"Minum ini!" perintah Xander setelah menyelesaikan percintaan panas itu tak lupa meminta Stella untuk meminum pil kontrasepsi agar wanita itu tidak hamil. Sedangkan ia juga tidak perlu repot jika harus membuang di luar.
Stella menatap pil itu dan Xander bergantian, hatinya kembali miris karena mengingat bagaimana Xander yang sangat tidak menginginkan anak di antara mereka.
"Letakan saja di situ, nanti aku akan meminumnya," sahut Stella pelan, tubuhnya masih terlalu lelah karena baru saja selesai bercinta. Ia hanya ingin tidur saat ini agar tenaganya pulih kembali.
Xander terdiam menatap Stella yang meringkuk dalam balutan selimut. Sepertinya wanita itu memang sangat kelelahan karena baru saja selesai melayani hasratnya selama berjam-jam. Tanpa mengatakan apapun, Xander meletakkan air dan pil kontrasepsi itu di nakas, lalu ia berjalan keluar dari kamar Stella.
Stella membuka matanya saat mendengar suara pintu tertutup. Ia lalu melihat pil kontrasepsi yang ada di nakas. Stella mengambilnya seraya menatap lekat pil kecil itu.
"Aku harus hamil, mungkin Xander akan bersikap baik padaku jika aku hamil," batin Stella memilih membuang pil kontrasepsi itu dari pada meminumnya.
Ya, tak masalah jika dia harus hamil anak Xander. Toh mereka berdua menikah secara sah. Dan yang lebih penting, Stella ingin ada bagian diri Xander yang menyatu dengannya. Jika suatu saat pria itu memang tidak menginginkannya lagi, Stella masih mempunyai anak yang bisa menjadi teman hidupnya.
****
Keesokan paginya, Stella melakukan rutinitasnya seperti biasa. Ia bangun tidur lebih awal untuk memasak sarapan. Saat ia sampai di dapur, ia tertegun sejenak saat melihat keadaan meja makan yang cukup kotor. Namun ada sesuatu yang membuat senyuman Stella mengembang sempurna.
Yaitu saat melihat piring bekas Xander yang masih disana, ia juga melihat beberapa lauk yang tersisa sedikit. Ada juga yang habis.
"Akhirnya, kau mau juga memakan masakan ku," gumam Stella membersihkan sisa makanan itu dengan hati yang diliputi kebahagiaan.
Stella merasa lebih ringan mengerjakan semua pekerjaannya setelah tau jika suaminya mau memakan masakannya. Ia juga lebih semangat lagi untuk membuat masakan untuk Xander.
Saat Stella sibuk memasak, Xander terlihat masuk ke dapur. Ia baru saja bangun dan ingin mengambil minum. Ia terdiam memperhatikan Stella yang sangat fokus tanpa terganggu oleh kehadiran Xander disana. Pagi itu Stella menggunakan baju tidur dengan model tali satu dan celana sangat pendek setengah paha. Rambutnya yang hitam panjang di ikat cepol dan acak-acakan.
Xander menelan ludahnya, pandangannya menggelap saat melihat penampilan seksi istrinya. Entah apa yang dia pikirkan saat itu, Xander melangkahkan kakinya hingga berdiri tepat di belakang Stella.
"Xander!" seru Stella kaget saat merasakan sesuatu menyentuh punggungnya.
Ia melirik kebelakang dimana Xander menatapnya tajam. Ada apalagi? Pikirnya.
"Kau sudah bangun? Ada apa?" tanya Stella sedikit gugup saat berdekatan dengan Xander seperti ini.
Xander hanya diam saja, ia berusaha keras untuk tidak langsung me lu mat bibir tipis Stella yang seolah memanggilnya itu.
"Cepat siapkan makanannya, aku lapar," hanya kata itu saja yang muncul dari mulut Xander lalu ia pergi begitu saja.
Stella mengerutkan dahinya, bingung dengan sikap Xander yang menurutnya sangat aneh itu. Pria itu mengatakan lapar dan menyuruhnya menyiapkan makanan dengan cepat? Apa itu artinya Xander mau memakan masakannya lagi?
Stella tersenyum manis, ia segera menyelesaikan semua pekerjaannya dengan cepat. Ia harus menyiapkan semuanya sebelum suaminya itu berangkat bekerja.
"Ya Tuhan ... terima kasih sudah memberiku kebahagiaan di pagi ini,"
Di dalam kamar, Xander tak henti mengutuk kebodohannya yang malah meminta Stella memasak. Padahal tadinya ia ingin meminta wanita itu untuk melayaninya, tapi kenapa hatinya seolah melarang untuk melakukan hal itu.
"Tidak, tidak, aku tidak boleh lembek kepada wanita itu," gumam Xander merasa mulai melemah jika bersama Stella. Ia tak boleh terjebak dalam permainannya sendiri dan malah terperangkap oleh pesona Stella.
Tapi Xander akui kalau Stella itu memang sangat cantik meski dalam kondisi acak-acakan sekalipun. Kini bahkan Xander merasakan sesuatu dalam dirinya bangkit sempurna hanya dengan membayangkan Stella.
"Sialan!" umpat Xander kesal, sepertinya pagi itu ia harus mandi cukup lama untuk menenangkan juniornya.
****
Tepat pukul 7 pagi, Stella sudah menyelesaikan semuanya. Ia juga sudah mandi dan bersiap untuk mengajar di sekolahnya. Ia hanya tinggal menunggu Xander datang untuk makan bersama, tapi setelah cukup lama, pria itu belum menampakkan batang hidungnya.
Stella memutuskan untuk memanggil pria itu di kamarnya, Stella hanya takut Xander akan kesiangan dan tak sempat sarapan nanti.
"Xander ..." panggil Stella pelan seraya mengetuk pintu.
Beberapa kali ketukan tak ada sahutan, membuat Stella ingin pergi saja dari sana. Ia tak ingin membuat suaminya itu marah jika ia terus mengetuk pintu kamar.
Ceklek
Pintu kamar Xander terbuka tepat saat Stella baru saja berbalik akan pergi. Stella mengurungkan niatnya dan kembali memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan suaminya.
"Ehm ... makannya sudah siap, kau sudah bisa makan," ucap Stella memberitahukan.
Xander hanya diam saja menatap lurus wajah Stella. Wanita itu kini sudah tampil rapi dengan menggunakan setelan blazer berwarna hitam. Rambutnya yang panjang di ikat tinggi dan memperlihatkan leher jenjangnya yang putih. Ah, rasanya Xander ingin menenggelamkan wajahnya disana dan membuat leher itu merah semua.
"Lepaskan ikat rambutmu!" perintah Xander tak suka jika wanita ini memperlihatkan lehernya kepada semua orang.
Tapi sedetik kemudian Xander mengerutkan dahinya, kenapa dia harus perduli dengan Stella? Sepertinya dia memang sudah gila.
"Di lepas? Kenapa memangnya?" tanya Stella bingung dengan perintah Xander.
"Ck, kalau aku bilang lepas ya lepas!" ucap Xander dengan tak sabar menarik ikat rambut Stella hingga terlepas.
Stella sedikit meringis saat Xander menarik ikat rambutnya dengan kasar. Ia sungguh tak mengerti dengan sikap Xander ini.
"Mulai saat ini, aku tidak mengizinkanmu untuk mengikat rambutmu, kau mengerti?" ucap Xander dengan tatapan seriusnya.
"Ya, tapi kenapa tidak boleh?" tanya Stella ingin tau alasannya.
"Kau tidak berhak bertanya! Ikuti saja perintahku" ucap Xander dengan ketusnya lalu pergi dari sana. Ia sangat sibuk hari ini karena kemarin tidak datang ke kantor, pekerjaannya pasti menumpuk.
"Kau tidak ingin sarapan dulu?" ucap Stella mencegah Xander yang akan pergi sebelum sarapan itu.
"Jangan mengaturku!" kata Xander menghempaskan tangan Stella dengan kasar, ia tak ingin membuat wanita itu semakin besar kepala jika dia mau memakan sarapannya.
Stella terdiam melihat punggung Xander yang perlahan menjauh, sepertinya harapannya terlalu tinggi tentang Xander. Pria itu masih belum berubah seperti yang ia kira.
Happy Reading.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
guntur 1609
sdh mulai bucin kau kan tanpa kau sdari
2025-03-13
0
himawatidewi satyawira
tlng dong stlella lbh baik pergi dr xander
2023-10-19
0
Windi
wkkkkk aku ko biasanya kalo ada karakter utama wanita yg tersakiti biasanya respek , baru kali ini karakter utama Stella terlalu memaksa untuk menjadi menderita, perannya terlalu memaksa pembaca untuk iba padanya,jadi ilfil sama karakter stella
2023-10-08
2