Stella mendekati Xander yang terlihat berbincang bersama beberapa orang. Pria itu hanya meliriknya sedikit dibalas senyum manis oleh Stella. Ia bingung harus berbuat apa karena ia tidak mengenal satu orang pun yang ada disana.
"Selamat malam hadirin sekalian, malam ini bukan malam yang biasa saja. Di acara pernikahan Tuan Johan dan mempelai, akan diadakan acara dansa bersama. Ayo let's go guys, cari pasangan dansa kalian" suara pembawa acara terdengar memecah riuhnya pesta.
Semua orang tampak langsung begitu sibuk berdansa dengan pasangannya masing-masing. Stella pun langsung menatap Xander, berharap pria itu akan mengajaknya berdansa.
"Xander, aku …" baru saja Stella ingin berucap terburu kepotong oleh suara wanita dibalik punggungnya. Stella tau jelas suara siapa itu.
"Joana? Kau disini?" ucap Xander langsung memusatkan pandangannya kepada Joana.
Joana tersenyum manis, ia berjalan dengan langkahnya yang mantap melewati Stella yang hanya bisa mematung.
"Ya, A surprise. Aku sengaja ingin bertemu denganmu" ucap Joana tersenyum sumringah, terlihat polos tanpa dosa. Padahal sifat aslinya begitu licik.
"Terima kasih, ini benar-benar kejutan" kata Xander balas tersenyum senang karena bertemu Joana, ia mencubit gemas pipi Joana.
Stella menahan hatinya yang panas dan sakit, ia tak rela Xander bersikap manis pada Joana.
"Aku rasa ini sudah cukup, sekarang Xander adalah suamiku, aku akan berdansa dengannya. Dan kau! Sebagai orang luar, tolong sadar diri" tukas Stella mengambil alih posisi Joana dengan berdiri tepat dihadapan Xander. Dengan mesra merangkulkan tangannya dileher Xander.
"Stella! Apa yang kau lakukan!" bentak Xander melepaskan tangan Stella dengan kasar.
"Aku hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Kau itu suamiku, jadi kau harus berdansa denganku!" Ucap Stella masa bodoh jika Xander ilfiel dengannya, ia hanya ingin menunjukkan kepada Joana bagaimana posisi wanita itu.
Joana tertawa kecil, ia dengan santainya menarik tangan Stella dari tubuh Xander. "Kau memang istrinya, tapi akulah wanita yang dicintainya" ucap Joana kini giliran mengambil alih posisi Stella dengan memeluk Xander.
"Sayang, ayo kita berdansa. Jangan pedulikan dia. Malam ini malam spesial kita" ucap Joana tersenyum menggoda kepada Xander.
"As you wish …" sahut Xander segera melingkarkan tangannya di pinggang ramping Joana.
Kedua makhluk tak tahu diri itu berdansa tepat dihadapan Stella. Sungguh pemandangan yang memuakkan dan tentunya sangat menyakitkan. Stella tak ingin gila karena memikirkan suami kejamnya itu.
Dengan langkah tergesa, Stella berjalan menuju bar yang tersedia di sudut ruangan. Mungkin dengan sedikit minum bisa melupakan rasa sakit hatinya.
Stella langsung saja mengambil satu gelas dan menegaknya habis. Rasa pahit langsung terasa di kerongkongannya, Stella mengernyitkan dahinya merasa minuman itu sangat aneh.
Stella tak kembali mengambil satu gelas, namun sebelum ia menegaknya tiba-tiba ada yang menahan tangannya. Stella langsung mendongak menatap siapa orang yang berani mencegahnya.
"Kak Niel?" ucap Stella mengerutkan dahinya melihat sosok Daniel ada disana.
"Sejak kapan kau suka minum? Ini tidak baik untuk tubuhmu" ujar Daniel mengambil minuman yang berada di tangan Stella.
"Tapi aku butuh itu Kak, biarkan aku meminumnya" ucap Stella kembali mengambil satu gelas minuman.
"Stella, aku tidak tahu apa masalahmu. Tapi kau harus tau kalau minum tidak akan menyelesaikan masalah" tukas Daniel membuat Stella terdiam.
Stella membenarkan perkataan Daniel, dengan minum memang tidak akan membuat hatinya lega, minuman hanya akan membuatnya lupa sejenak, bukan selamanya.
"Kakak kesini sama siapa?" tanya Stella.
"Sendiri, kau?" balas Daniel.
"Aku …" Stella melirik kearah Xander yang berdansa mesra dengan Joana, tapi ternyata pria itu sedang menatapnya. Stella tersenyum sinis lalu kembali menatap Daniel.
"Aku sendiri Kak, bagaimana kalau kita berdansa?" kata Stella memejamkan matanya sejenak, kepalanya pusing karena efek minuman tadi.
"Kenapa tidak? Ayo …" Daniel justru senang Stella mengajaknya berdansa. Kapan lagi kesempatan seperti ini akan datang padanya.
Daniel mengulurkan tangannya kepada Stella. "Nona Stella, maukah kau berdansa denganku?" ucap Daniel dengan tatapannya yang mempesona.
"Never mind," Stella menyambut uluran tangan Daniel dengan begitu anggun.
Daniel tersenyum kecil, ia segera merangkul tangannya ke pinggang Stella yang juga merangkul kan tangannya ke leher Daniel. Mereka turun ke lantai dansa yang posisinya sangat dekat dengan Xander.
Iringan musik violin mengalun lembut membuat tubuh keduanya bergerak mengikuti irama.
Daniel terus menatap wajah cantik Stella yang posisinya sangat dekat dengannya. Stella pun begitu, meski ia gugup harus berdekatan dengan Daniel, tapi Stella puas karena berhasil membalas perbuatan Xander.
"Tadi siang, kenapa kau tidak menjawab pesanku?" tanya Daniel ingat seharian ini dibuat uring-uringan karena Stella tak membalas pesannya, padahal ia sudah sangat berharap akan makan siang bersama wanita ini.
"Pesan? Kakak mengirimkan ku pesan?" tanya Stella lupa.
"Kau lupa janjimu padaku Nona?" tukas Daniel gemas sendiri melihat wajah Stella.
"Astaga Kakak! Maafkan aku, lain kali aku pasti akan mentraktir mu makan siang, hari ini aku tidak enak badan jadi aku tidak keluar rumah. Jangan marah ya, Kak" ucap Stella menepuk dahinya lembut, ia baru ingat kalau sudah menjanjikan makan siang untuk Daniel.
"Marah lah, aku seharian menunggu loh" kata Daniel memasang wajah pura-pura kesalnya.
"Kakak juga sih, kenapa tidak koordinasi dulu, aku kan bilang kalau aku akan menghubungi Kakak" kata Stella melakukan pembelaan.
"Jadi aku yang salah, hm?" Daniel yang sudah terlalu gemas dengan Stella menarik pinggang wanita itu semakin erat dan menatap teduh mata Stella.
"Kak …" Stella terkejut melihat bagaimana posisi mereka yang sangat dekat. Bahkan ia bisa merasakan hembusan nafas Daniel yang menerpa lembut wajahnya.
Xander tentu melihat jelas apa yang terjadi antara Stella dan Daniel. Wajahnya mengeras dan tak terima melihat bagaimana intimnya kedua orang itu. Apalagi ia bisa melihat Stella yang tersenyum manis kepada Daniel membuat darahnya mendidih dan tanpa sadar me re mas pinggang Joana dengan keras.
"Ah … Xander, ada apa?" ucap Joana meringis kesakitan.
Xander tak menggubris, ia terus menatap Stella dengan tatapan tajamnya. Joana mengikuti arah tatapan mata Xander, seketika saja ia mendengus kecil saat tau apa yang sedang dilihat Xander.
"Xander! Apa yang kau lihat?" sergah Joana menarik wajah Xander agar menatapnya.
"Ha? Bukan apa-apa" kata Xander memijat pangkal hidungnya seraya melepaskan dirinya dari Joana.
"Kau tidak cemburu kepada wanita itu 'kan?" tukas Joana langsung tau ekspresi yang berbeda dari wajah Xander.
"Apa yang kau katakan, mana mungkin aku cemburu padanya. Aku hanya kaget melihat dia bersama orang lain" kata Xander membantah, meski hatinya pun tak yakin kalau dia tidak cemburu.
"Kau kan tau sendiri bagaimana dia, pasti dia sedang melancarkan aksinya menggoda para pria" ucap Joana sengaja menjelek-jelekan Stella.
Happy Reading.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Alanna Th
lk" bodoh aza djadikn rebutan; udeh kasih aja k plcr itu n tinggalin mrk trjerumus makin dlm 😜😂🤣👍
2023-10-22
1
Eric ardy Yahya
cowok seperti Xander ini terlalu bodoh , soalnya dia gak tau saja kalau Joana ini orang yabg licik seperti ular
2023-10-01
2
Triiyyaazz Ajuach
sukurin kamu Xander gantian dibikin cemburu sama Stella
2023-08-06
1