Helena menatap Alvino...
"Aku mencintaimu.." Lirih Helena sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Alvino.
Alvino hampir saja kehilangan kontrol dirinya, jika bayangan Husna tidak tiba tiba muncul dalam dirinya.
Alvino segera menjauh dari Helena dan membawa nampan itu keluar dari kamar.
"Istirahatlah, aku akan meminta izin kepada paman dan bibi dan bertanya apakah aku boleh tinggal di sini atau tidak."
Malam harinya, setelah berbicara dengan kedua orang tua Helena.
Alvino diizinkan untuk tinggal di sana tapi tidak tinggal satu rumah bersama dengan Helena. Alvino akan tidur di rumah pak Lurah.
Siang hari, Alvino akan datang dan membantu merawat Helena. Saat hari mulai gelap, Alvino akan ke rumah Pak lurah untuk beristirahat dan menelpon Husna untuk memberinya kabar.
Malam ini adalah malam ketiga Alvino berada di sana, dan seperti biasa setelah mengecek pekerjaan kantor melalui laptop yang selalu dia bawa. Alvino selalu menyempatkan diri untuk menelpon Husna.
"Husna, bisakah aku minta tolong kepadamu?"
"Insyallah, selama aku bisa aku akan membantu."
"Besok, minta tolong supir, untuk mengantar kamu ke rumah, aku lupa jika ada berkas penting untuk meeting besok yang tertinggal di ruang kerjaku."
"Hanya itu?"
"Ya, apakah kamu keberatan?"
"Tentu saja tidak, lagi pulang dalam 3 hari ini aku merasa sudah rindu rumah."
"Aku pikir kamu merindukan aku." Kekeh Alvino.
"Saat seorang istri merindukan rumah, itu terselip harapan agar suaminya bisa segera pulang agar sang istri bisa kembali berkumpul bersama dengan suaminya."
"Aku berjanji akan segera pulang begitu aku menyelesaikan pendidikanku." Ucap Alvino.
Setelah cukup lama berbincang-bincang, Alvino akhirnya mengakhiri panggilan itu dan meminta Husna untuk beristirahat.
Husna bercerita jika hari ini kesehatannya sedikit kurang baik.
Pagi harinya...
Rupanya Alvino sudah menelpon sang sopir, sehingga saat Husna baru saja akan mencarinya sopir itu langsung mengajak Husna untuk berangkat.
Husna memasuki rumah dengan hati-hati dan dia berdoa agar sang suami bisa segera menyelesaikan pendidikannya dan kembali berkumpul bersama dengan dirinya.
Husna mulai berjalan menaiki tangga, untuk menuju ruang kerja Alvino.
Husna mulai mencari dokumen dengan map biru dan juga map kuning seperti yang dikatakan Alvino sebelumnya.
"Ini dia.." ucap Husna saat dia berhasil menemukan berkas yang diinginkan oleh Alvin.
Saat Husna akan pergi dari meja kerja itu, tidak sengaja tangan yang lain menyenggol beberapa berkas yang ada di sana hingga berkas itu jatuh dan ada satu yang menarik perhatian Husna.
"Surat?"
Dengan ragu, Husna membaca surat itu dan air mata menetes membasahi pipinya.
Drrttt drrttt drrttt...
Belum selesai Husna membaca surat dari Lalisa yang ditujukan kepada Alvino, ponselnya berdering.
"Assalamualaikum Husna.."
"Walaikumsalam mas.."
"Husna, Bagaimana apakah kamu bisa menemukan berkas yang aku minta?"
"Ya, berkas itu sudah ada di tanganku sekarang."
"Baiklah, kalau begitu aku akan menyuruh sekretarisku untuk datang ke rumah dan mengambil berkas itu."
"Baiklah.."
"Husna, apakah kamu baik-baik saja? kenapa suaramu tidak terdengar baik?"
"Aku baik mas, mungkin karena aku masih belum terlalu fit sehingga suaraku jadi begini." ucap Husna sambil berusaha tersenyum.
"Husna, aku berjanji akan segera pulang. Jaga kesehatan mu dengan baik."
"Tentu mas."
Setelah telepon dimatikan, Husna kembali melanjutkan surat yang belum sempat selesai dia baca.
"Mas, bukankah kamu sudah berjanji untuk tidak menutup diri lagi. Kenapa, kamu menutupi ini dan berbohong tentang kepergian mu.."
Di tempat lain...
Alvino yang baru saja selesai menelpon sekertaris, langsung menutup laptop untuk menemui Helena.
Alvino memutuskan untuk memberitahu Helena, bahwa dia akan segera kembali mengingat keadaan Husna yang sakit membuat Alvino sangat khawatir.
"Alvino..." panggil mama Helena.
"Iya bibi?"
"Terima kasih karena kamu sudah mau datang dan melihat keadaan Helena."
"Sama sama bibi, di mana Helena bisakah aku menemuinya?"
"Tentu, pergilah dan lihat ke dalam. Bibi akan menyusul Paman untuk melakukan pekerjaan yang harus kami kerjakan.
Alvino tersenyum dan menunduk sebagai rasa hormatnya terhadap orang tua Helena.
Alvino masuk dan mengajak Helena untuk jalan jalan di rumah karena, Alvino takut kejadian saat dirinya hampir saja hilang kendali saat berdua dengan Helena kembali terjadi.
"Helena, semoga setelah ini kamu akan lebih kuat dalam menghadapi takdir yang terjadi padamu."
"Alvino, kenapa kamu berbicara seolah-olah kamu akan segera pergi dari sini."
"Helena, tidak baik bagi seorang lelaki yang sudah memiliki istri, berada di sisi wanita lain sementara istrinya sedang sakit."
"Alvino, aku yakin jika di sana banyak yang merawat Husna jika memang dia benar-benar sakit."
"Helena..."
"Alvino, aku meminta kamu untuk membawaku dan aku berjanji aku tidak akan menyakiti Husna, tapi kamu menolaknya."
"Sekarang, kamu mengatakan akan segera pergi sementara rinduku masih belum terobati sepenuhnya." ucap Helena sambil menyandarkan kepalanya di bahu Alvino.
"Helena..."
"Alvino, tolong untuk kali ini saja izinkan aku seperti ini agar rindu di dalam hatiku bisa terobati."
Alvino celana pas panjang sebelum akhirnya membiarkan Helena berada di bahunya.
Drrttt drrttt drrttt...
Alvino mengerutkan dahinya saat melihat nama yang tertera di ponselnya.
Alvino sedikit menjauh dari Helena dan mengangkat panggilan dari Husna.
"Assalamualaikum mas.."
"Walaikumsalam, Husna, ada apa?"
"Mas, jika kamu bisa membawa Helena untuk berada di tengah-tengah kita. Dan Helena bersedia untuk berada diantara kita, maka aku ikhlas. Daripada kamu harus seperti ini, meninggalkan aku dengan alasan pendidikan sementara kamu pergi menemui Helena."
"Husna, aku..."
"Aku sudah tahu mas, seberapa rapi kamu menyembunyikannya, jika Allah menghendaki aku tahu apa yang kamu sembunyikan maka Allah akan menunjukannya kepadaku dengan cara nya."
"Husna, maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk membohongimu."
"Aku tahu, tindakanmu ini atas dasar kemanusiaan. Tapi, tidak seharusnya kamu juga membohongiku. Bukankah seharusnya kamu mengatakan ini dan merundingkan hal ini kepadaku sehingga tidak akan ada dusta diantara kita." ucap Husna dengan suara khas orang menangis.
"Husna, jangan menangis. Aku mohon maafkan aku."
"Aku pikir, setelah Mas berjanji akan terbuka dan jujur tentang segala masalah yang Mas hadapi. Mas akan benar-benar mencintai Husna."
"Aku sungguh mencintaimu, Husna."
"Mas, Husna tahu bahwa cinta yang Mas miliki terhadap Husna adalah cinta karena tanggung jawab sebagai seorang suami. Husna menginginkan cinta tulus dari hati Mas, tapi kenyataannya cinta itu tidak pernah ada untuk Husna, karena cinta Mas masih tertuju pada Helena."
"Aku akan pulang, Husna..."
Helena yang sengaja sedikit mendekat agar bisa tahu dengan siapa Alvino berbicara, langsung menangis tak kalah dia mengetahui bahwa Alvino sedang berusaha untuk menenangkan hati istrinya.
"Jangan berjanji jika ternyata hati kamu masih belum menginginkan nya."
"Husna, aku..."
"Husna hanya menelepon untuk memberitahukan hal itu, jika Helena bersedia untuk berada diantara kita maka aku ikhlas."
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
𝐈𝐬𝐭𝐲
nyesek bgt bacanya 😭😭😭😭
2022-12-21
1
Arie
😭😭😭😭😭😭husna
2022-12-20
0