Stella terbangun saat sinar matahari tampak sangat begitu menyilaukan. Sepertinya sudah sangat siang sekali, ia mendesis pelan merasakan nyeri yang luar biasa di pangkal pahanya. Kepalanya pun terasa sangat berat dan matanya sembab karena terus menangis.
Stella mencoba duduk meski tubuhnya terasa sangat sakit, ia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos. Air matanya kembali mengalir mengingat sikap kasar suaminya semalam.
Apa aku harus menyerah? Sampai kapan aku terus hidup seperti ini? Kenapa, Xander tidak bisa bersikap baik sedikit saja padaku? Apakah benar kalau aku hanya wanita pembawa sial dalam hidup Xander?
Stella memutuskan membersihkan dirinya, meski ia masih sakit, ia tak ingin mengabaikan tanggung jawabnya begitu saja. Dengan menahan nyeri di daerah sensitifnya, Stella melakukan semua pekerjaan rumah dan memasak untuk dirinya sendiri. Hari sudah cukup siang dan Stella merasa kalau Xander mungkin sudah berangkat ke Kantor.
Namun ia ternyata dugaannya salah, saat ia sedang menikmati sarapannya, Xander terlihat lewat dari ruang depan. Pria itu sepertinya baru saja kembali.
"Baru pulang?" Stella tak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya, ia menatap wajah Xander yang terlihat begitu bahagia. Selain itu ada sesuatu yang membuat hati Stella seperti dihantam oleh palu besar dan terasa begitu nyeri. Yaitu melihat tanda merah yang berada di leher Xander.
"Kau darimana?" meski Stella yakin kalau Xander baru saja menginap di tempat Joana, tapi ia mencoba menyangkalnya.
"Bertanyalah sesuai porsi mu," sergah Xander dengan begitu ketusnya. Ia sedikit mengernyit saat melihat wajah Stella yang pucat, apakah wanita itu sakit? pikirnya.
"Maaf ..." Stella menundukkan wajahnya, menahan tangis yang sebenarnya ingin pecah. Perih, saat membayangkan kalau suaminya telah bersama wanita lain.
"Ck, jangan merusak pagi ku. Kepala ku pusing, cepat buatkan aku kopi" perintah Xander lalu berjalan masuk kedalam kamarnya.
Setitik air mata langsung lolos begitu Xander pergi, Stella segera menghapusnya dan cepat-cepat membuatkan Xander kopi. Ia tak ingin memancing amarah pria itu dan akan menyiksanya kembali.
Setelah kopi untuk Xander siap, Stella mengantarnya ke kamar Xander. Pria itu tidak ada di kamar, sepertinya sedang mandi karena gemercik suara air terdengar dari kamar mandi. Stella meletakkan kopi untuk Xander di nakas, ia juga sempat merapikan sedikit ranjang yang tampak berantakan. Setelah itu, ia mengambil baju bekas Xander untuk dicuci, tapi lagi-lagi ia harus mendapatkan kenyataan yang menyakitkan, dimana ia bisa mencium bau parfum wanita di baju suaminya.
"Ya Tuhan, Xander benar-benar kejam, aku tidak terima jika suaminya bermain dengan wanita lain," batin Stella kembali menangis lirih.
"Sedang apa kau!" Xander berseru keras saat melihat Stella berada di kamarnya.
"Aku hanya mengantar kopi," ucap Stella mengusap air matanya cepat sebelum Xander melihatnya.
"Aku pergi dulu," ucap Stella lagi seraya berlalu pergi, ia tak jadi membawa baju Xander yang kotor.
Xander mengerutkan dahinya, ia terus menatap Stella sampai lenyap dari pandangannya. Tak biasanya wanita bersikap cuek padanya. Tapi apa pedulinya, bukankah itu hal bagus kalau Stella tak lagi mendekatinya.
****
Stella kembali ke kamarnya, ia menjatuhkan dirinya di kasur dan menangis sejadi-jadinya disana. Hati wanita mana yang tidak sakit melihat suaminya bersama wanita lain. Stella mungkin masih bisa menahan luka yang Xander berikan setiap saat, tapi untuk yang satu ini, ia tak bisa menerimanya.
Terdengar pintu kamarnya terbuka membuat Stella menghentikan tangisnya, ia mengusap air matanya cepat namun tak menoleh. Ia yakin kalau Xander yang datang ke kamarnya.
"Ada apa?" tanya Stella lirih tanpa menoleh kearah Xander.
"Di luar ada Mama," kata Xander datar saja, ia menatap punggung Stella yang seperti bergetar menahan tangisnya.
"Mama?" Stella mengerutkan dahinya, ia bangkit dan menatap dan menatap Xander dengan bingung.
Pada saat itulah Xander tau jika mata Stella sangat sembab, hidung wanita itu juga memerah pertanda baru saja menangis.
"Ya, Mamaku datang, cepat bersihkan wajahmu. Jangan buat seolah-olah kau tampak sangat menyedihkan di mata Mama, sungguh memuakkan" sergah Xander tak ingin Mamanya melihat kondisi Stella yang seperti ini.
Karena dalam hal ini, hanya kedua orang tuanya yang masih bersimpati kepada Stella, dan Xander tak ingin wanita licik ini memanfaatkan kondisinya untuk menarik simpati Mamanya.
Stella mengerti, ia segera ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Ia juga menambahkan sedikit bedak untuk menutupi matanya yang sembab. Setelah itu barulah ia menemui Ibu mertuanya.
"Nyonya Rita ..." ucap Stella memberikan senyum manisnya seraya bersalaman dengan ibu mertuanya.
"Loh, kok Nyonya sih, kamu kan sudah menjadi istrinya Xander, panggilnya harus sama seperti Xander dong Sayang ..." ucap Nyonya Rita mengelus lembut lengan menantunya.
"Tidak apa-apa Nyonya. Ehm ... maksudku Mama, ada apa kemari? Sudah sarapan belum?" ucap Stella sempat melirik Xander yang terlihat meliriknya tajam itu.
"Nah gitu dong, udah Mama udah sarapan," kata Nyonya Rita begitu senang saat Stella memanggilnya seperti itu. "Kamu pucet banget, apa kamu sakit, Nak?" tanya Nyonya Rita cemas melihat wajah pucat menantunya.
"Stella baik-baik saja, Ma. Mungkin hanya kurang tidur," ucap Stella mengulas senyum tipisnya.
Xander berdecih pelan melihat Stella yang menurutnya pintar berakting.
"Beneran kamu nggak apa-apa? Muka kamu pucet banget loh, apa jangan-jangan ..." Nyonya Rita menghentikan ucapannya, ia menatap anak dan menantunya bergantian.
"Jangan-jangan apa, Ma?" tanya Xander seraya menekuk wajahnya.
"Jangan-jangan Stella hamil," cetus Nyonya Rita dengan nada semangatnya namun membuat kedua orang itu terkejut.
Xander bahkan langsung memberikan tatapan tajamnya kepada Stella yang salah tingkah.
"Tidak Ma, Stella tidak hamil Kok. Stella hanya kecapekan," ucap Stella mengelak tuduhan itu, namun wajah Nyonya Rita yang tadinya bersemangat terlihat kecewa membuat Stella merasa bersalah.
"Tidak bukan berarti tidak bisa kan Ma, kami sedang mengusahakannya," kata Stella lagi membuat Xander melotot.
"Iya benar, kalian masih muda jadi harus lebih bersemangat. Mama sudah tidak sabar menunggu kalian memberikan cucu kepada Mama," ujar Nyonya Rita tersenyum senang, berbeda sekali dengan wajah kedua pasangan suami istri itu.
"Sudahlah, kenapa malah membahas hal yang tidak penting." Ucap Xander kesal sendiri jika Mamanya membahas anak.
"Tidak penting bagaimana? Anak itu sangat penting untuk menjadi pewaris keluarga kita nanti," cetus Nyonya Rita malah mengomeli anaknya.
"Jadi, ada apa Mama kemari?" tanya Xander mengalihkan pembicaraan itu ke hal lain.
"Oh, nanti malam Mama mau mengajak kalian hadir di acara pernikahan anak teman Mama. Kamu dateng ya, sama Stella juga," kata Nyonya Rita mengutarakan maksud kedatangannya.
Happy Reading.
Tbc.
Jangan lupa like dan komen ya guys ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
Mama mertua aja sayang ....kok kmu yg suami nya gk sayaang sihhh sander
2023-09-25
1
Muri
ayo thor buat stella menghilang biar xander tau rasa
2023-08-17
1
Len's Sky
bukankah mama xander sudah meninggal di tabrak lari oleh joana? atau aku uang salah baca di bab sebelumnya?
2023-08-09
2