"Xander stop! Apa salahku? Ampuni aku Xander ..." ucap Stella menangis sesenggukan seraya terus berusaha menghalau tangan Xander yang terus berusaha membuka bajunya.
"Kau ingin tau salahmu? Salahmu adalah kau hidup! Kenapa kau harus hadir dalam hidupku! Kau wanita pembawa sial! Murahan," bentak Xander begitu emosi sekali rasanya.
"Maafkan aku ..."
"Apa kau pikir maaf darimu itu bisa mengembalikan semua yang sudah kau renggut dariku? Tidak Stella, tidak akan bisa! Selama ini aku pikir menghukum mu bisa membuatmu berubah, tapi sekalinya murahan, akan tetap menjadi wanita murahan!" entah apa yang membuat Xander begitu emosi sekali hari ini, ia membuka bajunya dan melemparkannya sembarangan.
"Kau suka sekali tubuhmu ini di sentuh pria lain kan? Kenapa kau tidak mengatakannya langsung padaku? Apa yang aku berikan tidak cukup memuaskan mu sampai kau harus membiarkan pria lain menyentuhmu?" bentak Xander seperti orang kesetanan, ia membuka baju Stella dengan kasar.
"Xander, sakit ..." rintih Stella.
"Ini hukuman karena kau membiarkan tubuhmu di sentuh pria lain. Aku harus membersihkan bekas pria itu, menjijikan!" Xander terus menyirami Stella dengan air dan menggosok tangan dan bagian tubuh Stella yang lain.
Tadi saat ia bekerja, ada seseorang yang mengirimkan sebuah foto, dimana Stella sedang berbincang dengan seorang pria dan keduanya tampak sangat akrab. Hal itu tentu saja membuatnya sangat emosi. Ia benci saat ada pria yang menyentuh Stella, meski itu hanya sekedar berpegangan tangan atau yang lainnya.
Dia tidak cemburu, dia hanya tak suka barang miliknya disentuh orang lain. Baginya Stella hanya mainan yang bisa dia pakai dan akan dia buang setelah ia bosan.
"Ampun ... sakit Xander ..." rasanya suaranya hampir habis karena terus menangis, Xander menggosok tubuhnya dengan keras dan tubuhnya sudah menggigil hebat karena rasa dingin yang mendera.
Xander tak menghiraukan rintihan Stella, ia malah menarik tangan wanita itu hingga berdiri dan tanpa perasaan menyeret wanita itu masuk kembali ke kamar dan memaksa wanita itu untuk melayaninya.
"Xander, aku sakit ... aku mohon jangan lakukan itu," ucap Stella menahan Xander saat akan menyentuhnya.
"Diam! Bukankah ini yang kau inginkan? Aku akan memberimu semuanya. Kau cukup menikmati, aku sangat ahli dalam hal ini," ucap Xander tak memperdulikan penolakan Stella, ia segera mendorong wanita itu hingga membelakanginya dan melakukan penyatuan tanpa pemanasan.
"Argh ... sakit Xander ... " teriakan Stella menggema di dalam kamar itu. Dalam posisi seperti ini, milik Xander terasa penuh dan membuat ia merasakan nyeri yang luar biasa.
Pria itu benar-benar tidak punya perasaan, meski Stella menangis dan memohon ampun, Xander tak menghiraukannya, ia malah menikmati sekali percintaannya dengan Stella. Apalagi milik Stella yang masih sangat sempit membuat dirinya sangat terpuaskan.
"Argh, kenapa kau enak sekali, " Xander mengeram seraya mengendus leher Stella, ia juga tak segan mengigit pundak Stella hingga meninggalkan bekas keunguan.
"Xander, hentikan, sakit... " Stella rasanya sudah sangat lelah meminta pria itu menghentikan perlakuan kasarnya.
Xander tak menghiraukan ucapan Stella, ia sibuk mengejar kepuasannya dengan mencengkram kedua pinggang Stella. Sesekali ia me re mas bokong Stella, hingga gerakannya mulai tak terkendali dan ia menyentak-nyentak tubuhnya setelah mendapatkan pelepasannya.
"Aku mencintaimu, Joana ... " Xander memeluk Stella dari belakang seraya menikmati sisa-sisa pelepasannya.
Stella rasanya ingin menjerit keras saat Xander menyebut nama wanita lain. Aku Stella, bukan Joana, batin Stella menangis nyeri.
Xander melepaskan Stella saat wanita itu sudah lemas, Stella pikir Xander sudah puas, namun nyatanya ia salah. Xander kembali mengajaknya bercinta dengan gaya lain. Stella yang sudah sakit dan lemas, langsung pingsan sebelum pria itu menyelesaikan semuanya.
****
Xander menghisap rokoknya dalam-dalam, sesekali ia meminum alkohol yang berada disampingnya. Ia melihat pemandangan malam dari balkon kamarnya. Semilir angin tampak menerpa lembut di kulitnya.
Setelah menghukum Stella hari ini, entah kenapa ia merasa sedikit menyesal. Apakah dia keterlaluan memperlakukan Stella seperti ini? Tapi bukankah ini sebanding dengan perbuatan Stella yang sudah merenggut semua kebahagiannya?.
Xander menggelengkan kepalanya, kenapa dia harus menyesal. Wanita itu memang pantas mendapatkan hukuman itu. Xander hanya heran kenapa dia bisa begitu marah melihat Stella berdekatan dengan pria lain. Sepertinya ada yang aneh dalam hatinya.
Daripada terus memikirkan Stella, Xander lebih memilih keluar untuk mencari hal yang membuat hatinya tenang. Kemana lagi kalau bukan menemui pemilik hatinya, yaitu Joana.
Biasanya di jam seperti ini, Joana masih berada di perusahaan Entertainment tempatnya bekerja. Ya benar, Joana memang bekerja sebagai seorang model. Xander memarkirkan mobilnya tak jauh dari perusahaan itu, ia hanya ingin melihat Joana dari jauh karena ia tak akan sanggup jika harus bertemu dengan wanita itu.
"Joana ..." gumam Xander tersenyum tipis saat melihat sosok yang ditunggunya keluar dari Kantor. Hanya dengan begini saja hatinya sudah tenang. Namun Xander mengerutkan dahinya saat ada sosok pria yang bersama Joana, siapa pria itu pikirnya.
Joana tersenyum manis kepada pria yang sudah menunggunya itu. "Marvin, kau sudah disini?" ucap Joana tak menyembunyikan nada senang di dalam nada bicaranya.
"Ya, bukankah kau ingin aku jemput, Babe" ucap Marvin meraih pinggang Joana dengan mesra.
Joana sedikit kaget, ia menatap wajah Marvin sejenak, lalu kembali mengulas senyum manisnya.
"Aku merindukanmu," bisik Joana dengan tatapan menggodanya.
"Jangan memasang wajah seperti itu, Babe. Kau semakin membuatku tak sabar," ucap Marvin balas menatap Joana dengan tatapan tajamnya.
"Hahaha, kau memang selalu tidak sabar," ucap Joana tertawa kecil.
Marvin balas tertawa, ia lalu mengajak Joana untuk masuk kedalam mobilnya dan meninggalkan tempat itu. Semua hal yang terjadi, tentunya dilihat jelas oleh Xander, ia bingung dan juga kesal karena Joana terlihat begitu intim dengan pria itu.
Melihat mobil mereka yang pergi, Xander pun segera menancap pedal gasnya dan mengikuti mereka. Rasa cemburu dalam diri Xander membuat ia mengendarai mobilnya dengan cepat, tapi saat di perempatan lampu merah Xander malah kehilangan jejak mereka.
"Sialan!"
Happy Reading.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
guntur 1609
biadab kau xander
2025-03-13
0
Alanna Th
naah, itu keadilan; pengkhianat kena dkhianati 😂🤣🤣🤣👍
2023-10-22
0
himawatidewi satyawira
sedikit????biadab
2023-10-19
0