PERNAH BERTEMU?

...***...

Akihara on.

Ada hal yang kadang ingin kita lupakan dalam hidup ini. Namun itu terasa sangat berat. Kenangan masa lalu kadang membuat kita terikat akan rasa sakit di masa lalu, serta kenangan yang seharusnya kita lupakan di dalam hidup ini. Apakah kalian memiliki masa lalu yang menyakitkan?. Apakah kenangan itu terasa sulit untuk dilupakan begitu saja?. Kuatkan mentalmu, hatimu, juga pikiranmu, supaya kau bisa melangkah dari ingatan pahit itu.

Akihara off.

Suasana Kantor polisi hari ini lumayan sepi, meski banyak laporan yang masuk mengenai kejahatan terjadi akhir-akhir ini.

"Akihara." Ucapnya. "Apa kau tidak tahu? Bagaimana caranya memperbaiki suasana hati kakakmu agar tidak galak?." Yuhei meminta saran pada Akihara, mungkin ia tahu bagaimana cara agar Asakura tidak marah-marah pada mereka karena terlalu santai saat menangani kasus?.

Akihara nampak berpikir sejenak, ia memang memahami kakaknya yang super serius saat bekerja. Bahkan ketika ia masih remaja dulu, kakaknya sering memarahinya karena terlalu santai saat mengerjakan tugas sekolah.

"Hum." Akihara juga bingung mau berkata apa.

"Kau harus siap-siap yuhei, atau kau dipulangkan ketua hari ini juga." Geki bukannya membantu, malah membuat Yuhei takut.

"Berisik!." Yuhei merasa kesal pada rekannya ini, ia hanya ingin menikmati pekerjaannya, apakah itu tidak boleh?.

"Lagipula ketua memang begitu." Ucapnya. "Jadi? Cobalah mengerti kondisi di mana kau ingin santai." Ucapan Taiki membuat mereka berpikir sejenak.

"Hum." Ia menghela nafas pasrah. "Kau benar juga." Yuma menyomot cemilan yang dibawa Taiki dari dapur kantor, mereka benar-benar melakukan diskusi rahasia bagaimana caranya mengatasi ketua yang super kaku saat bekerja.

"Baiklah, aku akan meminta saran pada kurosaki nanti." Hanya itu yang dapat dikatakan oleh Akihara, ia juga malas mikir. Toh kakaknya memang begitu sejak dulu, jadi ia tidak terlalu mempermasalahkan bagaimana kakaknya saat sedang bekerja.

"Kurosaki?!."

Mereka serentak mengulang nama Kurosaki. Sedangkan orang yang disebut terlonjak kaget di belakang Akihara.

"Oh?." Responnya. "Dia adalah temanku yang ahli dalam psikologi." Jelasnya. "Mungkin dia bisa mengatasi masalah ini." Akihara juga tidak bisa mengatakan siapa Kurosaki. Karena Kurosaki sendiri yang tidak mau ketahui identitasnya.

"Ohohoho!." Ia tertawa aneh. "Bagus itu akihara, tapi secepatnya ya?." Yuhei merasa senang dengan ucapan Akihara, saking senangnya dia malah menambahkan beberapa potong ayam goreng di piring Akihara.

"Ho?!." Responnya. "Boleh juga kau akihara." Ia terlihat lega. "Dengan begitu? Kau bisa selamat yuhei." Ia tepuk pundak temannya itu. "Lain kali kau harus memahami situasi, supaya kau masih bisa menikmati makan malam dengan baik malam ini." Taiki malah menakuti Yuhei.

"Ish! Mulutmu itu kalau berbicara tidak ada filternya." Yuhei sangat kesal.

"Kau kira aku ini smartphone? Cekrek!." Dengan santainya ia bercanda seperti itu, seakan-akan ia memang sedang mengambil foto yang bagus di ruangan itu.

Sedangkan mereka semua malah tertawa melihat apa yang dilakukan oleh Taiki. Setidaknya dengan adanya Akihara, mereka dapat menikmati beberapa waktu santai ketika menunggu laporan masuk atau jam istirahat.

Sementara itu, orang yang mereka gunjingkan sedang memikirkan sesuatu. Dimana, ia mengingat kembali pertemuan dengan teman masa lamanya ketika ia sekolah dulu. Bagaimana mungkin setelah sekian lama tidak bertemu?. Dan kini mereka bertemu dengan keadaan yang cukup aneh?.

...***...

Kembali ke beberapa hari yang lalu.

Asakura sedang menyelidiki kasus pembunuhan yang cukup meresahkan. Di mana seseorang bisa mati hanya karena sugesti yang dilakukan pelaku padanya, membuat orang itu menjadi gila, dan berakhir dengan bunuh diri. Hari ini ia menerima laporan ada seorang lelaki mayatnya tersangkut di jembatan, bisa dibilang itu adalah kasus bunuh diri yang cukup mengerikan.

"Ketua, aku menemukan ini." Yuhei menyerahkan sebuah kertas pada Asakura, itu adalah pesan terakhir dari korban.

"Aku adalah sebuah jembatan yang paling indah." Ia membacakan kalimat itu. "Setiap orang dapat menyebrang dengan menggunakan aku." Lanjutnya. "Tapi sayangnya kau tidak akan dapat menyebrangi ku sampai tujuan terakhir, karena kau akan aku telah berada di tengah." Ia mengernyit heran. "Kau harus membayar apa yang telah kau lakukan padaku."

Begitulah tulisannya. Tulisan terakhir yang ditulis korban sebelum bunuh diri. Tapi apa maksudnya?. Kenapa korban melakukan ini?. Apakah ia tidak memikirkan hal lain selain mengakhiri hidupnya?.

"Baiklah, coba periksa yang lainnya, mana tahu ada yang mencurigakan." Asakura memerintahkan Yuhei agar mencari informasi lebih, ia tidak mau menemui jalan buntu hanya karena pesan bodoh dari korban.

"Siap! Laksanakan!." Yuhei kembali melakukan tugas yang perintahkan oleh Asakura, ia akan meneliti dengan baik, agar hasilnya sesuai yang diharapkan.

"Wah, bukankah kau yuichi asakura?." Seseorang dari belakang Asakura sepertinya mengenalinya, dan benar saja.

"Momoko si queen?." Asakura merasa tidak asing dengan wajah wanita ini, jika ia tidak salah, maka wanita ini adalah ratu di sekolahnya dulu.

"Oh ya ampun, kau masih mengingatku yuichi?." Ia gugup. "Ini sangat luar biasa sekali."

Wanita itu nampak malu-malu karena Yuichi Asakura masih mengingatnya, ia pikir lelaki itu telah melupakannya.

"Apa yang kau lakukan di sini yuichi?." Momoko Hayami, itulah nama lengkap wanita itu. Ia penasaran mengapa Yuichi Asakura ada di tempat ini?. Apakah dia sedang bekerja?.

"Aku sekarang bekerja di kantor detektif polisi satuan devisi pembunuhan." Jawabnya. "Ada kasus kematian yang sangat aneh di jembatan itu." Asakura menjelaskan pada Momoko mengapa ia berada di sini. "Saat ini aku sedang bekerja, memeriksa kasus yang terjadi di sana."

"Kau memang selalu hebat, yuichi."

Momoko sangat kagum pada Yuichi. Entah itu kecerdasan, ketampanan, atau bahkan kekayaan yang diwariskan dari anak seorang polisi ternama.

"Kau memang hebat dalam segala hal, bahkan sejak pertama kali kita bertemu." Momoko sangat mengingat bagaimana Yuichi Asakura dulu di sekolah, benar-benar digilai oleh banyak siswi.

"Kalau begitu, aku pergi dulu." Ucapnya. "Ada yang harus aku kerjakan" Asakura tidak ingin mengingat masa lalunya, ia tidak boleh berlama-lama di sini.

"Tapi?." Momoko sepertinya ingin berbicara lebih banyak lagi.

"Maafkan aku momoko." Asakura bukannya tidak mau bertemu dengan Momoko, hanya saja ia sedang ada keperluan.

"Ya, tidak apa-apa." Momoko sepertinya memaklumi keadaan Asakura. "Mungkin ini belum waktu yang tepat." Dalam hatinya. "Jangan terburu-buru dulu." Ia berusaha tenang. "Bagaimanapun juga, kau adalah orang yang penting bagi kota ini." Momoko tersenyum tipis, pandangannya begitu ramah pada Asakura, seperti memendam rasa rindu yang tak tersampaikan.

Asakura pergi begitu saja, ia tidak mau mengucapkan sampai jumpa, sebab ia memiliki perasaan bahwa ia pasti akan bertemu lagi dengannya. Entah itu sebagai teman, atau sebagai lawan, yang pasti firasatnya mengatakan seperti itu.

Flashback off.

Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Bagaimana hubungan kasus baru ini?. Temukan jawabannya.

...***...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!