Stella bersiap sebentar sebelum berangkat ke Panti Asuhan, tak lupa ia mampir ke toko kue ulang tahun yang sudah dipesannya kemarin khusus untuk Ibunda Panti.
"Mba, aku mau ambil kue yang kemarin," ucap Stella pada pegawai Toko Kue.
"Sebentar ya kak," ucap Pegawai Toko.
Stella mengangguk singkat, ia menatap kue-kue lain yang berjejer rapi di etalase. Toko kue ini dulu adalah langganan keluarga Medison, makanya Stella memutuskan untuk memesannya disana. Namun ia sama sekali tidak menyangka akan bertemu dengan Kakaknya disini.
"Kak..." ucap Stella menatap Joana dengan perasaan tak menentu. Ini adalah pertama kalinya mereka bertemu setelah kejadian itu.
"Ya ampun! Kenapa kita bisa begitu sial bertemu anak tidak tau diri ini keponakanku Sayang," ucap Bibi Tania yang tadinya datang bersama Joana, ia melirik Stella dengan pandangan sinisnya yang kentara.
Joana pun kaget saat melihat Adiknya ada disana, namun ekspresi wajahnya. Tanpa memperdulikan Stella, ia langsung saja membeli apa yang diinginkannya.
"Kakak, Apa kabar?" tanya Stella mengabaikan ucapan Bibinya yang begitu pedas.
"Hei, anak pungut! Tidak perlu bertingkah sok baik seperti itu kepada keponakanku. Apakah menurutmu dia baik-baik saja setelah apa yang kau lakukan padanya? Kau memang tidak tau diri!" cetus Bibi Tania sengaja mengeraskan suaranya agar orang-orang melihat mereka.
"Bibi, tolong biarkan aku berbicara kepada Kak Joana," ucap Stella sedikit kesal karena Bibinya ini selalu saja menghalanginya berbicara dengan Kakaknya.
"Hei,Hei, kau memang tidak punya sopan santun. Kau pikir siapa dirimu Stella? Kau itu hanya anak pungut dan dengan lancang kau merebut calon suami Kakakmu! Kau memang anak tidak tau di untung!" kata Bibi Tania terus saja menghina Stella.
"Bibi, sudah.." ucap Joana mencoba membujuk Bibinya.
"Diamlah Sayang. Anak pungut ini memang harus di beri pelajaran. Biar semua orang itu tau bagaimana busuknya hati wanita ini. Sudah di angkat derajatnya tapi sekalinya rendahan, tetap saja rendahan" kata Bibi Tania semakin berkoar-koar membuat pandangan semua orang kini tertuju kepada Stella.
Stella menundukkan wajahnya, rasa malu itu tak sebanding dengan rasa sakit karena penghinaan yang Bibinya berikan. Kenapa harus bersikap seperti ini? Jika tidak menyukainya, kenapa tidak mengatakannya saja. Kini bahkan beberapa orang itu berbisik-bisik sumbang membicarakan Stella seraya menatap Stella dengan pandangan penuh intimidasi.
"Nona, ini pesanan Anda" ucap Pegawai Toko membuat Stella cepat-cepat mengalihkan pandangannya.
"Terimakasih," kata Stella ingin mengambil kue itu, tapi Bibi Tania sepertinya belum ingin melepaskan Stella begitu saja.
"Jangan menjual apapun padanya! Asalkan Kalian tau, wanita yang membeli kue ini adalah seorang Nona Palsu dari keluarga Medison. Dia baru saja terusir dari rumahnya karena kelakuan liciknya yang tega merebut calon suami Kakak angkatnya! Jadi, lebih baik jangan menjual apapun padanya, aku yakin wanita ini tidak punya cukup uang untuk membayarnya!" Bibi Tania kembali berteriak untuk membuat Stella lebih malu lagi.
"Cukup Bibi! Sebenarnya apa masalahmu denganku?" kata Stella merasa kesabarannya sudah habis karena Bibi Tania sudah sangat keterlaluan.
"Aku mengatakan yang sebenarnya Nona palsu, Aku yakin kau tidak akan mampu membayar kue ini bukan? Jadi berikan saja kue itu padaku, aku akan membayar lima kali lipat," kata Bibi Tania sengaja ingin membuat Stella bingung jika dia membeli kue ini karena ia tau kalau kue ini pasti sangat berarti bagi wanita itu.
"Eh, tapi Nyonya. Kue ini sudah di pesan" ucap pegawai Toko itu tampak kebingungan.
"Bibi, sudah Bi, tidak perlu seperti itu," ucap Joana yang sejak tadi diam, merasa Bibinya ini memang keterlaluan.
"Tidak apa-apa keponakanku. Jika si Nona palsu ini memang sangat menginginkannya, ia bisa membayar jauh mahal dariku," kata Bibi Tania dengan senyum liciknya.
Stella tentu kaget dengan tingkah Bibi Tania ini, ia menatap kue miliknya dengan perasaan campur aduk. Stella mungkin bisa membeli kue yang lain lagi, tapi itu harus menunggu, sedangkan dia saat ini sudah terlambat untuk datang ke Panti Asuhan. Tapi apa perlu dia membayar lima kali lipat kue ini.
"Aku akan membayarnya," kata Stella mencegah saat kue itu akan di berikan kepada Bibi Tania.
"Mau membayarnya? Memangnya kau punya uang?" ucap Bibi Tania meremehkan Stella, ia yakin kalau Stella pasti tidak mempunyai cukup uang untuk membayar kue semahal itu.
Stella tidak mengatakan apapun, ia mengambil uangnya yang ada di tas. Uang itu sangat banyak karena Stella selalu mengumpulkan uang yang diberikan Xander jika mereka selesai bercinta.
"Ini Mba, saya bayar" ucap Stella membuat mata Bibi Tania membulat sempurna, tak menyangka Stella memiliki uang sebanyak itu. Darimana wanita miskin itu mendapatkan uang yang begitu banyak? Pikirnya.
"Baik Nona, ini kue nya. Terima kasih atas kepercayaannya kepada Toko kami," ujar Pegawai Toko seraya mengulas senyumnya.
Stella balas tersenyum tipis saat menerima kue itu, ia menatap Bibi dan Kakaknya bergantian. "Aku duluan Kak, salam buat Papa, Mama" ucap Stella kepada Joana.
Bibi Tania begitu geram rasanya karena ia gagal membuat Stella lebih malu. Entah apa yang sebenarnya mendasari kebencian dalam diri Bibi Tania, rasanya memang dia tidak menyukai Stella sejak dulu.
"Bibi, kenapa Stella bisa mendapatkan uang begitu banyak?" tanya Joana juga sempat kaget saat melihat uang Stella.
"Keponakanku, sebenarnya ada hal yang belum kamu tau," kata Bibi Tania memandang Joana dengan teduh.
"Hal apa Bi? Kenapa Bibi menyembunyikan ini dariku?" cerca Joana tak sabar.
"Sebenarnya, Stella itu sudah menikah dengan Xander setelah kejadian itu..."
"Apa? Mereka menikah Bi? Kenapa mereka begitu jahat Bibi?" Joana sangat syok mendengar kalau mantan kekasihnya ternyata sudah menikah dengan Stella. Air matanya bahkan langsung tumpah begitu saja.
"Maafkan Bibi sayang, Bibi sengaja merahasiakan hal ini padamu karena tidak ingin membuat kamu lebih terluka lagi," ucap Bibi Tania memeluk Joana dengan penuh kasih, mencoba menenangkan Joana yang sangat terpukul itu.
"Mereka Jahat Bi, Stella jahat padaku" ucap Joana menangis meraung dalam dekapan Bibinya.
"Iya dia memang jahat, tidak seharusnya kau menyayanginya dulu," kata Bibi Tania lagi, ia terus menenangkan Joana yang terus menangis karena baru saja mendengar kenyataan yang menyakitkan.
*****
Stella tiba di Panti Asuhan setelah perjalanan tak sampai 30 menit. Ia beberapa kali menghela nafasnya untuk membuat hatinya lebih tenang. Ia harus tersenyum agar Ibu Panti tidak mengetahui semua kesedihannya. Saat dirinya mulai tenang, Stella langsung masuk ke halaman Panti yang cukup luas.
"Kak Stella...!" seruan adik-adik pantinya langsung menyambut kedatangan Stella.
"Yeay... Kak Stella datang membawa kue...!"
"Kak! Aku mau kue-nya Kak!"
Anak-anak panti itu tampak sangat antusias dan bersemangat mengerumuni Stella.
"Mau kuenya? Nanti dulu dong, Kalau ada orang datang, harus gimana dulu..." kata Stella tersenyum manis kepada Adik-adik pantinya. Melihat keceriaan mereka membuat kesedihan Stella yang menguap begitu saja.
"Harus salim dulu," teriak mereka serempak.
"Nah, Pinter. Ayo salim dulu, terus kita temuin Ibu, Ibu ada di rumah Kan?" kata Stella lagi.
"Ada Kak," sahut mereka kembali serentak, mereka lalu bergantian bersalaman dengan Stella seraya mencium tangannya. Setelah itu barulah mereka semua masuk ke dalam Panti.
Happy Reading.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Suwarti
bisakah xsandar akhirnya mencintai stela
2023-10-12
1
Eric ardy Yahya
kayaknya demi harta Madison , si Tania rela cari masalah sama Stella dimulai dengan kecelakaan Mama Xander , jebakan Stella-Xander hingga Toko kue ini .
2023-10-01
1
Eric ardy Yahya
pegawainya dibayar tuh sama Bibi Tania biar dikasih semuanya ke Mereka . kamu punya duit , kamu punya kuasa
2023-10-01
1