"Stella, kamu datang kesini, Nak?"
Ibu Laras atau Ibu panti tersenyum senang menyambut kedatangan Stella. Ia langsung memeluk Stella yang selama ini sudah di anggapnya seperti putrinya sendiri.
"Maaf ya Bu, Stella baru sempet kesini, Ibu apa kabar?" ucap Stella membalas pelukan itu tak kalah eratnya. Mencium harum tubuh Ibu Laras yang entah kenapa selalu membuatnya tenang.
"Ibu baik, kamu gimana? Tuan Medison dan Nyonya Melisa pasti sangat senang bisa memiliki putri sepertimu," ucap IbuL Laras mengelus lembut rambut Stella.
Stella hanya tersenyum tipis mendengar perkataan itu. Mungkin dulu memang kedua orang tua angkatnya sangat menyayanginya. Namun, sekarang mereka berdua justru sangat membencinya, bahkan sudah tidak ingin mengenal seorang Stella.
"Baik Bu, Papa sama Mama juga sangat baik padaku," kata Stella tak ingin sampai Ibu Laras tau semua masalah yang terjadi.
"Syukurlah, mereka beberapa hari lalu datang kesini, Ibu kasihan saat mendengar kalau Joana tidak jadi menikah, padahal dia anak baik," ucap Ibu Laras kembali membuat Stella tersenyum miris.
Andai saja Ibu Laras tau kalau dia adalah penyebab kegagalan pernikahan Kakaknya, mungkin wanita itu juga akan marah padanya.
"Iya, Ibu tidak perlu memikirkannya. Sekarang hari ulang tahun Ibu. Jadi, hari ini hari spesial Ibu," ucap Stella tersenyum manis.
"Kamu masih inget aja," ucap Ibu Laras ikut tertular akan senyuman Stella.
"Inget dong, hari spesial Ibu, Stella selalu inget. Sekarang ayo ikut Stella. Stella punya kejutan," kata Stella menggandeng lengan Ibunya dengan manja.
Ibu panti tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. Tingkah manis Stella ini tidak pernah berubah sejak kecil. Stella memang menjadi anak yang sangat perhatian dan tulus padanya dibanding anak yang lainnya. Bahkan setelah Stella diangkat menjadi anak oleh keluarga kaya, tak sedikit pun Stella berubah, dia tetap menjadi Stella yang berhati lembut dan bermurah hati.
"Tara..... Selamat ulang tahun ibuku sayang, Stella do'akan Ibu panjang umur dan sehat selalu" Stella berseru riang saat menunjukkan kue ulang tahun yang di bawanya tadi.
"Terima kasih, Nak" ucap Ibu Laras tersenyum tulus pada Stella.
Stella mengangguk singkat. "Kita tiup lilin dulu yuk, anak-anak pasti udah enggak sabar dari tadi," kata Stella mengerlingkan matanya kepada adik-adiknya.
"Iya Kak, ayo potong kuenya sekarang,"
Anak-anak panti itu sangat antusias sekali merayakan ulang tahun Ibu panti. Stella pun ikut senang melihat keceriaan adik-adiknya di hari itu. Mereka anak-anak yang tidak pernah tau orang tua kandung mereka, entah apa yang membuat orang tua mereka harus membuang mereka. Apakah begitu sulit jika harus merawatnya?
Hal itu sering kali menjadi tanda tanya di hati Stella, kenapa dulu orang tuanya juga harus membuang dirinya. Apa salah Stella sampai harus di buang? Jika ada kesempatan, Stella sangat ingin bertemu orang tua kandungnya, meskipun itu hanya sekali dalam hidupnya.
"Stella, kamu enggak langsung pulang 'kan?" tanya Ibu Laras menghampiri Stella yang sedang menemani adik-adiknya belajar.
"Enggak, kenapa bu?" sahut Stella.
"Hari ini ada donatur tetap panti mau datang, kamu bantuin ibu masak ya," ucap Ibu Laras.
"Oh, baiklah" sahut Stella menyetujui saja, toh hari ini dia memang tidak punya pekerjaan apapun.
Keseharian Stella itu biasanya hanya akan mengajar di sebuah sekolah PAUD, karena memang itu pekerjaannya sejak dulu. Stella bukannya tidak ingin mencari pekerjaan lain, tapi dia memang senang mengajari anak-anak kecil untuk mengenal hal yang baru. Sekolah itu didirikan oleh Papa angkatnya untuk Stella, jadi sekolah itu sudah hak miliki Stella sendiri.
"Memangnya siapa Bu donaturnya? Pak Salman?" tanya Stella di sela-sela memasak.
"Bukan, Tuan Mahendra, dia sudah sering donasi disini dulu. Beberapa tahun terakhir, semua keluarganya pindah ke luar negeri, tapi beliau tetap selalu mengirimkan donasi untuk panti kita," ujar Ibu Laras menjelaskan.
Stella mengangguk, Panti Asuhan tempatnya ini memang sering mendapatkan donasi dari pengusaha-pengusaha besar. Mereka percaya kalau uang yang mereka sumbangkan itu akan amanah di tangan Ibu Panti. Karena memang pada dasarnya, ibu panti menggunakan uang itu untuk keperluan anak-anak dan juga membayar beberapa pekerja yang ditugaskan untuk membantunya disana.
"Bu, tamunya sudah datang," ucap Mella salah satu orang yang membantu Ibu di Panti Asuhan.
"Oh sudah datang ya? Stella, ayo sambut mereka sama Ibu," ucap Ibu Laras pada Stella.
Stella menurut, ia mengikuti Ibu Laras untuk menyambut sang donatur. Sepertinya orang ini sangat penting hingga membuat Ibu Laras tampak sangat antusias menyambutnya.
Seorang pria dan wanita paruh baya tampak berjalan dengan langkahnya yang mantap. Di sisi kedua orang itu ada seorang pria muda yang memiliki postur tinggi tegap.
"Selamat datang Tuan Mahendra, Nyonya," ucap Ibu Laras tersenyum seraya memberikan salamnya.
"Terima kasih sudah menyambut kami Laras," ucap Radha istri Tuan Mahendra.
"Tidak apa Nyonya, mari silahkan masuk," ucap Ibu Laras mengajak semua tamunya masuk.
Saat itulah mereka melihat kehadiran Stella yang berdiri tidak jauh dari Ibu Laras.
"Siapa wanita cantik ini? Aku tidak pernah melihatnya, Laras?" tanya Nyonya Radha menatap Stella.
"Saya Stella Nyonya, selamat datang di Panti Asuhan kami. Saya ucapkan terima kasih karena mempercayakan amanahnya kepada kami," ucap Stella mengangguk sebagai sapaan darinya.
"Stella?" Pria muda yang datang bersama Tuan Mahendra itu terlihat terkejut saat mendengar nama Stella.
"Iya benar, Tuan" ucap Stella sedikit bingung sebenarnya.
"Kau benar-benar Stella?" tanya pria itu lagi menatap Stella dari atas sampai bawah. Stella pun semakin menekuk wajahnya karena hal itu.
"Ada apa Daniel? Apa kau mengenal Stella?" tanya Nyonya Radha heran melihat ekspresi tak biasa dari putranya.
"Oh tidak Ma, aku hanya familiar dengan nama itu," ucap Daniel tersenyum sedikit kepada Mamanya.
"Mama kira kamu udah kenal Stella," gumam Ibu Radha.
Daniel tidak menyahut, tapi diam-diam ia menatap Stella dengan pandangan yang sulit di artikan. Bahkan selama Daniel disana, ia terus memperhatikan gerak-gerik Stella yang terlihat begitu sibuk mempersiapkan makanan untuk keluarganya.
"Wah, kenapa harus repot seperti ini Laras," ucap Nyonya Radha tak enak saat melihat banyaknya makanan yang di sajikan untuk mereka.
"Iya Laras, seharusnya kau tidak perlu seperti ini. Kedatangan kita ini hanya sekedar menyambung silaturahmi yang sempat terputus," ucap Tuan Mahendra.
"Tidak repot sama sekali Tuan, Nyonya. Tadi saya juga di bantu oleh Stella dan yang lain," ucap Ibu Laras.
"Nak Stella tinggal disini?" tanya Nyonya Radha.
"Tidak Nyonya, saya tidak tinggal disini" sahut Stella seadanya.
"Oh, apa sudah menikah?" tanya Nyonya Radha lagi.
Happy Reading.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Muri
mudahan itu keluarga stella biar tau rasa suami yg kejam itu
2023-08-17
2
Triiyyaazz Ajuach
knp Daniel shock gitu ya apa kenal dgn Stella
2023-08-06
1
epifania rendo
belum aja jawabnya
2023-07-21
1