Musuhku, Jodohku

Musuhku, Jodohku

Bab 1

"Ma, Alya bilang Alya tidak mau dijodohkan. Alya tidak mau menikah sama anak teman papa. Alya benar-benar belum siap buat menikah. Alya masih muda dan masih ingin menikmati masa muda Alya sebagai wanita karir. Harus berapa kali sih, Ma, Alya bilang agar Mama sama papa bisa mengerti?" tegas Alya untuk yang kesekian kalinya.

Alya, gadis berusia 23 tahun itu duduk di depan meja riasnya dengan wajah cemberut. Dia tidak pernah menyangka bahwa tujuan orang tuanya memanggilnya untuk kembali ke rumah hanyalah untuk mempertemukannya dengan seorang pemuda yang dipilih oleh sang papa untuk dijadikan sebagai calon suaminya.

Seandainya aku tahu penyakit papa tidak seserius yang aku bayangkan, lebih baik aku tidak usah pulang sekalian. Batin Alya kesal. Kendati demikian, gadis itu tetap tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain hanya pasrah dengan keputusan yang sudah diambil oleh kedua orang tuanya.

"Nak, sebelumnya Mama minta maaf, dan Mama juga mewakili papa kamu untuk meminta maaf yang sebesar-besarnya sama kamu." Mama Rosa mencoba untuk membujuk putri semata wayangnya tersebut.

"Mama tahu, kami berdua sudah sangat egois karena menerima perjodohan ini tanpa meminta persetujuan kamu terlebih dahulu. Tapi satu hal yang mesti kamu ingat, Sayang, papa kamu selama 2 tahun terakhir memang sudah sering sakit-sakitan, dan keinginan terbesar papa sebelum dia pergi meninggalkan dunia ini hanyalah dua, yaitu melihat kamu menikah dengan laki-laki pilihannya lalu bahagia dan memiliki anak. Begitu pun dengan Mama. Harapan terbesar kami sebelum kami pergi, kami hanya ingin melihat putri semata wayang kami hidup bahagia bersama keluarga kecilnya. Dengan begitu, jika waktu kami sudah tiba, kami bisa pergi dengan tenang." Mama Rosa membelai puncak kepala putrinya dengan lembut sambil terus memberikan pengertian.

"Ma ... please jangan bicara seperti itu, Alya paling tidak suka mendengarnya. Pokoknya sampai kapan pun, Mama sama papa tidak boleh pergi meninggalkan Alya meski pun Alya sudah punya suami atau bahkan memiliki beberapa orang anak. Kalian harus tetap sehat dan berada di sisi Alya sampai kapan pun." Alya mencebikkan bibirnya seraya memeluk erat tubuh sang mama. Sebagai anak tunggal dan harapan satu-satunya di keluarga mereka, Alya sungguh tidak rela kedua orang tuanya pergi meninggalkan dunia ini sebelum dia sempat membahagiakan kedua orang tua yang teramat dia cintai dan sayangi.

Mama Rosa pun terus membujuk dan memberi pengertian pada Alya agar anak gadisnya itu setuju untuk dijodohkan. Meski pun Alya belum mengenal siapa calon suaminya, tapi Mama Rosa berani menjamin bahwa laki-laki yang mereka pilihkan untuk Alya bukanlah laki-laki sembarangan. Pemuda pilihan mereka merupakan kandidat calon suami terbaik yang mereka pilih untuk menjadi pendamping hidup putri semata wayang mereka.

"Baiklah, Ma, demi papa dan Mama, Alya akan berusaha ikhlas menerima perjodohan ini," putus Alya kemudian. Tidak terasa air matanya menetes juga. Meski pun berat, tapi dia rela dan berusaha untuk ikhlas demi membahagiakan kedua orang tuanya.

.

.

Alya didampingi oleh sang Mama mulai berjalan menuruni tangga hendak menemui calon suami beserta kedua calon mertuanya yang katanya sudah datang sejak beberapa menit yang lalu. Sebenarnya Alya sangat penasaran, dengan siapa sebenarnya kedua orang tuanya menjodohkan dirinya. Bagaimana mama dan papanya tahu bahwa calon yang mereka pilihkan merupakan kandidat calon suami terbaik, sedangan perjodohan mereka dilakukan secara mendadak sekali. Alya bahkan baru tahu bahwa ternyata dirinya dijodohkan sejak semalam, saat dirinya baru selesai membereskan barang-barang yang dibawa pulang dari rumah sakit.

Kemarin, sang papa memang sempat rawat inap di rumah sakit selama 2 hari, tapi begitu melihat putri satu-satunya datang, kondisi Papa Ilyas, papanya Alya tiba-tiba langsung membaik dan bersemangat untuk segera pulang ke rumah.

"Ma, Alya nerveous, Ma," bisik Alya pada Mama Rosa begitu dirinya melihat penampakan seorang pria bertubuh tinggi tegap dan lumayan berisi, mengenakan kemeja batik lengan panjang sedang berdiri di ruang tamu sambil membelakanginya.

Kalau dilihat-lihat, sepertinya pilihan Papa dan Mama tidak begitu buruk. Hanya melihat postur tubuh dan penampilannya dari belakang saja aku sudah yakin kalau dia pasti lumayan tampan. Aku jadi penasaran, seperti apa wajahnya jika dilihat dari depan. Batin Alya. Semakin dia berjalan mendekat dadanya semakin berdebar-debar.

"Jangan gugup. Ada Mama di sini. Kamu santai saja, ya," bisik Mama Rosa.

Alya terus berjalan dituntun oleh sang mama dengan wajah tertunduk karena masih malu-malu. Sedikit pun dia tidak berani mengangkat kepalanya untuk sekedar menatap sekilas ke arah orang-orang yang tengah berkumpul di ruang tamu.

Sementara itu, pria tampan bernama Adam yang telah dijodohkan dengan Alya terus menatap calon istrinya dengan wajah tersenyum dan mata yang berbinar. Semenjak dia menyadari kedatangan Alya, sekali pun matanya tidak pernah berkedip karena menatap gadis cantik yang merupakan calon istri idamannya tersebut.

Alya, semoga saja kamu tidak terkejut setelah tahu bahwa ternyata pria yang akan menikahimu adalah aku, laki-laki yang dulunya sangat kamu benci saat kita masih sama-sama remaja. Batin Adam.

"Alya, tidak usah malu-malu. Kita semua di sini juga sudah saling mengenal kok," kata pria paruh baya yang merupakan ayah Adam.

Mendengar suara yang begitu familiar di telinganya membuat Alya sontak mendongak menatap pemilik suara tersebut. Matanya seketika membulat saat melihat sosok yang ternyata bos besar pemilik perusahaan Damar Holdings tempat dia bekerja selama ini 1 tahun terakhir.

"P-Pak Damar? Kenapa Bapak bisa ada di sini?" tanya Alya bingung sekaligus penasaran.

Pak Damar tidak menjawab, justru malah tersenyum sambil melempar tatapan ke arah putranya, sehingga membuat Alya otomatis ikut melihat ke arah yang sama. Mata Alya seketika membulat saat melihat siapa sosok pria yang akan dijodohkan dengannya tersebut. Alya sungguh tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ternyata, pria yang akan dijodohkan dengannya adalah Adam Al-Farizi, laki-laki yang paling dia benci di muka bumi ini.

"Ka-kamu? Kenapa malah jadi kamu?" Alya berkata sambil menunjuk ke arah Adam.

Adam tersenyum seraya mengulurkan tanganya ke arah Alya. "Alya, apa kabar? Lama tidak bertemu."

B e r s a m b u n g ...

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

Melipir Tor...

2023-10-29

0

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu

2023-09-20

0

Defi

Defi

Awal ceritanya udah ngakak thor dengan tingkah Alya yang bar2 😜😂

2023-02-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!