Seharian bekerja di Kantor, perasaan Xander campur aduk tak karuan. Xander merasa kesal entah karena apa, dia sendiri bingung kenapa bisa sekesal ini. Apa karena Stella ikut campur urusannya atau karena Stella mengatakan akan tidak peduli lagi dengannya? Entahlah, Xander tidak tau. Yang jelas kepalanya hanya berisi bayangan Stella, Stella dan Stella.
"Sialan! Ini tidak bisa dibiarkan" gumam Xander mendorong laptopnya dengan kasar.
Otaknya tak bisa fokus karena terlalu banyak berpikir. Akhirnya, Xander memutuskan untuk pulang lebih awal. Lagipula dia juga akan menghadiri acara, ia harus bersiap terlebih dulu.
Saat ia akan pulang, ponselnya terdengar berdering membuat Xander langsung mengangkatnya.
"Halo ..." ucap Xander sedikit ketus, masih terlalu kesal ia tak bisa mengontrol nada bicaranya.
"Halo Sayang, kenapa kau membentak ku?" sahut Joana terkejut saat mendengar suara Xander yang cukup keras itu.
"Ah, Joana. Maafkan aku, aku tidak melihat kalau kay yang menelepon," kata Xander menghela napas pendek, ia mengusap wajahnya kasar karena tak melihat siapa yang sudah meneleponnya.
"Baiklah, aku memaafkan mu. Lain kali jangan membentak ku" kata Joana dengan suaranya yang manja.
"Iya, ada apa kau menghubungiku?" tanya Xander.
"Tidak ada, memangnya tidak boleh ya menghubungi pacar kita sendiri" ucap Joana lagi.
"Tentu saja boleh, memangnya apa yang tidak untukmu" sahut Xander tersenyum sedikit, gemas saat Joana menyebutnya pacar.
"Nanti malam kesini lagi ya, aku kangen" kata Joana berbisik mesra, sengaja ingin menggoda Xander dengan suaranya.
Xander terdiam sejenak, jujur ia senang bisa bersama Joana. Tapi Xander merasa kesenangannya itu sedikit berbeda, ia senang namun juga merasa bersalah yang entah kenapa selalu menggelayuti dirinya.
"Akan aku usahakan Sayang. Malam nanti aku harus menghadiri pesta pernikahan anaknya teman Mama," kata Xander menjelaskan.
"Kau dengan siapa akan datang? Bukan dengan Stella kan?" tanya Joana langsung membuat Xander terdiam.
"Ya bagaimana, Mama yang sudah menyuruhku" kata Xander seadanya.
"Baiklah, ingat ya Xander. Jangan pernah jatuh cinta pada Stella, kalau itu semua terjadi, kau tau konsekuensinya bukan?" kata Joana mengeluarkan ancamannya yang membuat Xander hanya bisa terdiam.
"Aku tau, jadi kapan kau akan membujuk orang tuamu untuk merestui hubungan kita lagi?" kata Xander juga menagih janji Joana yang mengatakan akan membujuk orang tuanya agar mereka kembali bersama.
"Tenang saja, disaat kau sudah menceraikan Stella. Maka aku akan kembali padamu" ucap Joana mengulas senyum smriknya, merasa puas karena Xander tidak curiga dengan alasan yang dibuatnya.
Ya benar, dia mengatakan kepada Xander alasan ia tak bisa kembali kepada pria itu karena kedua orang tuanya yang melarang. Padahal sejatinya memang ia yang tak ingin kembali kepada Xander karena dia sudah punya ...
"Apakah sudah?" Marvin mengulurkan tangannya kepada Joana.
"Ya, pria bodoh itu sangat mudah dibohongi. Aku jadi semakin sayang untuk meninggalkannya" kata Joana menyambut uluran tangan Marvin lalu ia duduk dipangkuan pria itu.
"Tapi mau sampai kapan? Aku sudah bosan menjadi kekasih gelap mu," kata Marvin memasang wajah merajuknya.
Joana tertawa kecil. "Bukankah seperti ini lebih enak? Kau tetap menjadi yang utama bukan?" kata Joana mengelus lembut pipi Marvin.
Marvin tersenyum, ia mengambil tangan Joana lalu menciumnya dengan mesra. "Jangan menggodaku Babe, kau tidak ingin bukan kalau aku menyergap mu disini" bisik Marvin mengigit kecil telinga Joana.
"Kenapa tidak?" Joana justru memasang wajah menantangnya membuat mata Marvin menggelap penuh gairah. Saat ini mereka sedang berada di Kantor Marvin, dan Joana merasa tak ada salahnya jika harus melakukan hal seperti itu di Kantor. Justru hal itu memancing adrenalin-nya.
"Kau memang nakal" ucap Marvin langsung me lu mat bibir Joana dengan penuh naf su. Joana pun mengimbanginya dengan tak kalah panasnya. Hanya beberapa menit kemudian, tubuhnya sudah merebah sempurna di meja kerja Marvin dan terjadilah percintaan panas yang selalu mereka lakukan.
Inilah yang Xander tidak pernah tahu dari Joana, wanita yang haus akan belaian. Xander mungkin memberikan segalanya, cinta dan juga kebutuhan biologis Joana. Tapi menurut Joana, permainan Xander itu terkesan monoton dan tak bervariasi seperti Marvin.
Sebenarnya Joana sudah ingin memutuskan Xander, tapi ia masih bingung harus memulai darimana karena Xander hampir tak pernah membuat kesalahan. Jadi saat melihat apa yang terjadi di hari pernikahannya, ia langsung memanfaatkan situasi itu.
Itupun bukan karena kesengajaan, Joana sendiri tidak tahu siapa yang sudah menjebak Stella dan Xander. Yang jelas, Joana sangat berterimakasih kepada orang itu.
****
Xander kembali pulang saat jam sudah menunjukkan pukul 6 sore. Ia langsung mandi dan bersiap-siap karena tadi Mamanya sudah mengatakan agar tak sampai terlambat karena lokasinya cukup jauh.
Xander belum menemui Stella sama sekali sejak dia masuk kedalam Apartemen. Ia pun tak berharap ingin bertemu. Tapi sampai jam hampir pukul 7, Stella belum kelihatan batang hidungnya.
"Kemana sih" gerutu Xander seraya berdecak kesal.
Menunggu adalah hal yang paling tidak ia sukai, akhirnya ia memutuskan untuk melihat wanita itu di kamarnya. Tapi wanita itu tidak ada di kamarnya, Xander masuk lebih dalam untuk mencari Stella, ternyata wanita itu baru saja keluar dari walk in closet.
"Xander?" ucap Stella kaget melihat suaminya tiba-tiba ada disana.
Xander terdiam, ia terkejut melihat penampilan Stella yang sangat cantik. Menggunakan gaun bermodel A Line dengan lengan yang terbuka. Warna biru sky gaun itu sangat cocok sekali dengan kulit Stella yang putih. Apalagi rambut panjang Stella yang dikepang dan dilingkarkan keatas seperti bandana membuat kecantikan Stella semakin terpancar.
"Xander? Ada apa?" suara Stella membuyarkan Xander dari keterpesonaan-nya.
"Tidak ada, ehm maksudku kau tidak tau ini sudah jama berapa?" kata Xander pura-pura marah dan mengalihkan pandangannya, tapi ternyata tidak bisa, ia malah kembali menatap Stella.
"Maafkan aku," kata Stella menundukkan wajahnya.
"Sudahlah, ayo kita berangkat sekarang" kata Xander merasa harus segera pergi, perasaanya mulai tidak enak.
Xander langsung membalikkan tubuhnya, namun tiba-tiba Stella mencekal tangannya. Xander mengangkat alisnya dan menatap wanita itu.
"Tunggu dulu, ehm ..." Stella terlihat ragu ingin berbicara kepada Xander.
"Ada apalagi?" tanya Xander menatap wajah ragu Stella.
"Aku ingin minta tolong, resleting bajuku belum terpasang sempurna, bisakah kau memasangkannya?" kata Stella menunjukkan bagian belakang gaunnya yang masih terbuka, memperlihatkan punggung mulusnya yang membuat Xander menahan napasnya.
Xander mengepalkan tangannya, rasanya ia ingin sekali mengumpat kata-kata kasar. Apa Stella tidak tahu jika hal seperti ini bisa menggodanya.
"Sungguh merepotkan" kata Xander pura-pura menggerutu seraya memasang resleting gaun itu.
Karena posisinya yang sangat dekat, Xander bisa mencium harum tubuh Stella yang sangat manis. Xander menelan ludahnya memperhatikan bagian tengkuk Stella yang entah kenapa seolah memanggilnya untuk mendaratkan kecupan disana.
"Ah ..." Stella me nde sah kaget saat tiba-tiba Xander mengecup tengkuknya dengan keras, mungkin kini akan meninggalkan bekas merah.
"Kita berangkat sekarang!" kata Xander langsung buru-buru pergi, ia mengutuk apa yang baru saja dilakukannya, sepertinya dia benar-benar gila.
Happy Reading.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Aditya Ivander
mungkinkah yg menjebak mereka mommy xander sendiri🤔
2023-11-17
0
Alanna Th
trnyt joana bnr" jalank
2023-10-22
0
Muri
bongkar marvin keburukkan joan jangan jadi kambing congek🙄🙄
2023-08-17
2