Stella masih bersitatap dengan Daniel cukup lama. Namun kepalanya tiba-tiba berdenyut dan perutnya sangat mual.
"Aduh …" ucap Stella memegang dahinya.
"Kenapa Stella?" tanya Daniel kaget.
"Kepalaku pusing, Kak" ujar Stella memejamkan matanya rapat seraya memijit pelipisnya untuk mengurangi rasa pusing di kepalanya.
"Apa karena minuman tadi? Kamu duduk dulu" ucap Daniel memapah tubuh Stella, membawa wanita itu untuk duduk yang lebih nyaman.
Daniel langsung sigap mengambilkan Stella air putih. "Minum dulu …" ucap Daniel menyodorkan gelas itu kepada Stella.
"Terima kasih Kak, sepertinya aku harus pulang," kata Stella tak bisa lagi menahan rasa pusing di kepalanya, dia yang pada dasarnya tak pernah minum alkohol jadinya ia mudah mabuk meski hanya minum satu gelas.
"Baiklah, aku akan mengantarmu" kata Daniel dengan wajah khawatirnya, tak ingin membiarkan Stella pulang sendiri dengan keadaan seperti itu.
"Tidak perlu Kak, aku sudah membawa supir" tolak Stella langsung. Bisa gawat jika Daniel tau dia datang dengan Xander, lagipula ia tak ingin sampai Daniel tau apa tentang dirinya.
"Tapi kau mabuk" tukas Daniel kekeh ingin mengantarkan Stella.
"I'm fine Kak, tidak perlu khawatir. Aku pulang dulu" ucap Stella buru-buru pergi dari tempat itu meninggalkan Daniel.
Daniel hanya diam mematung, ingin mencegah tapi ia tau posisinya seperti apa. Lagipula ia tak ingin Stella merasa dia terlalu memaksa, tapi ia juga khawatir dengan kondisi Stella.
*****
Stella berjalan sempoyongan, kepalanya benar-benar pusing dan rasa mual di perutnya terus menyerang. Ia harus beberapa kali berhenti dan berpegangan pada tembok.
Disaat seperti ini, Stella merasa dejavu. Ia ingat malam pernikahan Kakaknya dulu, ia juga berjalan sendiri di lorong dan tiba-tiba ada yang membekap dirinya. Sekarang Stella merasa sangat takut jika sampai hal itu terjadi. Ia harus secepatnya sampai di dalam mobil.
Saat Stella melangkahkan kakinya lagi, ada seseorang yang menariknya kasar hingga hampir saja ia terjatuh.
"Argh!" Pekik Stella begitu terkejut, ia membuka matanya lebar-lebar untuk melihat siapa yang menariknya.
"Xander! Kau mengagetkanku" ucap Stella mulai melantur nada bicaranya.
"Kau mabuk?" sergah Xander geram melihat apa yang dilakukan Stella.
"Tidak, aku hanya minum sedikit" sahut Stella membuat gerakan di tangannya, menunjukkan seberapa dia minum.
"Kenapa kau ada disini? Pergi sana, temui selingkuhanmu itu. Aku mau pulang" ujar Stella mendorong tubuh Xander dengan keras hingga tubuhnya sendiri hampir terhuyung karena mabuk.
"Kau tidak bisa pergi! Ayo ikut aku" kata Xander mencekal tangan Stella dengan kasar.
"Tidak mau! Kau pasti akan menyiksaku lagi! Kau jahat!" teriak Stella sudah tak sadar dengan apa yang dilakukannya. Bicaranya sudah ngelantur kemana-mana.
Xander berdecak kesal, ia tak menggubris Stella yang terus berontak dan berteriak. Ia tetap membawa wanita itu masuk kedalam mobil dan membawanya pulang. Untung saja tadi Joana mau mengerti saat ia menjelaskan kalau dia harus mengantar Stella pulang dulu, baru nanti dia akan menyusul pulang ke Apartemen wanita itu.
Sepanjang perjalanan pulang ke Apartemen, Stella terus mengoceh tidak jelas hingga wanita itu pingsan. Xander mendengus kesal, ia akhirnya mau tak mau menggendong Stella menuju unit Apartemennya.
"Sungguh merepotkan!" gerutu Xander merebahkan Stella ke kasur. Ia juga melepaskan high heels Stella tanpa diminta.
Stella membuka matanya, ia menatap Xander yang masih berada disana. Stella tak tau apa yang dipikirkan, ia tiba-tiba menarik tangan Xander hingga pria itu jatuh di atas tubuhnya.
"Stella! Apa yang kau …" ucapan Xander menguap begitu saja karena tiba-tiba saja Stella mencium bibir dengan lembut.
Entah karena efek mabuk atau karena apa, Stella menjadi lebih berani mencium bibir Xander dengan panas. Tangannya membelai leher Xander dengan lembut membuat pria itu terpancing untuk membalas ciumannya.
Stella menarik tangan Xander untuk menyentuh dirinya, dalam pikirannya, Stella ingat jika malam ini Joana ingin memiliki suaminya dan Stella tak akan membiarkan hal itu terjadi.
Stella sudah hafal bagian mana saja yang bisa membuat seorang pria mudah terpancing, meski ia tak punya pengalaman sebelumnya tapi ia sering membaca artikel tentang hal seperti itu. Stella membuka kancing kemeja suaminya dengan tergesa, malam ini ia membuang rasa malu agar membuat Xander puas dan tidak pergi sudah itu saja.
"Argh …ssshh …" Xander mengeram rendah saat Stella menurunkan ciumannya ke dadanya. Xander paling tidak tahan jika seperti ini.
Dengan cepat Xander merubah posisi Stella, mengungkung nya tanpa melepas tautan bibir mereka. Ia membuka semua kain yang membalut tubuh istrinya, memberikan kecupan di seluruh tubuh Stella dengan penuh hasrat yang membara. Apalagi ia ingat kalau Stella baru saja bermesraan dengan Daniel membuat api dalam diri Xander semakin menyala-nyala.
"Ah … Xander" Stella menahan suaranya agar tidak terlalu keras, rasanya ia ingin meledak karena sentuhan bertubi-tubi dari suaminya. Sepertinya baru pertama kali ini Stella merasakan Xander menjamahnya dengan lembut.
Xander memberikan kecupan keras di dada Stella sebelum menarik selembar kain yang masih menghalanginya. Matanya menatap Stella yang memandangnya sayu, melihat tatapan sayu itu membuat jantung Xander berdetak kencang.
Xander kembali mencium bibir Stella dan melakukan penyatuan, tapi sebelum ia melakukannya, ponsel Xander berdering membuat konsentrasinya pecah. Xander ingin bangkit mengambil ponselnya tapi Stella mencegahnya.
"Jangan pergi," ucap Stella dengan raut wajah memohon.
Xander terdiam, jujur saat ini hasratnya sudah diujung tanduk, jika tidak segera tersalurkan pasti kepalanya akan sangat pusing, tapi panggilan di ponselnya juga terus mengganggu membuat Xander terpaksa menghentikan aktivitasnya lalu mengambil ponselnya. Ternyata dari Joana, sesuai dugaannya.
"Halo?" ucap Xander mengabaikan permintaan Stella.
Ia juga baru ingat, kenapa ia bisa terpancing oleh Stella. Bukankah ia sudah berjanji kepada Joana untuk tidak menyentuh Stella lagi.
"Aku akan kesana sekarang" Xander langsung memutuskan panggilan itu dan mengambil bajunya.
"Xander! Jangan pergi …" pinta Stella sekali lagi, ia bangkit dan memegang tangan Xander lembut.
"Jangan mengaturku!" sentak Xander menepis tangan Stella dan memakai bajunya.
"Aku tidak mengatur, aku hanya memintamu untuk tinggal disini. Sekali saja Xander …" ucap Stella menatap Xander sendu, ia hanya ingin pria ini bersamanya malam ini saja.
Tapi rupanya permintaan Stella tak bisa meluluhkan hati suaminya. Pria itu tetap saja pergi meninggalkan Stella.
Stella menjatuhkan dirinya di lantai, tatapan matanya kosong seolah tak bernyawa. Hati lebih sakit daripada saat Xander menyiksanya, ia lalu menatap tubuh polosnya yang ditinggalkan begitu saja oleh Xander.
"Aku menyerah …" Stella menangis tersedu-sedu menumpahkan rasa sesak di dadanya. Semuanya sudah cukup, ia tak ingin lagi memperjuangkan cinta yang tak pernah terbalas. Mungkin memang sudah menjadi takdirnya jika hanya bisa mencintai Xander dalam diam.
Happy Reading.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Alanna Th
utk kshtnmu n jngn smp hamil oleh lk" bejad, nanti anakmu cacat
2023-10-22
1
Suryani Malelak Wenyi
pergi jauh Stella ...utk kebahagiaanmu😔
2023-10-10
2
Hartaty
pergi aja Stella
2023-09-21
1