Terdengar suara wanita dan lelaki saling melempar godaan, sesekali tawa keduanya terdengar mengusik kesenyapan malam. Beberapa kali terdengar juga kedua orang itu menabrak barang yang ada dan terus saling menggoda.
Sang pria tampak terus menekan tubuh wanita ke salah satu tembok, ia juga menciumi leher jenjang wanita hingga membuat wanita itu kegelian. Kini keduanya masuk kedalam ruang tengah yang masih begitu gelap.
"Ughh ..." de sa han wanita itu terdengar begitu mendayu. "Jangan disini, kita ke kamar saja," ucapnya menahan tangan sang pria yang akan membuka bajunya.
Tiba-tiba lampu ruangan itu menyala terang membuat keduanya kaget. Joana langsung tau jika ada sosok orang lain yang berada di Apartemennya membuat ia secara reflek mendorong tubuh Marvin menjauh. Kepanikan tampak menghiasi wajahnya saat melihat Xander yang duduk dengan auranya yang mencekam.
"Xander, kau disini?" ucap Joana meski terkejut setengah mati, tapi ia mencoba sebisa mungkin agar tak terlihat panik.
Xander menatap kedua orang itu dengan sangat tajam, terutama kepada Marvin yang juga sama kagetnya dengan Joana. Dengan langkah lebar, Xander langsung menghampiri Marvin dan memukul pria itu tanpa aba-aba.
"Xander!" jerit Joana kaget melihat tubuh Marvin yang langsung terhuyung kebelakang akibat pukulan telak itu.
"Brengsek! Beraninya kau menyentuh wanitaku!" teriak Xander menarik kerah kemeja Marvin dan bersiap menghajarnya lagi.
"Xander! Berhenti, kamu salah paham!" teriak Joana menahan tubuh Xander yang bersiap menghajar Marvin.
"Minggir! Kau juga wanita tidak tahu diri, berani-beraninya kau membawa pria lain ke Apartemenku!" ucap Xander menatap Joana penuh amarahnya yang tak disembunyikan.
"Tidak, ini tidak seperti yang kamu lihat Xander, aku bisa jelaskan," kata Joana meraih tangan Xander tapi pria itu menepisnya dengan kasar.
"Aku tidak butuh penjelasan mu! Semaunya sudah jelas, biarkan aku membunuh pria ini!" kata Xander masih diliputi kecemburuan dan amarah.
"Berhenti! Aku tidak akan membiarkan kau menyentuhnya!" kata Joana menghalangi tubuh Marvin dari amukan Xander. Ia kini menatap Xander dengan tatapan sama tajamnya. Marvin pun segera lari dari sana sebelum Xander benar-benar mengamuk.
"Apa maumu? Apa sekarang kau sudah mencintai pria ini?" ucap Xander mengepalkan tangannya erat.
"Kalau iya kau mau apa? Bukankah sama saja denganmu Xander! Kau juga memiliki hubungan dengan wanita lain," kata Joana memasang wajahnya yang menantang, ia harus membuat dirinya yang menjadi korban disini.
"Tapi bukan berarti kau bisa melakukannya juga!" kata Xander menahan giginya yang gemeletuk.
"Kenapa tidak bisa? Kau itu egois Xander, kau tidak tau bagaimana sakitnya aku saat melihat kau dan Stella menikah. Sakit, hatiku sakit melihat itu semua," kata Joana mengeluarkan air mata buayanya. Ia yakin kalau sebentar lagi Xander pasti akan luluh, terbukti saat ini wajah pria itu mulai mengendur.
"Maafkan aku," ucap Xander benar-benar tak bisa melihat Joana menangis seperti ini.
"Semudah itu kau minta maaf Xander? Taukah kau bagaimana rasanya melihat pria yang aku cintai menikah dengan adikku sendiri? Sangat sakit, hingga aku rasanya tak bisa hidup lagi Xander. Aku mencintaimu ..." ucap Joana langsung menghambur memeluk Xander, tangisnya semakin pecah membuat Xander mengelus lembut rambut Joana.
"Aku minta maaf, aku pasti akan meninggalkannya nanti," ucap Xander merasa sangat bersalah membuat wanitanya menangis seperti ini.
Joana tersenyum tipis dalam pelukan Xander, ia mengurai pelukannya dan menatap pria itu sendu.
"Kau yakin akan meninggalkannya?" tanya Joana sebenarnya tak ingin kembali lagi kepada Xander, tapi saat ini ia masih membutuhkan pria ini juga.
Xander hanya mengangguk singkat, dalam hatinya ia merasa ragu akan meninggalkan Stella. Entah apa yang membuat Xander rasanya tak rela jika harus melepaskan wanita itu begitu saja.
"Terima kasih, aku mencintaimu ..." ucap Joana mencium bibir Xander dengan lembut.
"Aku juga mencintaimu ..." ucap Xander membalas ciuman itu tak kalah lembutnya.
Joana pun semakin berani membuka mulutnya dan memperdalam ciumannya. Tangannya mengelus lembut dada bidang Xander dan mencari-cari kancing kemeja pria itu. Dulu saat mereka berpacaran, Xander paling suka jika dirinya sangat agresif, dan Joana saat ini ingin membuat pria itu mengingat bagaimana hebatnya dia dulu.
Xander membalas ciuman Joana tak kalah ganasnya, tapi lagi-lagi ia merasa aneh. Ia merasa ciuman itu terasa biasa saja dan hambar. Berbeda saat ia berciuman dengan Stella yang membuat gairahnya langsung naik. Kini meski Joana sudah memberinya sentuhan yang menggoda, tetap saja bagian dirinya tidak bereaksi.
Xander melepaskan ciumannya sejenak, menatap Joana yang sudah sangat bergairah itu.
"Ini sudah sangat malam, sebaiknya kau beristirahat," ucap Xander tersenyum lembut kepada Joana.
"Kenapa? Kau tidak menginginkan ku?" tanya Joana merasa Xander menolaknya secara halus. Padahal dulu pria itu mana tahan jika dia sudah seperti ini.
"Tidak, aku hanya tidak ingin kau kelelahan. Aku juga harus pulang, besok ada rapat penting," kata Xander memberikan alasan yang masuk akal. Ia harus mencari tau kenapa dia bisa seperti ini.
Joana tersenyum kecut. "Hanya dalam waktu dua bulan, Stella sudah berhasil menguasai mu. Baiklah, kau boleh pergi, mungkin Stella bisa memberikan yang lebih dari yang aku berikan padamu," kata Joana melepaskan dirinya dari Xander lalu berjalan menjauh.
Xander mengusap wajahnya kasar, lagi-lagi ia merasa bersalah karena sudah membuat Joana seperti ini. Xander segera mengejar Joana yang sudah masuk ke kamarnya itu.
"Joana, dengarkan aku dulu. Aku tidak pernah berpikir seperti itu," kata Xander memegang tangan Joana.
"Tapi kenyataanya seperti itu Xander, sudah tidak perlu merasa bersalah. Mungkin memang aku yang harus sadar diri, kau sudah bosan denganku 'kan?" kata Joana memasang wajahnya yang sedih.
Xander menghela napasnya, ia meraih wanita itu hingga menghadapnya. "Itu semua tidak benar, aku masih mencintaimu dan akan selamanya seperti itu. Percayalah padaku," kata Xander dengan tatapan meyakinkan.
"Baiklah, tapi aku ingin kau menginap disini. Apa kau tidak merindukanku?" kata Joana manja.
"Aku selalu merindukanmu," bisik Xander merengkuh pinggang Joana lalu me lu mat bibirnya dengan ganas.
Joana tersenyum kecil karena berhasil membohongi Xander hingga mau memaafkannya. Dalam hatinya ia tertawa melihat bagaimana bodohnya Xander yang dengan mudah percaya dengannya. Rasanya Joana semakin tak rela jika harus melepaskan pria itu secara cuma-cuma.
"Ah ... shittt!!" suara de sahan Xander terdengar memecah kesunyian malam itu. Ia menatap Joana yang sedang asyik memuja bagian dirinya. Jangan ditanya kemampuan Joana dalam hal seperti ini.
Xander segera menarik tangan wanita itu merasa dirinya tak cukup jika seperti ini. Dengan cepat Xander merebahkan wanita itu di kasur dan melepas adrenalin bersama. Semalaman penuh keduanya terus bergumul mesra. De sa han dan pekikan terus lolos dari mulut keduanya menggambarkan bagaimana panasnya percintaan mereka.
Happy Reading.
Tbc.
Jangan lupa tinggalkan like dan komen ya guys...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Aditya Ivander
nah low.. jangan sampai joana ngaku hamil anak abang xander d part berikutnya😨
2023-11-17
0
Alanna Th
cassanova bisa dtipu dg tbh murahan bgt y 😜👎
2023-10-22
0
Eric ardy Yahya
kayaknya racun wanita lebih berbahaya dibandingkan siapapun , Si Joana saja bisa meracuni pikiran Xander sampai semuanya menjadi kacau balau
2023-10-01
1