...***...
Akihara on.
Terkadang rasa takut itu sebenarnya tercipta dari rasa takut yang kita rasakan. Pikirkan kita yang berlebihan membuat kita tanpa sadar telah melakukan hal yang tidak seharusnya. Akal sehat serta hati nurani telah ditelan oleh kegelapan yang tercipta dari pikiran jahat kita yang sangat membenci orang yang lebih sempurna dari apa yang telah kita capai. Harusnya kita dapat mengendalikan diri kita masing-masing agar tidak terjebak dalam situasi yang akan merugikan diri sendiri, serta kita tidak akan mudah melupakan kejahatan itu seumur hidup.
Akihara off.
Mumpung hari libur Akihara dan Kurosaki santai sejenak. Apalagi keluar dari rumah sakit dalam kondisi yang tidak menentu membuat mereka harus waspada akan keadaan sekitar. Akihara juga tidak mendapatkan informasi apapun dari orang yang telah memberikan tantangan itu padanya. Atau karena dia mengetahui jika yang telah memecahkan kasus itu adalah Kurosaki sehingga ia tidak tertarik lagi pada Akihara?. Baiklah, kita lupakan masalah itu sejenak. Saat ini yang menjadi tanda tanya adalah, kenapa Ayuri Sakiko mengatakan jika Akihara menemui dirinya tiga hari yang lalu?. Sedangkan kakaknya mengatakan jika ia telah koma selama tiga hari?. Kebetulan dalam keadaan berdua, mungkin ia bisa bertanya pada Kurosaki.
"Kurosaki, tiga hari yang lalu-." Akihara yang dari tadi tiduran tiba-tiba saja teringat dengan apa yang dikatakan Ayuri. "Kau kan? Yang datang menemui nona ayuri?." Ia melirik ke arah Kurosaki yang sedang membaca buku, saat ini ia sedang duduk santai.
"Oh? Iya." Ia ingat dengan kejadian itu.
"Olala." Ia menghela nafas dengan lelahnya. "Pantas saja nona ayuri mengatai aku yang menemuinya, karena kau itu adalah kembaranku." Akihara langsung terbangun dan menunjuk ke arah Kurosaki dengan wajah yang sangat lucu.
"Ahaha!." Kurosaki hanya tertawa kecil ketika mendengarkan kata kembaran yang diucapkan Akihara.
"Memangnya apa yang lakukan padanya?." Ia penasaran. "Sehingga dia mengakui apa yang telah ia lakukan?."
"Hum?." Kurosaki tampak berpikir, apa yang telah ia katakan pada saat itu?.
...***...
Kembali ke masa itu.
Kurosaki dengan susah payah datang ke rumah Ayuri Sakiko. Ia harus mengatakan kebenaran itu, supaya Ayuri Sakiko tidak terlalu jauh tenggelam di dalam kegelapan yang ia rasakan.
"Permisi." Ia menekan bel pintu itu dengan sangat kuat. Kepalanya terasa sangat pusing, langkahnya terasa sangat berat.
"Pak polisi?." Ucapnya heran. "Apakah ada yang bisa saya bantu?." Ia sedikit waspada. "Sepertinya keadaan anda sedang kacau?."
Ayuri Sakiko sangat terkejut melihat keadaan Kurosaki yang terlihat sangat pucat, bahkan banyak keringat seperti itu.
"Apakah begitu sulit?." Ia semakin berhati-hati. "Untuk menemukan siapa pelaku? Yang telah melakukan kejahatan itu." Lanjutnya. "Sehingga keadaan pak polisi seperti ini?."
"Apakah aku boleh berbicara sebentar denganmu?."
Kurosaki tidak mau membuang-buang waktu lagi, dan ia harus segera berbicara dengan Ayuri Sakiko.
"Oh? Oh? Silahkan masuk." Karena tidak tega, ia mempersilahkan Kurosaki untuk masuk. "Silahkan duduk pak polisi." Lanjutnya lagi, sambil menunjukkan tempat duduk untuk Kurosaki yang terlihat kelelahan.
"Terima kasih." Kurosaki langsung duduk, memang ia akui kepalanya terasa sangat sakit. Namun ia tidak boleh menyerah, ini semua demi tekad Akihara yang telah ia bawa.
"Sepertinya anda terlihat lelah sekali." Ia sedikit bersimpati. "Wajah anda terlihat sangat pucat sekali." Ada perasaan tidak tega di hatinya. "Akan saya ambilkan minuman untuk anda." Ayuri ingin pergi mengambil minuman, namun ditahan oleh Kurosaki.
"Tidak perlu ayuri san." Ia tidak ingin minum, namun ia hanya ingin segera menyampaikan perasaan yang dimiliki Akihara.
"Eh?. Tapi-?." Ayuri Sakiko agak ragu, dan merasa kasihan pada Kurosaki yang terlihat sedang menahan sakit.
"Yang patut dikasihani itu adalah anda ayuri san." Dengan suara yang hampir tidak terdengar ia berkata seperti itu.
"Hah?." Responnya. "Apa maksud anda berkata seperti itu pak polisi?." Entah kenapa Ayuri Sakiko merasa sangat kesal mendengarnya.
"Aku mengatakan, jika saat ini kau sedang berada diujung jalan, yang dipenuhi oleh jarum beracun." Jawabnya. "Apakah kau tidak takut? Sewaktu-waktu jarum beracun, yang mengarah padamu? Bisa menusuk dirimu sendiri?."
Kurosaki dapat melihat itu dengan sangat jelas, dan bahkan ia sampai merinding melihat itu.
"Apa yang anda bicarakan?." Responnya jengkel. "Saya sama sekali tidak mengerti." Amarahnya muncul begitu saja.
"Mungkin kau bisa menghindari interogasi pada saat itu." Tatapan matanya begitu tajam. "Tapi aku dapat melihatnya, bagaimana saat nona emiri terbunuh."
Deg!.
Ayuri Sakiko merasakan firasat buruk.
"Kau melakukan itu, menggunakan kalung yang seperti jarum itu." Jelasnya lagi. "Sebenarnya telah dilumuri racun yang dapat membunuh secara perlahan." Kurosaki telah memeriksa itu dengan benar.
"A-a-pa yang kau katakan?." Bantahnya cepat. "Bagaimana mungkin? Kau menuduhku seperti itu?." Tiba-tiba ia jadi gugup karena ucapan itu.
"Aku tahu kau telah melewati hari yang menyakitkan." Balasnya. "Kau dikhianati oleh orang yang kau anggap teman." Matanya terus mengamati itu. "Orang yang kau anggap teman, justru malah mengambil semua yang kau miliki." Ia melihat kilasan kejadiannya. "Itu memang sangat menyakitkan nona ayuri." Kurosaki mencoba untuk mengatakan perasaan itu "Tapi akan lebih menyakitkan lagi kondisimu saat ini." Ia semakin jelas dapat melihat itu.
"Kegh!." Ia meringis sakit. "Apa yang kau ketahui tentang diriku?!." Ayuri merasa sangat sakit karena ia memang merasakan apa yang dikatakan Kurosaki.
"Aku dapat melihatnya nona ayuri." Kurosaki melambaikan tangannya di depan wajah Ayuri Sakiko. "Kegelapan yang ada di dalam hatimu saat ini, adalah akibat dari rasa tidak adil." Jelasnya. "Kau telah ditusuk oleh jarum beracun, yang tercipta akibat rasa sakit hati yang kau rasakan selama ini."
Tiba-tiba saja suasana berubah menjadi tempat yang lebih menyeramkan. Bukan hanya gelap saja, melainkan tempat itu dipenuhi jarum-jarum tajam yang mengandung racun yang sangat berbahaya.
"Eh?!." Ayuri Sakiko sangat terkejut dengan kondisi saat ini.
"Ini adalah gambaran suasana hatimu yang sebenarnya ayuri san." Kurosaki telah memperlihatkan bagaimana suasana hati Ayuri Sakiko saat ini. "Apakah kau pikir? Jarum-jarum beracun ini tidak akan melukai dirimu." Ia merasa sesak. "Apakah kau tidak ingin? Terbebas dari jarum-jarum beracun ini?." Hatinya merasa miris melihat itu semua.
"Diam!." Teriaknya. "Memangnya kau bisa apa? Dengan kondisiku yang sekarang?!." Hatinya menjerit keras. "Kau hanya pandai bicara saja!." Bentak Ayuri Sakiko, hatinya kembali merasakan kesedihan yang sangat luar biasa.
"Ya, aku hanya pandai bicara saja." Balasnya. "Karena itulah, aku ingin mengatakan padamu." Sorot matanya tajam. "Ada hal yang bisa kau perbaiki jika kau mau." Setelah ia berkata seperti itu, kondisi kembali normal.
"Diam!." Bantahnya lagi. "Aku tidak akan mendengarkan apa yang kau katakan!." Ayuri Sakiko menangis, bagaimana mungkin ada seseorang yang dapat memperlihatkan suasana hatinya?.
Deg!!.
Seakan-akan kembali tertarik ke dunianya yang penuh kegelapan yang berisikan jarum-jarum tajam raksasa yang mengerikan itu membuat Ayuri Sakiko sangat takut.
"Inilah kondisimu yang sebenarnya ayuri san." Kurosaki sepertinya ingin menyadarkan Ayuri Sakiko tentang apa suasana hatinya yang sangat memperhatikan.
"Tidak mungkin!." Ia tertunduk lemah, ia menangis sesegukan karena ia memang merasakan itu, tapi mulutnya berkata yang sebaliknya. Pikirannya menolak itu, dan tidak terima sama sekali.
"Apakah kau tidak menyadari?." Ucapnya. "Yang menyakiti dirimu sendiri adalah kau ayuri san?." Kurosaki memperlihatkan bagaimana keseharian Ayuri Sakiko yang selama ini. "Terkadang rasa sakit yang kita rasakan berasal dari diri kita sendiri." Ia juga merasakan perasaan sesak itu. "Ketidakmampuan kita untuk bertindak, serta apa yang kita lakukan saat ini?." Lanjutnya. "Akibat beban yang kita ciptakan sendiri." Ia mencoba tenang. "Rasa takut yang pada akhirnya, membuat kita ingin melampiaskan perasaan takut itu pada orang lain."
"Ya, aku memang seperti itu!." Ayuri Sakiko yang melihat gambaran dirinya mengakuinya. Ia dapat merasakan bagaimana perasaan sakit itu.
...***...
Kembali ke masa ini.
Akihara mendengarkan cerita dari Kurosaki dengan sangat baik.
"He? Jadi seperti itu ya?." Responnya. "Sangat menyeramkan juga ya?." Ia merasa miris. "Hatinya yang dipenuhi oleh kegelisahan akan berakhir seperti itu." Akihara sampai bergidik ngeri membayangkannya. "Pasti sangat menyakitkan sekali kurosaki."
"Kau tenang saja akihara." Responnya. "Aku akan selalu menjagamu, agar kau tidak jatuh di dalam kegelapan." Itulah janji Kurosaki pada Akihara.
"Um." Ia tersenyum lembut "Arigatou kurosaki." Suasana hatinya sangat baik saat ini.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Simak dengan baik kisahnya ya pembaca tercinta. Next.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Sarah Q. M
Suka banget! ceritanya bukan tipe misteri yang sadis banget tapi penuh makna kehidupan! 🤭
2025-01-18
0