Penyesalan Suami : Pernikahan Balas Dendam

Menghadiri Pesta.

Perjalanan menuju lokasi pesta itu terlihat sangat canggung dan kaku. Baik Xander maupun Stella tak ada yang berbicara sepatah katapun. Xander masih malu dengan apa yang baru saja dilakukannya. Sedangkan Stella juga bingung harus bersikap bagaimana.

Pesta yang akan dihadiri oleh mereka adalah pesta yang mewah namun juga tema santai, pesta ini diadakan hanya untuk merayakan hari bahagia kedua mempelai. Sedangkan untuk acara pernikahan resmi sendiri sudah dilaksanakan pagi tadi bersama keluarga dekat.

"Di dalam nanti jaga sikapmu, jangan buat aku menyesal karena sudah mengajakmu" ucap Xander ketika akan turun dari mobil, ia mewanti-wanti Stella dengan wajah seriusnya.

Stella hanya menjawab dengan anggukan tipis. Ia lalu turun mengikuti Xander yang berjalan terlebih dulu. Stella mengerutkan dahinya, kenapa malah berjalan sendiri? Bukankah itu justru akan terlihat aneh jika pasangan suami istri malah berjalan berjauhan.

"Xander tunggu … " panggil Stella mempercepat langsung merangkul lengan kekar suaminya.

"Kau!" seru Xander kaget dengan tingkah Stella itu. Ia langsung melepaskan tangan Stella tapi wanita itu menolak.

"Stella! Jaga sikapmu!" bentak Xander dengan suara tertahan.

"Maaf, tapi disini kita adalah sepasang suami-istri, jadi bukankah lebih baik kalau kita bergandengan. Akan menjadi perbincangan orang jika kau meninggalkanku," ucap Stella meski takut jika Xander marah, tapi ia hanya ingin menjaga nama baik suaminya.

Xander terdiam, ia membenarkan perkataan Stella tapi ia juga enggan jika harus bergandengan dengan wanita itu.

"Baiklah jika kau keberatan, aku akan masuk terlebih dulu, kau bisa bersikap tak mengenalku jika kita didalam, atau aku tunggu saja di mobil?" ucap Stella yang mengerti raut wajah keberatan dari Xander.

Stella mengulas senyum sedikit, ia berbalik untuk kembali ke mobil. Baru beberapa langkah berjalan tiba-tiba ia merasakan tangan kekar menyentuh pinggangnya membuat Stella mendongak.

"Xander …" Stella berucap tanpa suara.

"Kau mau kemana lagi? Sengaja ingin membuatku malu? Kau sudah datang bersamaku, sekarang ayo masuk!" sergah Xander dengan nada mengomelnya.

Xander langsung menggandeng mesra pinggang Stella dan mengajak wanita itu masuk. Stella hanya bisa terdiam dan sesekali menatap suaminya secara diam-diam. Dia pria yang sama dengan pria yang sudah memiliki hatinya beberapa tahun yang lalu.

"Apa kau tidak mengingatku?" batin Stella nyatanya tak bisa semudah itu untuk mengabaikan perasaannya kepada Xander.

Stella segera mengalihkan pandangannya ke depan dimana pesta pernikahan itu digelar. Ternyata sangat ramai dan diadakan diluar ruangan. Dimana ditengah-tengahnya ada sebuah kolam renang yang memang menjadi tema utama pesta ini.

"Wah, Tuan Xander. Senang sekali Anda datang ke pernikahan kami," sambut Johan sang pemilik pesta, sebelumnya ia memang sudah mengenal Xander tapi tidak terlalu dekat.

"Saya juga senang bisa datang di acara Anda Tuan Johan, selamat atas pernikahan Anda," ucap Xander tersenyum tipis.

"Terima kasih Tuan, semoga Anda dan pasangan cepat menyusul, kalian pasangan yang cocok" ucap Johan lagi mengangguk tipis kepada Stella.

"Ya benar, pasangan Anda sangat cantik sekali" puji sang mempelai wanita membuat Stella salah tingkah.

Xander hanya meringis, sedikit melirik Stella yang tersenyum canggung dengan wajah memerah. Tapi justru karena itu, wajah Stella semakin terlihat cantik.

"Terima kasih, kami permisi dulu" ucap Xander buru-buru mengajak Stella pergi dari sana.

"Xander, pelan-pelan" seru Stella kewalahan mengikuti langkah Xander yang sangat cepat itu.

Xander tak menyahut, ia menyeret Stella kearah ruangan yang lebih sepi lalu menghempaskan tangan Stella dengan kasar dan hampir saja membuat wanita itu terjatuh.

"Kau sengaja 'kan?" ucap Xander memerangkap tubuh Stella di tembok.

"Sengaja apa?" Stella sungguh tak mengerti kenapa Xander kembali marah untuk alasan yang tidak jelas.

"Sengaja ingin menggoda semua lelaki yang ada disini. Itu 'kan tujuanmu berdandan seperti ini?" tukas Xander kesal membayangkan bagaimana banyaknya pria yang tadi menatap Stella tanpa sembunyi-sembunyi.

Stella mengerutkan dahinya, semakin tak mengerti dengan ucapan suaminya. "Tujuan apa Xander? Aku berdandan seperti ini hanya karena tidak ingin membuatmu malu, sudah itu saja" jelas Stella.

Xander berdecak kesal. "Dengarkan aku! Jika kau berani tersenyum atau kecentilan kepada para lelaki itu, aku pasti akan membuatmu menyesal Stella!" ancam Xander memegang kedua lengan Stella dengan kuat, tatapan matanya sangat tajam menusuk ke hati Stella.

"Apa menurutmu aku bisa melakukannya?" ucap Stella lirih, apakah dimata Xander ia hanya bisa menggoda seorang pria? Bahkan dalam angan pun tak pernah terlintas pikiran itu.

"Kenapa tidak? Wanita sepertimu itu sudah sangat tertebak, sial sekali aku harus mengajakmu ke pesta ini. Awas saja kalau kau berani melanggar perintahku!" ujar Xander ketus dan dingin, tak perduli perkataannya akan menyakiti hati Stella atau tidak.

Stella menundukkan wajahnya, matanya mulai berkaca-kaca karena penghinaan suaminya. Tapi ia menahannya agar tidak menangis dihadapan Xander. Pria itu juga langsung pergi begitu saja meninggalkan Stella.

Stella menghela napasnya berkali-kali, ia lalu berjalan kembali menuju tempat acara di gelar. Tapi tiba-tiba langkahnya di hadang oleh seorang wanita yang sangat dikenalnya.

"Kakak!" seru Stella sedikit kaget melihat Joana ada disana.

"Oh, panggilan yang menyenangkan sekali Adik" ucap Joana tersenyum mengejek kearah Stella, ia sengaja menekan kata Adik membuat Stella kesal.

"Minggir! Aku tidak punya urusan denganmu" kata Stella malas jika harus meladeni wanita bermuka dua ini.

"Mau kemana buru-buru Adik. Kau ingin menyusul suami yang sudah menyakitimu itu?" ucap Joana menahan pundak Stella agar tidak pergi, rasanya ia ingin sekali bermain-main dengan Stella.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan Joana? Aku tau kalau kau yang sudah menjebak ku bersama Xander, lalu kenapa sekarang kau seolah begitu menginginkannya kembali? Kau sungguh menjijikkan" sergah Stella muak juga melihat kelakuan Kakaknya yang tidak tahu malu ini.

Melihat bagaimana sifat Joana yang tiba-tiba berubah 180% membuat Stella curiga kalau wanita itu pasti dalang dibalik penjebakan-nya waktu itu.

"Ya, sekarang kau tau bukan siapa aku Stella. Bukankah itu hal yang menguntungkan untukmu? Kau sudah mencintai Xander begitu lama, jadi aku memberimu kesempatan untuk dekat dengan dia. Tapi, sayang sekali Xander sepertinya masih begitu mencintaiku," ujar Joana kembali mengulas senyum penuh ejekannya kepada Stella.

"Kau memang licik. Jika kau tidak mencintainya kenapa kau melakukan ini semua? Kau sengaja ingin menghancurkan kami berdua?" sergah Stella mengepalkan tangannya begitu erat, terlalu emosi dengan gaya Joana yang memuakkan.

"Hold on, Hold on Stella, aku hanya ingin mengingatkan padamu kalau Xander itu memang hanya mencintaiku. Jadi jangan pernah bermimpi untuk menggapainya." Kata Joana dengan wajahnya yang angkuh.

"Tapi kau juga harus ingat Joana. Sekeras-kerasnya batu pasti akan berlubang jika terus tersiram air hujan. Begitupun cinta Xander padamu, sekuat apapun cinta itu, jika kau terus menumpuknya dengan kebohongan, maka dia akan hancur cepat atau lambat" kata Stella tersenyum smrik, tak ingin kalah begitu saja dari wanita licik seperti Joana.

"Kita lihat saja nanti. Oh ya, malam ini kita taruhan, dia akan tidur bersamaku, atau bersamamu?" kata Joana tak terpengaruh dengan ucapan Stella, ia justru sengaja mengatakan hal yang membuat hati Stella kembali nyeri.

Stella mengigit bibirnya, setitik air mata langsung lolos tanpa bisa dicegah. Napasnya sesak mengingat perkataan Joana, apakah ia akan kembali kalah?

Stella menggelengkan kepalanya, ia tak boleh kalah dari Joana. Wanita itu bukan siapa-siapa Xander lagi, jadi wanita itu sudah tidak berhak apapun kepada Xander. Ia yang lebih berhak dari wanita itu melebihi apapun.