Keesokan paginya, Xander terbangun saat matahari sudah meninggi. Ia melirik sekelilingnya yang masih sangat berantakan, botol-botol bekas minuman Alkohol berserakan dilantai. Ya semalam dia baru saja minum untuk menghilangkan rasa sakit hatinya karena gagal menikah dengan wanita yang dicintainya.
Xander sudah mencoba menghubungi Joana untuk menjelaskan semuanya, namun wanita itu sama sekali tak ingin mengangkat panggilannya. Untuk menemui wanita itu pun Xander masih ragu karena semua yang dilihat pada pagi itu sudah menjelaskan semuanya. Harusnya kemarin itu menjadi hari bahagianya, tapi semuanya hancur hanya gara-gara...
"Stella...." gumam Xander kembali di kuasai emosi jika mengingat wanita itu.
Xander langsung keluar dari kamarnya untuk memberikan kepada wanita licik yang sudah membuat hidupnya sial itu. Xander lalu ingat tentang satu hal, ia mengambil ponselnya untuk menghubungi Asistennya.
"Halo Luke, belikan aku pil kontrasepsi, antar ke Apartemenku sekarang juga!" perintah Xander tegas.
Ia langsung mematikan sambungan telepon itu. Wajah Xander benar-benar tak tertebak sama sekali. Selama hidupnya, Xander itu jarang mencari masalah, namun jika ada yang berani mengusiknya, maka akan Xander pastikan kalau dia pasti hancur.
Tak sampai satu jam, Assisten Xander sudah datang membawakan apa yang dia minta. Xander tersenyum licik melihat pil kontrasepsi itu, segera ia membawanya masuk kedalam kamar Stella.
Dilihatnya, Stella masih terlelap dalam tidurnya tanpa terusik dengan kedatangan Xander. Ia menatap Lekat wajah Stella yang terlihat sangat cantik saat tidur seperti ini. Pandangan Xander lalu menyusuri tubuh Stella yang tertutup selembar selimut. Tanpa sadar darahnya berdesir mengingat percintaan panasnya semalam.
Xander menggelengkan kepalanya untuk mengusir pemikiran gilanya itu. Tanpa banyak basa-basi, Xander menyiramkan air yang dibawanya ke wajah Stella hingga wanita itu gelagapan dan terbangun seketika.
"Argh......" Stella berteriak kaget hingga terduduk, ia menatap Xander yang menatapnya tajam.
"Xander..." ucap Stella memegang erat selimutnya, melihat pria ini rasa trauma akan hal semalam langsung melintas dalam pikirannya. Tubuhnya bahkan masih sangat nyeri semua karena perlakuan kasar pria itu.
"Minum ini!" kata Xander melemparkan pil kontrasepsi itu kepada Stella.
Stella menatap benda itu dengan kaget, ia menatap Xander tak percaya. Sebegitu bencikah Xander kepada dirinya.
"Aku tidak mau" kata Stella menolak, meski pernikahan mereka hanya dilandasi dengan dendam, tapi Stella tak ingin mencegah seorang anak yang merupakan anugerah dari Tuhan.
"Jangan memancing emosiku! Minum sekarang juga!" bentak Xander dengan suaranya yang keras.
Stella masih dengan pendiriannya, dia tak ingin meminum pil kontrasepsi itu membuat Xander sangat geram, dengan kasar ia mengambil pil itu lalu memegang dagu Stella dengan kasar.
"Kau harus meminumnya! Aku tidak sudi jika harus punya anak dari wanita licik sepertimu!" ucap Xander langsung mencekoki Stella dengan pil kontrasepsi itu.
Awalnya Stella masih mampu mempertahankan dirinya, namun karena badannya yang sakit, ia mulai melemah hingga menyerah dan menelan pil itu.
Xander tersenyum puas saat usahanya berhasil. Ia masih mencengkram dagu Stella dengan kuat.
"Teruslah menangis Stella, semakin kau menangis, semakin puas aku melihatmu menderita!" ucap Xander menghempaskan wajah Stella dengan kasar.
Stella kembali menangis meratapi nasibnya yang sangat menyedihkan. Kenapa Xander begitu tega menghina dirinya seperti ini? Apakah pria itu tidak tau kalau dia sama terlukanya karena masalah ini.
Stella mengusap air matanya pelan, saat ini bukan saatnya ia menangis meratapi nasib, ia harus belajar menerima takdir yang digariskan Tuhan padanya. Dan hal pertama yang Stella harus lakukan adalah berdamai dengan takdir, dia harus menerima kalau saat ini dia adalah seorang istri dari pria yang bernama Xander.
Stella berharap, dengan seiringnya waktu nanti, Xander akan bisa memaafkannya.
*****
Stella sudah sangat sibuk di dapurnya, padahal hari masih pagi tapi ia sudah membuat banyak masakan. Ya, sudah dua bulan ini Stella memang sering membuat masakan untuk dia dan suaminya. Stella tidak perduli Xander mau memakannya atau tidak, yang jelas dia mencoba berbakti kepada suaminya.
Mungkin banyak yang mengatakan kalau Stella bodoh karena mau saja direndahkan oleh Xander. Tapi Stella tidak berpikir seperti itu, dia hanya ingin menghargai hubungan mereka yang dibangun di depan Tuhan.
"STELLA!" Teriakan dari Xander terdengar membuat Stella kaget.
Stella cepat-cepat mematikan kompornya, dan menata masakannya ke meja makan. Tapi urung tatkala Xander sudah lebih dulu sampai di pintu dapur.
"Xander, kau sudah bangun? Ayo sarapan, aku sudah membuatkanmu sarapan" ucap Stella mengulas senyum manisnya, berharap suaminya ini akan sedikit luluh dengan senyum itu.
"Aku tidak butuh ini!" Xander justru membentak dan menepis masakan itu dengan kasar hingga jatuh ke lantai.
Stella menatap makanan yang susah payah dibuatnya menjadi hancur.
"Kenapa kau harus membuangnya? Apa kau tidak bisa menghargai ku sedikit saja?" kata Stella menatap Xander dengan pandangan penuh luka. Apa Xander tidak tau jika dia harus bangun pagi-pagi untuk membuat makanan ini, bahkan ia rela tangannya yang mulus terkana cipratan minyak panas hanya untuk membuatkan pria ini sarapan.
"Kau meminta dihargai? Memangnya berapa hargamu? Katakan!" kata Xander menarik tangan Stella dengan keras lalu menghempaskan wanita itu hingga tak sengaja kepala Stella mengenai kitchen set disana dan berdarah.
"Kenapa Xander? Kenapa kau terus membenciku? Apakah memang tidak ada kata maaf di hatimu untukku sedikit saja?" kata Stella menangis lirih, luka di kepalanya tidak begitu terasa, namun hatinya lebih sakit dari luka itu.
"Aku tidak akan pernah berhenti membencimu, sebelum air matamu habis!" kata Xander menatap Stella tajam, tak terpengaruh dengan luka yang dialami wanita itu sama sekali.
"Maka bencilah aku sekuat yang kau mau, aku akan menerima setiap luka yang kau berikan" kata Stella menantang tatapan mata Xander dengan tatapan lembut.
Xander mengepalkan tangannya, dia benci jika Stella bisa membalas perkataannya, dia juga sangat benci dengan tatapan mata Stella yang membuat hatinya terusik.
"Kau memang wanita tidak tau diri!" ucap Xander kembali menarik Stella hingga berdiri lalu dengan cepat me lu mat bibir tipis Stella.
Stella berontak, ia tak ingin Xander kembali menyentuhnya dengan keadaan marah seperti ini. Tapi apa yang bisa dilakukannya? Tubuhnya sangat mungil untuk mengimbangi perlakuan Xander yang begitu buasnya.
Pria itu selalu saja seperti ini, selalu bersikap seenaknya dan menganggap Stella wanita sampah yang bisa dimainkannya. Xander bahkan selalu meninggalkan uang setelah mereka melakukan percintaan yang panas, pria itu benar-benar membuat Stella seperti wanita rendahan yang tidak dihargai. Tak lupa, Xander yang selalu mencekoki Stella dengan pil kontrasepsi agar wanita itu tidak hamil.
"Ya Tuhan, sampai kapan penderitaan ini berakhir?" batin Stella menangis lirih seraya bersimpuh di dapur setelah Xander menggempur dirinya habis-habisan.
Happy Reading.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Tara
karma datang pada akhirnya.. 🙏🤔
2023-10-24
0
Alanna Th
kumpulin uang itu, stella; bwt bekal suatu hari saat tiba hari kebebasanmu
2023-10-21
0
Zahraa
bikin xander nyesel senyesel²nya thor
2023-10-13
1