Stella kembali ke kamarnya, setelah Xander pergi tak ada aktivitas yang bisa dilakukannya. Mau berangkat mengajar pun ia tak bisa karena tubuhnya yang masih sakit. Stella mengambil obatnya yang berada di dalam laci lemari, obat-obat itu bukan hanya satu macam, melainkan berbagai macam yang kadang membuat Stella enggan untuk meminum semuanya.
Saat ia akan meminum obatnya, ponselnya terdengar berdering membuat ia menghentikan aktivitasnya. Dilihatnya Dokter Mazaya yang menghubunginya, Stella langsung mengangkatnya. Bersamaan dengan itu, Xander ternyata juga sampai di rumah dan langsung masuk ke kamar Stella. Ia berdiri tak jauh di belakang wanita itu.
"Halo Kak?"
"Halo, bagaimana kabarmu?"
"Cukup baik, ada apa Kakak menghubungiku?" tanya Stella tak tau jika ada Xander yang menatapnya dari belakang karena posisinya yang membelakangi pintu masuk.
"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu, apakah kita bisa bertemu?"
"Bertemu dimana?" ujar Stella langsung membuat Xander waspada, ia menajamkan pendengarannya karena merasa dugaannya benar kalau Stella akan bertemu Daniel.
"Terserah, nanti sekalian aku mau makan siang ya, aku udah nemuin tempat pengobatan untuk kamu di luar negeri,"
"Apa harus ke luar negeri Kak? Aku tidak mau banyak orang yang tau. Kita harus merahasiakan hal ini Kak,"
Mata Xander membulat sempurna mendengar ucapan Stella. Ternyata benar kalau wanita itu sudah memiliki hubungan dengan Daniel dan ingin merahasiakan ini semua. Bahkan mereka berdua sudah membuat rencana akan ke luar negeri bersama.
Jangan harap hal itu terjadi.
Dengan langkah cepat, Xander menghampiri Stella dan langsung merebut ponsel wanita itu dengan kasar. Stella tentu sangat terkejut dengan sikap Xander ini.
"Xander? Kau sudah pulang?" tanya Stella heran.
"Kenapa kalau aku pulang? Kau terkejut karena tidak bisa lagi bertelepon dengan kekasihmu?" hardik Xander menggenggam ponsel Stella dengan erat.
"Kekasih?" Stella menatap Xander bingung, tak mengerti apa yang sebenarnya dibicarakan oleh suaminya ini.
"Tidak usah berpura-pura tidak tahu! Siapa yang sedang kau hubungi? Dia kekasihmu 'kan? Kalian berencana akan bertemu dan makan siang bersama," ucap Xander sudah berpikiran kemana-mana.
"Kekasih apa maksudmu? Aku sedang berbicara dengan temanku" kata Stella mengelak tuduhan itu.
Xander tersenyum sinis, ia memegang dagu Stella dengan kasar dan menatap tajam kepada wanita itu.
"Mau sampai kapan kau akan jadi pembohong?" desis Xander menahan suaranya.
"Aku tidak bohong, itu memang temanku, kami ..."
"Pembohong!" bentak Xander seraya menghempaskan wajah Stella dengan kasar. "Cepat katakan padaku, siapa pria itu?" cecar Xander.
"Pria siapa? Aku tidak tahu maksudmu," kata Stella benar-benar tidak mengerti kenapa Xander bisa seperti ini.
"Baik, kalau kau tidak mau mengaku. Sepertinya aku harus menghukum mu agar kau mau mengaku" kata Xander membuka jasnya lalu melemparnya sembarangan.
Stella beringsut menjauh, ia tak ingin kalau sampai Xander menyentuhnya kembali. "Stop! Aku tidak mau melakukannya hari ini," kata Stella memberanikan dirinya untuk menolak.
"Kenapa? Kau menolak ku karena sudah punya pria lain? Bagus sekali," kata Xander menatap Stella dengan tatapan merendahkannya.
Kali ini rupanya ucapan Xander memancing emosi Stella hingga memberanikan dirinya untuk menatap Xander tajam.
"Kenapa tidak bisa? Bukankah kita sudah impas? Kau kembali kepada Joana dan aku mencari kebahagiaanku sendiri. Kau juga bilang kan kalau akan segera menceraikan ku? Lalu kenapa kau seolah marah jika aku bersama pria lain? Apa kau cemburu Xander?" ujar Stella menarik sudut bibirnya, terlihat senyum tipis mengembang di wajah cantiknya.
"Cemburu?" Xander tertawa mengejek, menatap Stella dari atas sampai bawah. "Apa kau tidak terlalu tinggi menilai dirimu Stella?" ucap Xander begitu pedasnya membuat Stella terdiam. Nyeri hatinya kembali datang namun ia mengabaikannya.
"Tidak, aku hanya berbicara sesuai apa yang terjadi. Kau bilang ingin menghukum ku karena aku berbohong padamu? Apa kau yakin?" kata Stella melangkahkan kakinya ke arah Xander dengan gaya semenarik mungkin, padahal jangan ditanya bagaimana gemetarnya dia.
Xander mengerutkan dahinya melihat gaya Stella ini. Ia menatap terus wanita yang kini berdiri tepat di depannya dengan mengulas senyum manisnya. Stella lalu mengalungkan tangannya ke leher Xander yang hanya bisa terpaku.
"Tapi yang aku lihat tidak seperti itu Xander. Kau menggunakan alasan itu hanya karena menginginkanku bukan?" bisik Stella dengan suaranya yang lembut mendayu.
"Kau terlalu percaya diri!" Ucap Xander berusaha keras untuk tidak tergoda oleh Stella.
Stella tersenyum tipis, ia membelai lembut jakun Xander yang naik turun, pertanda kalau pria itu sedang menelan ludahnya. Stella lalu menurunkan tangannya mengelus dada bidang Xander dengan sangat lembut.
Darah Xander berdesir, ia langsung menangkap tangan Stella dan dengan dengan cepat mendorong wanita itu hingga keduanya jatuh ke ranjang.
"Akhh ..." pekik Stella kaget karena moving tak terduga dari Xander ini. Namun ia kembali tersenyum saat melihat tatapan mata Xander yang mulai menggelap.
"Kenapa Xander? Kau menginginkanku bukan?" ucap Stella tersenyum penuh kemenangan.
"Kau yang memulai, jadi kau harus menyelesaikannya" ucap Xander ingin me lu mat bibir tipis Stella tapi wanita itu dengan cepat memalingkan wajahnya.
Xander tentu kesal dengan sikap Stella yang menolaknya, ia menarik dagu Stella dengan kasar.
"Kau tidak boleh menolak" ucap Xander seraya mendesis jengkel. Xander kembali mendekatkan wajahnya tapi lagi-lagi Stella menahan dirinya.
"Kau--"
"Berjanjilah padaku, jangan menyentuh wanita lain lagi selain aku," pinta Stella memandang Xander dengan mata sendunya.
"Kau pikir ..."
"Aku istrimu! Aku istri yang sah secara hukum dan agama, jadi aku sangat berhak melarang mu!" Stella langsung menyela sebelum Xander menyelesaikan ucapannya.
Xander menekan bibirnya, geram sekali dengan perkataan Stella. Ia langsung bangkit dari atas tubuh Stella, hasrat yang tadinya sudah di ubun-ubun langsung menguap begitu saja berganti rasa amarah.
"Sudah cukup! Aku ingatkan sekali lagi padamu! Kau hanya istri yang aku nikahi dengan alasan balas dendam. Tidak lebih dari itu Stella, jadi jangan coba-coba mengatur hidupku apalagi ikut campur masalah pribadiku!" ucap Xander dengan suara tegasnya.
"Oh, jadi kau masih tetap ingin terus bersama wanitamu itu. Baiklah, jika itu maumu. Lakukanlah sepuas mu Xander! AKU TIDAK PERDULI LAGI!" ucap Stella dengan suara tegasnya, meski ia sebenarnya tak bisa melakukan ini semua, tapi Stella berharap Xander masih mau mempertimbangkan ucapannya.
Tali lagi-lagi harapan Stella terlalu tinggi, Xander sama sekali tidak perduli dan malah pergi begitu saja meninggalkan Stella dalam kesedihan.
Ya Tuhan, inikah saatnya?
Happy Reading.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Novita Nathan
tinggalin ajalah suami laknatmu itu Stella....
2023-09-19
2
Kornrlis Ghawa
tinggalkan dia .
2023-09-10
1
Muri
sembuh kan dulu penyakitmu stella dan menjauh dulu
2023-08-17
1