KAMU INGIN BUKTI?

...**...

Akihara on.

Terkadang kita berusaha bersembunyi setelah melakukan sesuatu yang dianggap tidak baik oleh orang lain. Dan tentunya kau menyadari itu setelah tatapan mereka yang sangat membuatmu sesak, tanpa sadar kau telah mengakui jika memang itu sangat salah. Karena saat kau melakukan itu didasar atas kebencian yang mendalam, hingga kau tidak bisa lagi merasakan perasaan manusia. Kau telah hilang kendali atas kemarahan serta dendam yang kau rasakan pada saat itu.

Akihara off.

Asakura telah mendapatkan semua informasi tentang Maruyama Matsumi. Hingga dengan begitu itu menyimpulkan bahwa yang membunuh Pak Sonozaki memang Maruyama Matsumi.

"Itu memang benar." Ucapnya. "Tapi dari beberapa saksi yang aku tanyai." Matanya menatap yang ada di sana. "Mereka melihatmu membawa seorang tukang kayu unik, untuk membuat sebuah meja." Ingatnya. "Tapi kami tidak melihat meja apapun di sini."

Ya, memang benar. Tidak ada wujud meja yang dibuat di ruangan ini. Mereka semua meneliti dengan benar, memang tidak ada.

"Pada saat itu kenapa? Kau memesan sebuah meja pada pengrajin meja?." Ucapnya heran. "Jika tidak ada meja baru di ruangan ini?." Asakura memberikan sebuah pertanyaan padanya.

"Aku telah membatalkan pembelian itu." Jawabnya dengan yakin. "Karena aku rasa ruangan ini sangat sempit, jika ditambah meja lagi." Bantahnya dengan menekan semua perasaan yang ia miliki.

"Oh? Benarkah?." Asakura bersikap cuek.

Sementara itu mereka semua menyimak apa yang akan dijelaskan oleh Asakura, begitu juga dengan Akihara yang belum mengambil bagiannya.

"Jika aku perhatikan, ada yang aneh juga dengan ruangan ini." Asakura berjalan menuju tiap sudut ruangan ini, ia merasakan ada yang berbeda.

"Kegh!." Maruyama mulai kesal, ia harus tetap diam dan tenang. Perasaannya tidak nyaman sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Asakura.

"Ada yang beda dengan pola keramik di sini, juga, di sana." Tunjuk Asakura mengarah pada benda yang disebut kedap suara atau peredam suara.

Mereka yang melihat ke arah itu terkejut, mengapa ada benda kedap suara di sana?. Dan sejak kapan?. Itulah pertanyaan dibenak mereka masing-masing.

"Ruangan ini telah dimodifikasi, menjadi ruangan pembunuhan berencana." Asakura berjalan menuju satu-satunya meja yang terdapat di ruangan itu, ia menuju meja miniatur itu, dan ia mengambil meja miniatur tersebut.

"Apa masudmu pak polisi?." Responnya dengan perasaan kesal. "Bagaimana caranya? Ruangan ini bisa bergerak maksud mu?." Nyonya Mayumi tidak percaya, tapi apakah benar seperti itu?.

Mereka semua nampak berpikir dengan apa yang dikatakan oleh Nyonya Mayumi, karena mereka tidak memikirkan ke arah sana untuk rencana sebuah pembunuhan yang sempurna di ruangan itu.

"Heh!." Ia mendengus kesal. "Jangan bercanda kau!." Tunjuknya kasar. "Bagaimana bisa ruangan ini bergerak?! Apakah kau mencoba menipu kami?." Maruyama masih menyangkal, ia tidak mau kebenaran itu terungkap. Ia semakin gugup ketika Asakura mengetahui apa yang telah ia sembunyikan.

"Itu sangat mudah." Jawabnya santai. "Hanya dengan menggunakan ini." Asakura menunjukkan meja miniatur yang ia pegang tadi, ia meneliti dengan benar. "Dan aku tidak menipu siapapun." Lanjutnya. "Justru kau lah yang menipu kami semua." Ia tersenyum licik menatap ke arah Maruyama Matsumi.

"Tapi bagaimana bisa itu terjadi ketua?." Yuma penasaran dengan apa yang dikatakan ketuanya.

"Tapi memang mustahil rasanya jika ruangan ini bergerak." Ia mengamati keadaan sekitarnya. "Karena tidak ada yang bisa menggerakkan ruangan ini." Taiki meneliti ruangan itu.

"Ada tombol kecil tersembunyi di balik meja ini." Asakura menekan tombol itu, hingga membuat ruangan itu sedikit bergetar, dan bergeser?.

"Haaaa bergeser?."

Yuma, Yuhei, dan Geki terkejut melihat itu, begitu juga dengan yang lainnya. Segera mungkin mereka menepi karena tidak mau terseret oleh gerakan lantai keramik itu bergerak menepi. Ada bagian yang bisa bergerak menepi yang dibuat dengan rancangan yang luar biasa.

"Da-darah? Itu darahnya!."

Teriak Taiki saat melihat bekas darah yang masih terlihat jelas di lantai keramik itu, juga ada barang bukti berupa pisau untuk membunuh tuan Sonozaki.

"Saat itu tuan sonozaki datang ke ruangan ini." Ia menjelaskan. "Kau mengajaknya mengobrol, lalu kau menikamnya." Asakura menjelaskan kejadian tersebut pada mereka semua. "Setelah itu, kau menyembunyikan barang bukti tersebut agar tidak ada yang curiga." Lanjutnya lagi, ia hampir pada akhirnya.

"Hah?." Ia tampak terkejut. "Mana mungkin aku melakukan itu?!." Bantahnya. "Kau jangan berbicara sembarangan!."

Maruyama masih menyangkalnya. Ia tidak terima atas tuduhan itu, ia tidak merasa melakukan itu?.

"Kau ini benar-benar wanita yang tidak memiliki perasaan!." Hatinya dikuasai kemarahan. "Bagaimana mungkin? Kau bisa tenang setelah melakukan kejahatan?."

Nyonya Mayumi yang dari tadi menahan diri berkata dengan nada perih. Hatinya sangat sakit, kenapa ada orang yang kejam seperti Maruyama Matsumi?.

Heh!." Maruyama Matsumi memalingkan wajahnya.

"Mengakulah maruyama san!." Ia juga tidak sabaran. "Masih ada waktu untuk memperbaiki semua kesalahan yang telah kau lakukan." Asakura tidak ingin Maruyama jatuh terlalu dalam, ia sudah berbuat kejahatan.

"Kau tidak memiliki bukti yang cukup kuat!." Bantahnya. "Untuk membuktikan! Jika aku telah melakukan itu!."

Lagi-lagi keluarga Sonozaki hampir saja mengamuk karena Maruyama Matsumi tidak mau mengakui jika ia yang telah membunuh Pak Sonozaki.

Yuma cs juga kembali melerai mereka agar tidak melakukan kekerasan.

"Lepaskan!." Ia berontak. "Biarkan aku yang membunuh wanita itu!." Hatinya sakit, sangat sesak.

"Tenanglah nyonya." Balasnya. "Kami akan mengatasi masalah ini dengan baik." Yuma berusaha untuk menahan Nyonya Mayumi.

Tiba-tiba ponselnya Akihara berbunyi membuat mereka beralih pandang padanya, Akihara mengangkat telponnya, menekan tombol speaker aktif. Agar mereka semua mendengarkan apa yang dikatakan badan penyelidik forensik tentang hasil yang mereka temui.

"Ya, halo?." Ucapnya. "Bagaimana dengan hasilnya akamatsu san?." Akihara bertanya melalui via telepon.

"Kami sudah mengetahui hasilnya yuichi san." Jawabnya. "Bahwa kulit dan darah, yang tersangkut di kuku tuan sonozaki, adalah milik maruyama matsumi." Jelasnya. "Hasilnya cocok seratus persen."

Begitulah informasi yang ditunggu oleh Akihara, setelah berdiam diri selama kakaknya yang memecahkan kasus ini. Tatapan mereka semua tertuju pada Maruyama Matsumi yang terlihat pucat pasi.

"Oh, terima kasih informasinya penting itu akamatsu san." Ia tersenyum kecil. "Selamat bertugas kembali."

Setelah itu Akihara menutup telepon masuk itu, membuat suasana kembali tegang.

"Aku yakin kau tidak akan bisa menghindar lagi maruyama san."

Akihara terlihat menyeringai, pandangannya begitu berbeda, aura yang dipancarkan juga menekankan suasana sekitar.

"Akihara." Asakura baru pertama kali melihat adiknya seperti ini, sangat serius dan berwibawa, ini tidak seperti adiknya.

Akihara on.

Seberapa banyak waktu yang kita lalui, seberapa besar kita berusaha untuk menutupi kejahatan, namun pada akhirnya akan ketahuan. Terjerumus terlalu dalam di dalam sebuah masalah yang tidak akan bisa membuat kita menyesal adalah membunuh nyawa seseorang.

Akihara off.

Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Apakah Maruyama Matsumi akan mengakui apa yang telah ia lakukan?. Simak terus ceritanya ya pembaca tercinta.

Next halaman.

...***...

Terpopuler

Comments

Sarah Q. M

Sarah Q. M

Asakura : dek kau kenapa? 😅

2025-01-17

1

ikan biru

ikan biru

😎

2024-08-15

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!