 30 : Ada apa dengan Helena?
31 Bab 31 : Rahasia Helena
32 Bab 32 : Kekecewaan Mama
33 Bab 33 : Aku lebih pantas
34 Bab 34 : Haredung...
35 Bab 35 : Pulang
36 Bab 36 : Soal Husna
37 37 : Momen dengan almarhum
38 Bab 38 : Senyum Smirk
39 Bab 39 : Insyallah ikhlas
40 Bab 40 ; Liciknya Helena
41 Bab 41 : Kesedihan
42 Bab 42 : POV Husna
43 Bab 43 : POV Helena
44 Bab 44 : POV Alvino
45 Bab 45 : Kecurigaan
46 Bab 46: rencana B
47 Bab 47 : Husna Vs Helena
48 Bab 48 ; Mati kutu
49 Bab 49 : Kecewa
50 Bab 50 : Penyesalan
51 Bab 51 : Kanker nasofaring
52 Judulin sendiri
53 Bab 53 : Keluarga Helena
54 Bab 54 : Hati Seorang Istri
55 Bab 55 : Sedih nya seorang ibu
56 Bab 56 : Seperti purel
57 Bab 57 : Terserah
58 Bab 58 : Pilihan Husna
59 Bab 59 : Ternyata Helena..
60 Bab 60 : Ketegangan
61 Bab 61 : Aksi Nekad Helena
62 Bab 62 : Tidak bisa percaya
63 Bab 63 : Aku harus kuat
64 Bab 64 : Catatan Husna.
65 Bab 65 : Permohonan Alvino
66 Bab 66 : Kami keluarga mu..
67 Bab 67 : Saling terhubung
68 Bab 68 : Rumah sakit
69 Bab 69 : Jangan Cengeng
70 Bab 70 : Usaha Terakhir Helena
71 Bab 71 : Bertahan Satu Cinta (POV Husna)
72 Bab 72 : Penyesalan Tidak berguna
73 Bab 73 : Kedatangan Lalisa
74 Bab 74 : Keinginan Helena
75 Bab 75 : Minta maaf
76 Nasihat Kehidupan
77 Yang Hampir Sama
78 Bab 76 : Bertemu Alvino
79 Bab 77 : Rujuk
80 Bab 78 : Di Lema
81 Bab 79 : Insyallah, ikhlas.
82 Bab 80 : Air Mata Terakhir
83 Bab 81 : Seperti Bayi Kembar.
84 Bab 82 : Rahasia Keluarga
85 Bab 83 : Teringat
86 Bab 84 : Menjadi Ibu Susu
87 Bab 85 : Persidangan
88 Bab 86 : Perpisahan Membawa Bahagia
89 Bab 87 : Ada apa?
90 Bab 88 : Panggil paman, Ayah!
91 Kedatangan Lalisa
92 Aku siap !
93 Ta'aruf
94 Jaga Dia Untukku.
95 Tertangkap..
96 Penyesalan Lalisa
97 Happy End
98 Promosi...
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Bab 1 ; Permintaan Papa
2
Bab 2 : Maafkan aku..
3
Bab 3 : Kritis...
4
Bab 4 : Duka
5
Bab 5 : Halal
6
Bab 6 : Kejutan
7
Bab 7 : Ada Tamu..
8
Bab 8 : Helena
9
Bab 9 : Pernikahan Helena
10
Bab 10 : Keterpurukan Helena
11
Bab 11 : Talak untuk Helena
12
Bab 12 : Di asingkan
13
Bab 13 : Di tipu
14
Bab 14 : Romantis..
15
Bab 15 : Kejujuran..
16
Bab 16 ; kabar buruk
17
Bab 17 : Berpisah
18
Bab 18 : Husna tahu
19
Bab 19 : Kembali pulang
20
Bab 20 : Ikhlas dan sabar
21
Bab 21 : Rumah sakit.
22
Bab 22 : Senyum kemenangan
23
Bab 23 : Pilihan sulit.
24
Bab 24 : Helena
25
Bab 25 : Malam Husna
26
Bab 26 : Keinginan Helena
27
Bab 27 : Kesabaran Husna
28
Bab 28 : Janji Elvio
29
Bab 29 : Rumah sakit
30
Bab 30 : Ada apa dengan Helena?
31
Bab 31 : Rahasia Helena
32
Bab 32 : Kekecewaan Mama
33
Bab 33 : Aku lebih pantas
34
Bab 34 : Haredung...
35
Bab 35 : Pulang
36
Bab 36 : Soal Husna
37
37 : Momen dengan almarhum
38
Bab 38 : Senyum Smirk
39
Bab 39 : Insyallah ikhlas
40
Bab 40 ; Liciknya Helena
41
Bab 41 : Kesedihan
42
Bab 42 : POV Husna
43
Bab 43 : POV Helena
44
Bab 44 : POV Alvino
45
Bab 45 : Kecurigaan
46
Bab 46: rencana B
47
Bab 47 : Husna Vs Helena
48
Bab 48 ; Mati kutu
49
Bab 49 : Kecewa
50
Bab 50 : Penyesalan
51
Bab 51 : Kanker nasofaring
52
Judulin sendiri
53
Bab 53 : Keluarga Helena
54
Bab 54 : Hati Seorang Istri
55
Bab 55 : Sedih nya seorang ibu
56
Bab 56 : Seperti purel
57
Bab 57 : Terserah
58
Bab 58 : Pilihan Husna
59
Bab 59 : Ternyata Helena..
60
Bab 60 : Ketegangan
61
Bab 61 : Aksi Nekad Helena
62
Bab 62 : Tidak bisa percaya
63
Bab 63 : Aku harus kuat
64
Bab 64 : Catatan Husna.
65
Bab 65 : Permohonan Alvino
66
Bab 66 : Kami keluarga mu..
67
Bab 67 : Saling terhubung
68
Bab 68 : Rumah sakit
69
Bab 69 : Jangan Cengeng
70
Bab 70 : Usaha Terakhir Helena
71
Bab 71 : Bertahan Satu Cinta (POV Husna)
72
Bab 72 : Penyesalan Tidak berguna
73
Bab 73 : Kedatangan Lalisa
74
Bab 74 : Keinginan Helena
75
Bab 75 : Minta maaf
76
Nasihat Kehidupan
77
Yang Hampir Sama
78
Bab 76 : Bertemu Alvino
79
Bab 77 : Rujuk
80
Bab 78 : Di Lema
81
Bab 79 : Insyallah, ikhlas.
82
Bab 80 : Air Mata Terakhir
83
Bab 81 : Seperti Bayi Kembar.
84
Bab 82 : Rahasia Keluarga
85
Bab 83 : Teringat
86
Bab 84 : Menjadi Ibu Susu
87
Bab 85 : Persidangan
88
Bab 86 : Perpisahan Membawa Bahagia
89
Bab 87 : Ada apa?
90
Bab 88 : Panggil paman, Ayah!
91
Kedatangan Lalisa
92
Aku siap !
93
Ta'aruf
94
Jaga Dia Untukku.
95
Tertangkap..
96
Penyesalan Lalisa
97
Happy End
98
Promosi...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!