Alvino terlihat duduk, Husna yang awalnya ingin memberikan dokumen itu, memilih untuk mundur dan kembali masuk ke dalam rumah.
Husna meletakkan kembali dokumen itu diatas meja, dan berpura pura sedang sibuk membersihkan dapur.
Tap
Tap
Tap
Husna mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat, Husna tahu jika itu pasti Alvino.
Husna menahan diri, agar dirinya tidak terlihat kecewa.
"Mas, Mas masih di sini? Husna pikir Mas sudah berangkat?"
"Belum, Mas menyadari jika ada dokumen yang tertinggal."
Husna hanya ber'o'ria kemudian berjalan di belakang mengikuti Alvino.
"Hati hati ya, mas." Pekik Husna sambil mencium punggung tangan dari Alvino.
"Ya, mas berangkat dulu.." Ucap Alvino yang di sertai anggukan kepala dari Husna.
Di kantor....
Alvino tidak ikut meeting dan memilih untuk berada di dalam kantornya sambil melihat foto Helena.
Alvino menghela nafas panjang dan mengejamkan mata, dalam hatinya dia berdoa semoga pernikahan yang akan dilakukan oleh Helena akan menjadi awal bangkitnya Helena dari keterpurukan.
Malam harinya, bahkan Alvino tidak bisa tidur karena ponselnya terus saja berdering dan terdapat banyak sekali pesan yang dikirimkan oleh Helena.
Alvino melirik ke arah Husna yang sedang tidur di sampingnya, Alvino berpikir Husna sudah terlelap, jadi Alvino bangkit sambil membawa ponselnya yang terus berdering.
Alvino sudah menyetel ponselnya dalam mode senyap, karena itu Husna tidak tahu jika sedari tadi, puluhan pesan dan panggilan masuk.
Dengan perlahan, Alvino berjalan keluar dari kamar dan menuju tempat kerjanya.
Alvino menutup pintu dengan hati hati, berharap Husna akan tetap tidur nyenyak. Tapi, tanpa Alvino tahu, Husna membuka mata saat Alvino menutup pintu.
Husna duduk, dia mencoba mengatur nafasnya dan berpikir apakah dia harus mengikuti Alvino atau tidak.
"Astaghfirullah, kenapa aku selalu berburuk sangka kepada suami. Husna, berpikirlah positif. Mungkin, mas Alvino sedang tidak bisa tidur apa ada sesuatu yang membuatnya ingin sendiri."
Husna tersenyum, sebelum akhirnya dia memutuskan untuk kembali beristirahat.
Sementara di ruang kerja Alvino...
"Sudah malam Ele, sebaiknya kamu tidur dan persiapkan dirimu untuk memulai kehidupan yang baru di hari esok."
"Al, aku tidak akan memintamu untuk menjadikanku bahagia dari dirimu lagi. Aku hanya ingin kamu datang dan membawaku pergi agar aku tidak tercepat dalam pernikahan ini."
"Helena...."
"Al, aku tidak bisa membohongi diriku. Aku sungguh masih mencintai dan mengharapkan kamu. Tapi, aku juga tidak bisa menyakiti Ernesto."
"Cobalah untuk menerima kenyataan."
"Tapi Al..."
"Helena, lihatlah aku. Walaupun dalam hati masih membara cinta kita tapi, nyatanya aku bisa menerima seseorang yang kini menjadi pendamping hidupku dan aku juga mencintai nya."
"Kam....mu mencintai nya?"
"Ya, kenapa aku tidak mencintainya sementara dia menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri kepada ku. Dan aku juga harus mencintainya sebagai seorang suami yang menyayangi istrinya."
Hening..
Helena semakin menangis karena mengetahui kenyataan, cinta Alvino yang dulu hanya setuju padanya kini telah diberikan kepada sang istri.
"Istirahatlah Helena, buat dirimu senyaman mungkin. Agar besok kamu sudah siap untuk memulai kehidupan yang baru."
Tanpa menunggu jawaban dari Helena, Alvino langsung mematikan ponselnya.
Alvino bersandar pada kursi dan memejamkan mata. Hingga, tanpa terasa matanya mengembun dan air mata sudah siap terjatuh.
"Mungkin ini yang dirasakan Helena ketika dia mengetahui bahwa aku akan menikah." Pekik Alvino.
"Rasanya sangat sakit, tapi aku harus bisa mengikhlaskan jalan takdir yang sudah dituliskan Tuhan kepadaku."
...----------------...
Acara pernikahan Helena berlangsung sederhana namun terkesan sangat mewah.
Semua orang merasa bahagia terkecuali, Helena. Helena terus melihat ke arah gerbang rumah, dan berharap Alvino akan datang.
"Hiks hiks, kau jahat Alvino. Kau tidak datang untuk membawa ku pergi." Helena menangis di dalam toilet.
"Kak..."
Helena segera menghapus air mata dengan tisu, saat tahu bahwa adiknya, Lalisa datang.
"Lalisa tahu apa yang kakak harapkan, tapi lebih baik kakak mengikhlaskan apa yang tidak bisa kakak dapatkan, dan menerima takdir yang sudah ditakdirkan."
"Kamu itu bicara apa sih..." Pekik Helena sambil mencubit pipi Lalisa.
"Kakak..."
"Sudah, yuk balik ke depan."
Helena berjalan lebih dulu keluar dari kamar mandi, sementara Lalisa menatap Helena dengan tatapan kesedihan.
Setelah selesai acara, Ernesto langsung mengajak Helena untuk menempati rumah baru.
"Ernesto, kita baru saja menikah apakah ini tidak terlalu cepat, jika kamu mengajakku untuk tinggal di rumah baru?"
"Kenapa?"
"Tidak, hanya saja..." Helena tidak menyelesaikan kata-katanya, saat Ernesto semakin mendekati nya.
"Bukankah jika kita tinggal di rumah kita sendiri, kita akan leluasa melakukannya." Ucap Ernesto sambil mencium rambut Helena yang terurai panjang.
"Ernesto, aku..."
"Helena, aku sangat bahagia dan tidak menyangka bahwa hari dimana aku akan memilikimu benar-benar datang." Pekik Ernesto sambil menyentuh pipi Helena.
"Ernesto..."
"Ada apa? apa kamu sudah tidak sabar untuk melewati malam pertama kita?"
"Aku...."
Ernesto segera mengangkat tubuh Helena, dan membawa nya ke tempat tidur.
Dengan hati hati, Ernesto menjatuhkan tubuh dalam waktu tempat tidur.
"Ernesto, beri aku waktu." Pekik Helena saat Ernesto berusaha membuka pakaian Helena.
"Ada apa? bukankah kita sudah sah menjadi pasangan suami istri?"
Helena segera bangkit saat Ernesto semakin dalam menjelajahi dirinya.
"Ada apa?"
"Tidak ada, hanya berikan aku waktu."
Ernesto mencoba untuk menyentuh Helena, tapi Helena bergeser.
Ernesto tersenyum, keinginan untuk bersatu dengan wanita yang dia cintai sudah sangat besar. Ernesto terus mencoba mendekati Helena, dan Helena juga selalu menghindar.
"Argh.... apa salahnya aku, hingga kamu tidak ingin ku sentuh?" Teriak Ernesto yang langsung membuat Helena ketakutan.
"Maaf, maafkan aku. Bukankah aku meminta waktu kepadamu."
Ernesto memejamkan mata dan menghela nafas panjang, dia berusaha meredam amarahnya.
Ernesto mendekati Helena yang ketakutan dan membawa nya ke atas tempat tidur.
"Istirahatlah, maafkan aku." Ucap Ernesto sambil mencium kening Helena.
Malam itu, Helena tidak bisa tidur karena dia terkejut dengan sifat temperamental yang ditunjukkan Ernesto.
Pagi harinya...
Helena terbangun dan dia tidak melihat Ernesto.
Helena berjalan menuju kamar mandi, dan saat Helena keluar, dia melihat Ernesto tersenyum dan berjalan ke arah nya.
"Helena, aku mencintaimu"
Helena terdiam, dia memejamkan mata saat Ernesto memegang pipi nya.
Helena, kamu harus bisa. Cobalah untuk menerima kenyataan bahwa Ernesto adalah pasangan mu.
Helena terus memejamkan mata dan tepat saat bibir Ernesto hampir menyentuh bibirnya, bayangan Alvino tiba tiba melintas di pikiran nya.
"Ernesto, aku belum bisa."
Ernesto memejamkan mata dan memukul tembok.
"Ada apa?" Ketus Ernesto.
"Aku, aku..."
"Helena, katakan saja. Apa ada seseorang yang membuatmu tidak bisa membiarkan aku untuk menyentuhmu?"
"Maafkan aku Ernesto, karena sampai sekarang aku masih belum bisa menyingkirkan Alvino dari pikiranku."
Brak !!
Helena terkejut saat Ernesto membanting vas bunga ke lantai.
"Kau benar-benar menguji kesabaran ku."
"Ernesto, aku berjanji. Aku berjanji akan merubah sikap dan, aku akan berusaha menerimamu sebagai suamiku." Ucap Helena sambil memegangi lengan Ernesto dan menyandarkan kepalanya di sana.
"Benarkah?" Tanya Ernesto dan dibalas anggukan kepala Helena.
"Kalau begitu, layani aku sekarang."
Ernesto mendorong tubuh Helena, dan memaksa Helena untuk melayaninya.
"Ernesto, jangan."
"Ernesto."
Ernesto tidak bergeming. Kenyataan bahwa Helena masih mencintai pria sebelumnya, sudah membuat Ernesto marah.
"Katakan bahwa kau mencintaiku.."
"Aku mencintaimu Alvino."
Mendengar Helena menyebut nama Alvino, membuat Ernesto menghentikan aktivitasnya dan menarik Helena agar duduk.
"Helena, kau adalah istriku, tidak seharusnya kamu menyebut nama pria lain di hadapanku."
"Ernesto, aku..."
"Pergilah..."
"Ernesto."
"Pergilah, aku tidak sudi melihat mu."
"Ernesto..."
"PERGI !!"
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments